Pengertian
ITP (Inventori Tugas Perkembangan)
adalah satu instrumen
yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat perkembangan peserta didik, yang dikembangkan oleh Sunaryo, dkk. ITP menurut (Sunaryo Kartadinata
dkk, 2003:3), untuk mengukur tingkat perkembangan siswa atau pencapaian
tugas-tugas perkembangan dari setiap aspek perkembangan, teori perkembangan diri dari Loevinger (dalam Kartadinata ITP, 2001:3) dipilih sebagai kerangka kerja teoretik dalam mengembangkan inventori tugas- tugas perkembanga
Tingkat Perkembangan Individu
Teori Loevinger yang diadopsi dan dikembangkan oleh Kartadinata (1998; 2001) melahirkan Standar Kompetensi Kemandirian Peerta
Didik
(SKKPD) yang dapat dipelajari pada Buku Panduan Bimbingan dan Konseling (Ditjen GTK, 2016). merumuskan bangun perkembangan diri ke
dalam sembilan tingkat. Tingkat pertama yaitu “pra sosial” merupakan
tingkat di mana individu belum mampu membedakan
diri dengan lingkungan. Tingkat terakhir
yaitu integrated, merupakan tingkat yang
jarang dicapai oleh orang kebanyakan. SKKPD dimaksud
menjadi dasar pengembangan
ITP
terdiri atas tujuh tingkatan perkembangan dengan karakteristik sebagai berikut.
- Impulsif, dengan ciri-ciri : (i) identitas diri terpisah dari orang lain; (ii) bergantung pada lingkungan; (iii) beorientasi hari ini; dan (iv) individu tidak menempatkan diri sebagai penyebab perilaku.
- Perlindungan Diri, dengan ciri-ciri : (i) peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari berhubungan dengan orang lain; (ii) mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik; (iii) berfikir tidak logis dan stereotip; (iv) melihat kehidupan sebagai “zero- sum game”; dan (v) cenderung menyalahkan dan mencela orang lain.
- Konformistik, dengan ciri-ciri : (i) peduli terhadap penampilan diri; (ii) berfikir sterotip dan klise; (iii) peduli akan aturan eksternal; (iv) bertindak dengan motif dangkal; (v) menyamakan diri dalam ekspresi emosi; (vi) kurang introspeksi; (vii) perbedaan kelompok didasarkan ciri-ciri eksternal; (viii) takut tidak diterima kelompok; (ix) tidak sensitif terhadap keindividualan; dan (x) merasa berdosa jika melanggar aturan.
- Sadar Diri, dengan ciri-ciri: (i) mampu berfikir alternatif; (ii) melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi; (iii) peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada; (iv) orientasi pemecahan masalah; (v) memikirkan cara hidup; dan (vi) penyesuaian terhadap situasi dan peranan
- Seksama, dengan ciri-ciri : (i) bertindak atas dasar nilai internal; (ii) Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan; (iii) mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri; (iv) peduli akan hubungan mutualistik; (v) memiliki tujuan jangka panjang; (vi) cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial; dan (g) berfikir lebih kompleks dan atas dasar analisis.
- Individualistik, dengan ciri-ciri : (a) peningkatan kesadaran invidualitas; (b) kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan; (c) menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain; (d) mengenal eksistensi perbedaan individual; (e) mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan; (f) membedakan kehidupan internal dan kehidupan luar dirinya; (g) mengenal kompleksitas diri; (h) peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.
- Otonomi; dengan ciri-ciri : (a) memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan; (b) bersikap realistis dan obyektif terhadap diri sendiri maupun orang lain; (c) peduli akan paham abstrak, seperti keadilan sosial.; (d) mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan; (e) peduli akan self fulfillment; (f) ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal; (g) respek terhadap kemandirian orang lain; (h) sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain; dan (i) mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan keceriaan.
Aspek Perkembangan Individu
Sedangkan sebelas aspek
perkembangan
individu
yang
diungkap melalui ITP mencakup: landasan hidup religius, (2) landasaan perilaku etis, (3) kematangan
emosional, (4) kematangan
intelektual, (5) kesadaran tanggung jawab, (6) peran sosial sebagai pria
atau wanita, (7) penerimaan diri dan pengembangannya,
(8) kemandirian perilaku
ekonomi, (9) wawasan dan persiapan karir, (10) kematangan
hubungan dengan teman sebaya, dan (11) persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga. ITP untuk SD dan SLTP hanya mengukur 10 aspek, sebab aspek yang ke-11 belum sesuai.
Format ITP
ITP berbentuk angket yang terdiri atas kumpulan pernyataan
yang harus dipilih oleh siswa. Setiap soal (kumpulan butir pernyataan)
terdiri atas empat butir pernyataan
yang mengukur
satu
sub aspek. ITP dapat
disusun berdasarkan tingkat sekolah, yaitu tingkat SD/MI, tingkat SMA/
SMK/MTs, dan tingkat SMA/MA/
SMK, serta tingkat PT.
Analisis Tugas Perkembangan
Pengertian
ATP mengungkap pencapaian tugas perkembangan siswa/ mahasiswa
dalam keseluruhan
aspek-aspek tugas perkembangan, yaitu Landasan Hidup Religius, Landasan Perilaku Etis, Kematangan Emosional,
Kematangan Intelektual, Kesadaran Tanggung Jawab, Peran Sosial
sebagai Pria dan Wanita, Penerimaan
Diri dan Pengembangannya,
Kemandirian Perilaku Ekonomis,
Wawasan Persiapan Karier, Kematangan Hubungan dengan Teman Sebaya, Persiapan Diri untuk Pernikahan dan Hidup Berkeluarga
(khusus untuk siswa SLTA dan PT). Dengan memahami pencapaian tugas perkembangan siswa
dalam
aspek-aspek tersebut, diharapkan guru bimbingan dan konseling atau konselor dapat menyusun
suatu program layanan yang sesuai dengan
kebutuhan siswa.
Tugas Perkembangan (ATP) dapat dilengkapi dengan program
komputer, yang dirancang untuk mengolah dan menampilkan hasil ITP baik secara teks atau skor maupun secara grafis sehingga memudahkan guru
bimbingan dan konseling atau konselor untuk memahami
profil perkembangan yang dicapai siswa/mahasiswa.
ATP juga menunjang
kompetensi guru bimbingan dan konseling atau
konselor untuk menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi dalam
kegiatan layanan profesionalnya. Penguasaan dan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi sudah merupakan
keharusan dalam era global ini,
seiring dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan IPTEK, dan dengan itu diharapkan
kinerja guru bimbingan dan konseling (konselor) semakin
efektif dan efisien.
Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa
Tingkat pencapaian tugas perkembangan
bervariasi dicapai oleh setiap individu, Loevinger (Sunaryo Kartadinata,
2001) mengemukakan
sembilan tingkat perkembangan.
Tingkat pertama yaitu tingkat prasosial, individu belum mampu membedakan dirinya dengan lingkungannya;
sedangkan tingkat kesembilan yaitu tingkat integrated, tingkatan yang jarang dicapai kebanyakan orang.
Untuk mengungkap tingkat pencapaian tugas perkembangan,
berdasar teori perkembangan diri dari Loevinger, Sunaryo Kartadinata (2001) membuat suatu instrumen yang disebut Inventori Tugas Perkembangan
(ITP) untuk setiap jenjang Pendidikan (SD, SLTP, SLTA, dan PT), dan karena tingkat prasosial sulit diungkap
secara verbal, dan tingkat
integrated jarang
dicapai, ITP hanya mengungkap tujuh tingkat perkembangan. Ketujuh
tingkatan perkembangan itu memiliki karakteristik sebagai berikut.
Tingkat I: Tingkat Impulsif (Imp)
Karakteristiknya
adalah: individu (1) menempatkan identitas dirinya sebagai
bagian yang terpisah dari orang lain; (2) pola perilaku menuntut
dan bergantung pada lingkungan
sebagai sumber ganjaran dan hukuman; (3) berorientasi sekarang (tidak berorientasi pada masa lalu atau masa depan); (4) individu tidak
menempatkan diri sebagai faktor penyebab perilaku.
Tingkat II: Tingkat Perlindungan Diri (Pld)
Karakteristiknya adalah: (1) peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat
diperoleh dan berhubungan dengan orang lain; (2) mengikuti aturan secara
oportunistik dan hedonistic (prinsip menyenangkan diri); (3) berpikir tidak logis dan stereotipe; (4) cenderung menyalahkan dan mencela orang lain dan lingkungan.
Tingkat III: Tingkat Konformistik (Kof)
Karakteristiknya adalah: individu
(1) peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial;
(2)
cenderung
berpikir stereotipe dan klise; (3) peduli
terhadap aturan eksternal; (4)
bertindak dengan motif yang dangkal (ump. untuk
memperoleh pujian), menyamakan diri dalam ekspresi emosi; (5) kurang
introspeksi; (6) perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal; (7) takut tidak diterima kelompok;
(8) tidak sensitif terhadap aturan; dan (9) merasa berdosa jika melanggar aturan (terutama aturan kelompok).
Tingkat IV: Tingkat Sadar Diri (Sdi)
Karakteristiknya adalah:
individu
(1)
mampu berpikir
alternatif;
(2) melihat
harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi; (3) peduli untuk mengambil
manfaat dari kesempatan yang ada;
(4)
orientasi
pemecahan masalah;
(5)
memikirkan cara hidup; serta (6) penyesuaian terhadap situasi
dan peranan
Tingkat V : Tingkat Saksama (Ska)
Karakteristiknya
adalah: individu
(1) bertindak
atas
dasar nilai internal; (2)
mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan;
(3) mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri; (4) peduli akan hubungan mutualistik; (5) memiliki tujuan jangka panjang; (6) cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial; (7) berpikir lebih kompleks dan atas dasar analisis.
Tingkat VI : Tingkat Individualistik (Ind)
Ciri-cirinya adalah: (1) peningkatan kesadaran individualitas, (2) kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan,
(3) menjadi lebih
toleran terhadap diri sendiri dan orang lain, (4) mengenal eksistensi perbedaan
individual, (5) mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan,
(6) membedakan kehidupan
internal dan kehidupan
luar dirinya, (7) mengenal kompleksitas diri, dan peduli akan perkembangan dan masalah-masalah
sosial.
Tingkat VII : Tingkat Otonomi (Oto)
Dengan ciri-ciri kemandirian, individu
(1)
memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan; (2) cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang
lain; (3) peduli akan paham abstrak seperti
keadilan sosial; (4)
mampu mengintegrasikan
nilai-nilai yang bertentangan; (5) peduli akan self- fulfillment (pemuasan
kebutuhan diri); (6) ada keberanian
untuk menyelesaikan konflik internal; (7) respek terhadap kemandirian
orang lain; (8) sadar akan
adanya saling
ketergantungan dengan
orang lain; dan
(9)
mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan keceriaan.
Gambar 1 Rekabangun Tugas Perkembangan
- Landasan hidup religius
- Landasan perilaku etis
- Kematangan emosional
- Kematangan intelektual
- Kesadaran tanggung jawab
- Peran sosial sebagai pria dan wanita
- Penerimaan diri dan pengembangannya
- Kemandirian perilaku ekonomis
- Wawasan dan persiapan karir
- Kematangan hubungan dengan teman sebaya
- Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga
Deskripsi Umum ITP
Bentuk Soal
Terdapat
empat perangkat ITP, masing-masing untuk jenjang SD, SLTP, SLTA, dan untuk jenjang PT (Mahasiswa). ITP
untuk siswa jenjang
SLTP terdiri atas 50 butir rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas
empat pernyataan (a, b, c, d) yang secara hierarkis menggambarkan
kualitas perkembangan yang dicapai siswa. 10 butir dari 50 butir soal tersebut merupakan pengulangan dari nomor-nomor tertentu yang dimaksudkan untuk menguji
konsistensi jawaban siswa.
Pengadministrasian
ITP dapat diadministrasikan secara individual maupun kelompok.
Waktu yang diperlukan untuk mengerjakannya berkisar antara 20 sampai 50
menit. Pedoman lengkap pengadministrasian
ITP (pelaksanaan,
penyekoran, pengolahan, dan penafsirannya)
disajikan buku Petunjuk Teknis Penggunaan ITP.
Deskripsi Perangkat Lunak ATP
ATP adalah perangkat lunak berbasis Windows yang dikembangkan untuk
mengolah lembar jawaban
instrumen ITP. Pengolahan lembar jawaban
ITP dengan ATP jauh lebih
mudah
dan
cepat (1
detik
untuk
100
lembar jawaban pada komputer Pentium 400) dibandingkan dengan cara manual.
Hasil keluaran ATP berbentuk
grafik
maupun
tekstual.
Hasil
ini
dapat
digunakan guru bimbingan dan konseling atau konselor untuk menganalisis
tingkat perkembangan
siswa secara
kelompok maupun individual, dan sebagai dasar pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah.
Seperti halnya ITP, ATP juga dikembangkan untuk
empat tingkat jenjang
pendidikan, SD, SLTP, SLTA dan perguruan
tinggi. ATP dirancang agar
dapat dipelajari dengan cepat dan mudah untuk digunakan.
Petunjuk penggunaan dan pengoperasian
ATP disajikan dalam buku Petunjuk
Penggunaan ATP .
Fasilitas utama yang dimiliki perangkat
lunak ATP ini adalah:
- Data Entry. Data dapat langsung dientri melalui ATP, atau melalui MS Excel kemudian diimpor oleh ATP.
- Penyekoran data. Setelah data masuk, penyekoran dapat segera dilakukan. Hasil penyekoran dapat di ekspor dalam format MS-Excel untuk analisis lebih lanjut.
- Analisis Data. Analisis data dapat dilakukan setelah penyetoran data selesai. Secara garis besar, analisis dilakukan dengan dua cara, secara kelompok dan secara individu.