Kemurahan hati Oseola McCarty
Berangkat dari seorang pekerja pencuci pakaian, dengan
harta benda yang sangat pas-pasan, kelak ia merupakan perempuan terkaya di
kotanya
Pekerjaannya mencuci pakaian, harta
bendanya sedikit, namun pada akhir hayatnya ia merupakan perempuan terkaya di
kotanya. Ia mengatakan bahwa dirinya mengetahui perbedaan yang krusial antara
butuh dan ingin. Selama tujuh puluh lima tahun ia bekerja dari pagi hingga jam
sepuluh malam bahkan tak jarang hingga jam sebelas malam mencuci dan
menyeterika pakaian orang-orang yang bersedia mempekerjakannya. Orang-orang
yang mempekerjakannya hanya membayar sedikit untuk sebuah cucian. Namun ia
tidak pernah membeli, apapun dengan kredit, dia tidak memerlukannya.
“Saya berusaha tidak mengeluarkan uang
untuk yang tidak saya miliki, "ungkapnya,"atau membeli sesuatu yang
tidak mampu saya beli." la tidak membutuhkan banyak hal, ia sudah merasa cukup
mempunyai makanan untuk disantap yang didapat dari jalan kerja atau usaha,
pakaian sederhana untuk dikenakan, rumah yang layak huni, bersih dan
menyenangkan namun tidak berlebihan, selalu mempunyai sedikit uang untuk
disumbangkan, ia selalu mempunyai cukup uang untuk hal-hal seperti itu, semua
ia lakukan dengan penuh rasa cinta, kasih, sayang dan keikhlasan. Ia tinggal di
sebuah rumah berkerangka kayu di Hattiesburg, Mississippi, dengan sebuah
televisi hitam putih tua, radio, dan Alkitab usang. Ia tidak pernah bermimpi memiliki
sebuah mobil dan atau tidak pernah bisa mengemudikannya. Seminggu sekali ia
berjalan ke toko kelontong dan dua mil ke Gereja Baptis Persahabatan, tempat ia
menghadiri ibadat keagamaan pada hari Minggu sejak dirinya masih gadis belia.
Semua dilakukan dengan penuh rasa cinta,
kasih, sayang dan keikhlasan tanpa keluhan yang bernilai, perjalanan kaki yang
ber-mil mil jauhnya, ternyata ia sambut dengan senyumannya yang khas sambil menikmati
alam disamping rasa syukurnya kepada Tuhan, Di Hattiesburg dimana tempat Ola
tinggal ketika musim panas tiba, cuaca panas akan sangat terasa membakar namun
tidak bagi Ola. Sepertinya ia sudah sangat bersahabat dengan hal yang demikian.
Baru akhir-akhir ini, ia memiliki pendingin ruangan, dipergunakannya jika ada
tamu yang datang sebagai bentuk pemuliaan. la memiliki segala sesuatu yang dibutuhkan
dan cukup uang untuk membayarnya. Ia punya cukup uang untuk melakukan apa pun
keinginannya, satu hal yang ingin ia lakukan itu adalah menolong orang sebisa
dan semampu yang ia lakukan yang didasari dengan rasa cinta, kasih, sayang dan
keikhlasan.
Baca Juga Kerja Keras Eric Hoffer
Ia memberikan sebagian besar uang tabungannya. la tahu impian orang lain lebih besar daripada dirinya, dan jika mereka butuh pertolongan untuk mewujudkannya, ia tidak berpikir panjang untuk segera memberikannya kepada mereka. la menyumbangkan sebagian uang itu untuk gereja, dan sejumlah lainnya untuk beberapa saudara. Ia mewasiatkan sebagian besar uangnya ke Universitas Mississippi Selatan (The University of Southern Mississippi, USM), sebagai dana beasiswa untuk mahasiswa yang berhak bila tidak mampu membayar pendidikan. Universitas ini hanya tiga mil dari rumahnya, tetapi ia tidak pernah mengunjungi kampus tersebut. Tidak ada satu orangpun di sana yang pernah melakukan sesuatu baginya. Ia bukanlah membayar seseorang karena orang tersebut membantunya. Namun ia hanya ingin menolong beberapa anak untuk bersekolah karena rasa cinta, kasih, sayang dan keikhlasannya.
Oseola McCarty atau "Miss Ola"
bagi teman-teman dan keluarganya, telah memutuskan membuat surat wasiat ketika
ia berhenti jadi tukang cuci pakaian karena dirinya telah menjadi terlalu lemah
oleh arthritis. Saat itu ia berusia delapan puluh enam tahun, dan ia tahu bahwa
mungkin sudah saatnya untuk membereskan segala sesuatu. Olapun mendatangi banknya,
dan mengatakan keinginannya apa yang harus mereka lakukan dengan US $250.000
uang simpanannya setelah ia meninggal kelak. Bagian terbesar, uang untuk dana
beasiswa, ialah US $150.000. lni merupakan hadiah yang sangat besar.
Mungkin bukan jumlah yang sangat besar
dizaman miliaran dolar seperti sekarang. Tetapi jelas merupakan jumlah yang
sangat besar bagi seorang perempuan tua yang mencuci dan menyeterika pakaian
untuk menopang nafkah hidupnya. la mengisi tabungan selama tujuh puluh lima tahun,
hanya beberapa dolar setiapkali menabung. Dan ia hanya memberikan begitu saja
kepada orang lain tanpa berpikir panjang. "Saya hanya ingin memberikan ini
kepada seseorang yang akan menghargainya dan belajar," ungkapnya.
"Saya sudah tua dan saya tidak akan hidup selamanya." Orang-orangpun
terkejut. Kebanyakan orang menghormati penghematan, dan Miss Ola orang yang
hemat. Hanya sedikit orang dengan tingkat kemurahan hati yang setara dengan
tingkat penghematannya. Tetapi itulah dia. Oseola McCarty lahir pada tahun
1908, di Shubuta, Mississippi, jauh di pedalaman Jim Crow Selatan. lbu dan
ayahnya tidak menikah. Ia tahu siapa ayahnya, konon ia bukan orang yang baik.
Pria ini menolak berurusan dengan Ola maupun ibunya. Begitu pula mereka yang
menghindar untuk berurusan dengannya." la tidak pernah melakukan apapun
untuk saya,"ingatnya," dan saya tidak peduli padanya."
Neneknya, putri seorang budak, yang kelak membesarkannya.
la seorang janda. Suaminya meninggal ketika ibu Ola masih kecil. la meninggal tidak
lama setelah punggungnya patah Karena membawa potongan kayu di sebuah
penggergajian. Neneknya membesarkan lima anak seorang diri, dan kemudian
ditambah Ola, di tanah pertaniannya seluas tiga hektar." Karena ia seorang
janda, ia tidak punya kesempatan untuk duduk santai seperti kebanyakan
perempuan lainnya,"ingat Ola." Ia harus bekerja, berusaha membesarkan
anak-anaknya, makan dan pakaian, serta menyekolahkannya. Mereka tidak mendapat
banyak pendidikan, tetapi mereka berusaha untuk mendapat sedikit saja agar mereka
bisa menulis dan membaca." la memanggil neneknya Mama, dan ibunya Mama
Lucy.
Ketika ibunya menikah, ia dan suaminya
sering berpindah tempat sementara Ola tinggal bersama neneknya. Ola kecil
memperhatikan bagaimana nenek, ibu, serta bibi dan pamannya harus bekerja keras
untuk hidup dari tanah pertanian mereka. Namun ia tetap merasakan sangat
bahagia. Neneknya sangat mencintai Ola, dan Olapun mencintai neneknya. Ketika
Ola berusia delapan tahun, keluarga itu meninggalkan tanah pertaniannya dan
pindah ke Hattiesburg, di sanalah ibu dan bibinya menerima cucian.
Ayah tirinya tenggelam dalam banjir besar
pada tahun 1927. Konon, dia telah memanjat pohon untuk menyelamatkan diri dari keganasan
terjangan arus air waktu itu, tetapi tak seorangpun datang menolongnya, Karena rasa
lapar dan waktu yang lama, membuatnya menjadi lelah dan lemah hingga jatuh dari
pohon dan hilang terbawa arus yang ganas tersebut. Setelah suaminya meninggal,
ibu Ola pindah ke rumah neneknya dan membantu mencuci serta menyetrika.
Baca Juga Kerja Keras Eric Hoffer
Kendatipun mereka tidak mempunya mesin pencuci pakaian, hal itu tidaklah menyurutkannya untuk giat bekerja dengan rasa cinta, kasih, sayang dan keikhlasan, Mereka menggunakan papan gosok, sebuah bakcuci tua di atas api kayu, dengan pemeras tangan, lalu menggantungnya dijemuran untuk dikeringkan. Sejak awal Ola juga ikut bekerja. la bersekolah di Sekolah Dasar Eureka, Hattiesburg, sampai kelas enam. Ketika pulang dari sekolah, ia bekerja bersama nenek dan bibinya hingga jam tidur malam. la telah memperhatikan neneknya mencuci dan menyetrika, akhirnya iapun tahu bagaimana cara melakukannya. "Nenek hanya melatih cara melakukan yang telah ia lakukan,"Ungkap Ola kepada seorang pewawancara. "Saya sangat mencintai nenek dan segala sesuatu yang dia lakukan juga saya coba lakukan."
Ketika bibinya sakit dan memerlukan
tindakan operasi, Olapun akhirnya memutuskan meninggalkan sekolah untuk
membantu merawat bibinya dan bekerja dalam bisnis cuci keluarga. Ia pernah
bermimpi untuk menjadi seorang perawat, mengenakan busana serta topi perawat
putih yang disetrika dengan kanji. Menurutnya, itu merupakan busana paling
indah yang pernah dilihatnya. Melanjutkan ke sekolah perawat, mengenakan seragam
keren, licin dan indah ternyata hanyalah sebuah mimpinya yang usang.
Meski begitu ia tak menyesali pekerjaan kasar
yang dia lakoni bahkan sejak ia masih belia, dan terus dilanjutkan disepanjang
hidupnya. "Seluruh anggota keluarga telah berhasil, menikah dan pergi dari
rumah; itu berarti semua pekerjaan jatuh kepada nenek saya, jadi saya harus
membantunya." Jelasnya. Tidak ada orang yang pernah memberi sesuatu kepada
mereka. Bahkan ketika mereka berada di masa Depresi Besar, kekhawatiran yang teramat
dahsyat, dan sulitnya mendapatkan sejumlah uang. Mereka tidak pernah mendapat
bantuan orang dan atau pemerintah. "Nenek tetap berusaha, tetapi mereka
tidak memberi apapun padanya. Mereka mengatakan bahwa kami masih mampu bekerja
dan begitulah adanya." Jelas Ola. Mereka bekerja melewati masa Depresi
besar tanpa keluhan, dan tidak pernah merasa pahit akan kehidupan miskin
mereka. Mereka saling memiliki, saling cinta, saling kasih dan sayang serta
penuh keikhlasan, mereka sudah merasa cukup atas pekerjaan yang dapat
menyajikan makanan di meja makan tanpa berlebihan, ternyata hal itu tetap membuat
mereka merasakan sangat bahagia.
"Kami senang bekerja,"Ola
mengingat. "Seluruh keluarga saya pekerja, sama seperti saya bekerja
ketika masih mampu untuk berbuat. Saya bekerja sepanjang waktu, siang dan
malam. Apapun bentuk keinginan saya, saya selalu mengawalinya dengan penuh
pertimbangan, berusaha, dan mendapatkan uang untuk membayarnya, saya tidak mempunyai
hutang kepada seseorang. Tidak seorang pun." Ketika ia masih sekolah, Ola
berjalan ke Bank Nasional Mississippi Pertama kali membawa beberapa dolar yang
telah ia sisihkan untuk ditabungnya. Karena tidak mengetahui tentang bunga atau
cara menanam modal, ia hanya memasukkan uangnya ke dalam rekening biasa
meskipun ia tidak berencana mengeluarkan uang dari tabungannya. Beberapa waktu kemudian,
seorang petugas Bank menganjurkan dia membuka sebuah rekening tabungan yang
uangnya akan menghasilkan bunga. Mulai hari itu, setiap bulan sampai penyakit
arthritis memaksanya berhenti bekerja di tahun 1994, ia memasukkan setiap dolar
yang tidak dibutuhkannya ke bank. Di sinilah ia mulai membangun kekayaannya, Ia
tidak pemah menikah. "Saya punya beberapa teman pria, tetapi hanya
sedikit," ingatnya.
Ketika kesehatan neneknya mulai memberikan
tanda, Ola merawatnya dengan penuh cinta, kasih, sayang dan keikhlasan, yang selalu
dilakukannya tanpa keluhan, hal itulah yang kelak membuatnya tidak punya waktu
untuk berpacaran. Namun ia baik-baik saja dengan hal itu. Ia senang bahwa
neneknya membutuhkan dirinya. Ketika serangan stroke mengunci rahang neneknya,
Ola merupakan satu-satunya orang yang dapat membukanya. Perempuan tua itu tidak
menginginkan orang lain untuk menolongnya, sama halnnya Ola yang juga tidak
membutuhkan orang lain untuk merasa berguna dan diinginkan.
Baca Juga Kerja Keras Eric Hoffer
Nenek, Ibu, Bibi dan Ola tinggal dirumah kecil mereka di Hattiesburg, bekerja disepanjang siang dan malam, dan sangat merasakan bahagia ketika mereka berkumpul bersama. Neneknya meninggal pada tahun 1944 akibat stroke yang dideritanya, yang sebelumnya juga pernah mengalami dua kali serangan stroke yang sama.
Pada usia tujuh puluh lima tahun, nenekpun
pergi untuk selamanya karena kelelahan oleh kerja keras selama bertahun-tahun
lamanya. Kepergian itu memberikan pukulan keras bagi Ola. Kendatipun mereka
semua tahu bahwa itu akan segera ditempuh. Tapi bagi Ola, kepergian adalah
"sesuatu yang sulit untuk diajak berdamai."Ola, ibu, dan bibinya
melanjutkan hidup seperti biasa, mencuci pakaian untuk keluarga-keluarga di
Hattiesburg, pekerjaan dilakukan sampai larut malam yang di dasari dengan rasa
cinta, kasih, sayang dan keikhlasan, pergi ke gereja pada hari Minggunya,
saling menemani, dan menabung uang mereka.
Sang ibu meninggal pada tahun 1964 yang
disebabkan kanker payudara. Tiga tahun kemudian bibinya menyusul. Mereka
mewariskan sedikit uang bagi Ola, yang langsung ia masukkan ke dalam tabungannya.
Kepergian mereka juga sungguh berat bagi Ola. Akhirnya Olapun menyusuri
kehidupannya tanpa seorangpun anggota keluarga yang saling memberikan cinta,
kasih, sayang dan keikhlasan seperti biasa.
Tanpa teman, Ola menyimpan segala sesuatu
bagi dirinya sendiri. Ola adalah orang pendiam dan suka menyendiri. Ketika
sedang tidak bekerja, ia pergunakan waktunya untuk membaca Alkitab, sedikit
menonton televisi, dan mendengarkan radio untuk menghibur dirinya. Selain pergi
ketoko dan gereja, ia jarang meninggalkan rumah.
Ola menyukai musim semi, dan menikmati
berjalan kaki seorang diri. Orang-orang tetap mencucikan pakaian kepadanya. Ia mencuci
dan menyetrika selama tiga generasi bagi beberapa majikannya. la selalu
bersyukur atas pekerjaannya dan selalu menikmati dengan rasa cinta, kasih,
sayang dan keikhlasan yang sudah tertanam sejak awal. "Kerja keras memberikan
makna yang bernilai pada hidup saya," jelasnya. "Setiap orang perlu
mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh yang memang lahir dari hatinya agar mereka
bisa merasa kebahagiaan yang sesungguhnya pula. Setiap pekerjaan dapat
dilakukan dengan baik dan setiap hari memberi kepuasan tersendiri."
Ungkapnya lagi.
la masih bekerja selama dua puluh tujuh
tahun lagi setelah bibinya meninggal. Pada saat itu ia sudah menanam uangnya di
beberapa bank di Hattiesburg. Bank Trustmark merupakan tempat terakhir dimana
Ola menabung, menganjurkannya untuk menanam uangnya dalam deposito dan rekening
pasar uang, dari sana kekayaannya bertumbuh lebih cepat daripada rekening
tabungan biasa. Dua perempuan baik yang bekerja di sana, Nancy Odom dan Ellen
Vinzant, memberi lebih banyak daripada sekadar nasihat keuangan.
Mereka menganjurkan Ola membuat rencana
hari tua ketika saatnya tiba, dimana Ola tidak bisa bekerja, dan akan
membutuhkan seseorang untuk merawatnya. Mereka juga membujuk Ola untuk membeli
sebuah alat pendingin ruangan, Ola berpikir bahwa hal itu tidak dibutuhkannya,
karena Ia sudah terbiasa akan panas teriknya Mississippi. Mereka mengajak Ola
untuk mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan 250.000 dolar tersebut.
la tidak punya rencana untuk masa pensiun. la tidak pernah bepergian, dan tidak
pernah butuh untuk bepergian, ia hanya satu kali keluar dari Mississippi, pergi
ke air terjun Niagara, dan itu dia rasa sudah cukup baginya.
la tahu ia ingin meninggalkan sedikit
warisan bagi beberapa sepupunya, dan sejumlah uang untuk gerejanya, tetapi ia
bingung apa yang harus dilakukan dengan sisanya. Ola mempunyai seorang sepupu
muda, Albert, yang ingin bersekolah sampai perguruan tinggi tetapi tidak
mempunyai cukup biaya. Ayahnya telah meninggal ketika ia masih sangat belia sementara
sang ibu telah berjuang keras untuk menghidupinya. Ola telah menyumbangkan uangnya
beberapa ratus dolar untuk biaya sekolahnya sehingga Albertpun dapat menikmati
belajar di Universitas Mississippi Selatan, dan hadiah itu membuat Albert
merasa sangat senang dan bahagia. Ola merasa bahwa menolong orang untuk mendapatkan
pendidikan yang tak pernah dia dapatkan merupakan sesuatu yang benar untuk
dilanjutkan. Dari sana Ola mengatakan kepada teman-temannya, Nancy dan Ellen,
bahwa dirinya telah memutuskan untuk mewariskan sebagian besar tabungannya kepada
sekolah.
Baca Juga Kerja Keras Eric Hoffer
Mereka telah mendengar ia merundingkan hal itu dengan petugas dana bank, Paul Laughlin. "la berkata ingin mewasiatkan sebagian besar uangnya ke Universitas Mississippi Selatan," ingat Laughlin, "dan ia tidak ingin ada orang yang datang untuk mengubah pikirannya. "Lauhglin memanggil seorang pengacara, ia adalah majikan tempat dahulu Ola telah mencuci dan menyetrika cuciannya, dan ia berbicara kepadanya untuk meyakinkan dan memastikan bahwa hadiah itu merupakan harapan dan ide dari Ola sendiri. Merekapun mengerjakannya. "Saya tidak dapat melakukan semua hal, tetapi saya dapat melakukan sesuatu untuk menolong seseorang, dan apa yang dapat saya lakukan akan saya lakukan. Kalau saja saya bisa berbuat lebih banyak, maka hal itu akan saya lakukan.” Ungkapnya.
Ketika Universitas Mississipi Selatan
mengumumkan hadiah itu, beritanya menyebar ke luar Hattiesburg. Kemurahan
hatinya menarik perhatian seluruh negeri, lebih jauh lagi. Jaringan televisi
mengirim kru-kru kamerawan ke Hattiesburg untuk meliput perempuan luar biasa itu
dan hadiahnya yang menakjubkan tersebut. New York Times melaporkan kisah ini di
halaman depannya. Surat kabar di hampir seluruh negara menerbitkan cerita
serupa. Majalah Time memuat profil dirinya. Begitu pula majalah Newsweek, Life, dan People. Bahkan
wartawan asing sempat melaporkan kisahnya. Olapun akhirnya menjadi selebritas,
dan meskipun ia pemalu, sepertinya ia menikmatinya. Banyak sekali orang-orang
dari seluruh dunia menulis untuk mengatakan bahwa mereka telah terilhami oleh
kebaikan yang sangat mulia dari Ola McCarty.
Orang-orang menambahkan sumbangan mereka
sendiri ke dana beasiswa yang telah ia mulai. Pendiri kantor berita CNN, Ted
Turner, menjanjikan satu miliar dolar kepada Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB),
dan menjelaskan bahwa ia telah terilhami oleh teladan Ola McCarty. Kebaikan
sederhana dari Oseola McCarty, seorang perempuan pencuci yang pemalu dan
sederhana yang melakukan pekerjaan dengan rasa cinta, kasih, sayang dan keikhlasan,
menabung uang bertahun tahun lamanya namun memberikannya begitu saja kepada
orang yang membutuhkan. Kedermawanannya banyak menggugah nurani orang-orang.
Ketika kita sibuk mengumpulkan uang, mengonsumsi dengan rakus, mengumpulkan semua
barang yang sebenamya tidak kita butuhkan, berutang, Ola mengingatkan bahwa
kebahagiaan bukanlah sebuah komoditas berlabel harga. Keegoisan tidak akan
dapat membeli kebahagiaan terlepas dari seberapa besar dan megahnya rumah yang kita
tempatkan, seberapa bagus mobil yang kita kendarai, seberapa banyak harta yang
kita miliki, atau seberapa mudah hidup kita selama ini. Untuk bahagia, kita
harus dapat memberikannya. Kita harus memberikan hati kita yang didasari dengan
rasa cinta, kasih, sayang dan keikhlasan.
Oseola McCarty menjalani kehidupan yang
sangat sederhana. Dan Ia bekerja keras untuk kehidupan yang sederhana pula. Ia
memberikan segala apa yang ia miliki. Ia memberikan semua pekerjaan yang dapat
ia berikan. Ia memberikan hati dan jiwanya kepada orang lain dengan penuh rasa
cinta, kasih, sayang dan keikhlasan. Begitu banyak orang-orang yang menginginkan
hati seperti Oseola yang dapat menyentuh banyak orang atas pertolongannya, dengan
harapan kebahagiaan Oseola dapat menular untuknya. Presiden Clinton mengundang
Ola ke Gedung Putih dan memberinya medali, Universitas Harvard memberinya gelar
kehormatan. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) juga memberinya penghargaan, dan
ketika ia tidak mau pergi ke Paris untuk menerimanya, mereka sendiri yang datang
ke Hattiesburg untuk menemui Ola. Orang-orang dari berbagai penjuru dunia banyak
yang mengirim sesuatu padanya: surat, puisi, Alkitab baru, topi perawat,
benda-benda kerajinan yang mereka buat untuk mengenangnya.
Baca Juga Kerja Keras Eric Hoffer
Seorang artis di New Jersey mengirim sebuah lukisan dirinya, dan membujuk Ola sekedar jalan-jalan dengannya, inilah untuk pertama kali dalam hidupnya Ola terbang dengan pesawat. Hattiesburg akhirnya merayakan Hari Oseola McCarty. Tahun-tahun terakhir hidupnya sama menyenangkannya sebagaimana delapan puluh enam tahun kerja keras sebelumnya.
Begitu banyak orang-orang tidak
menginginkan selain sekadar menjadi temannya atau bisa mengatakan bahwa mereka pemah
bertemu dengannya. la menikmati dirinya tetapi semua hiruk-pikuk tentang hadiah
uang tersebut sebenarnya membingungkannya. "ltu sebenarnya mudah
(dilakukan), jelasnya. Saya tidak membeli barang-barang yang tidak saya
butuhkan. Tuhan telah menolong saya dan saya sangat yakin la juga akan menolong
Anda." la berkata bahwa ia "terberkati.", Stephanie Bullock,
juga dari Hattiesburg, yang merupakan penerima pertama dari beasiswa Oseola
McCarty. la menyebut Ola sebagai nenek kehormatannya. Dilaporkan bahwa studinya
telah berjalan dengan baik di Universitas Mississippi Selatan.
Ola menutup perjalan hidupnya pada tahun
1999, empat tahun setelah hadiahnya diumumkan. la menghabiskan beberapa minggu
terakhir hidupnya dirumah yang sederhana, tempat ia ingin berada. Ribuan orang
yang tidak pernah bertemu dengannya berduka atas kepergiannya, dan berjanji bahwa
akan menjadikan hidup mereka lebih kaya dan terhormat dengan memberikan sesuatu
dari diri mereka kepada orang lain yang didasari dengan rasa cinta, kasih,
sayang dan keikhlasan.
Ola mengetahui sesuatu yang tidak mereka
ketahui atau telah mereka lupakan ketika pekerjaan semata-mata jatuh menjadi
sekadar cara untuk gaya kehidupan. Hidup yang baik, Jelas Ola kepada mereka, apa
pun hidup yang dapat Anda banggakan. "Sekarang ini banyak orang bicara
tentang harga diri. Bagi saya tampaknya sangat sederhana. Jika Anda ingin bangga
akan diri Anda, Anda harus melakukan hal-hal yang bisa anda banggakan yang
didasari dengan rasa cinta, kasih, sayang dan keikhlasan. Perasaan akan
mengikuti tindakan."
Oseola McCarty menjalani kehidupan yang
paling sederhana, tetapi ia tahu beberapa hal, dan beberapa hal tersebut
ternyata justru adalah hal yang paling bernilai harga, yang tidak dapat ditukar
dan atau di beli dengan uang, hal tersebut tidak pernah dipelajari oleh banyak
orang yang tampaknya lebih beruntung. la berkeyakinan bahwa menghormati diri
sendiri adalah nilai tambah yang lebih besar daripada sekedar kekayaan atau
ketenaran, dan ia juga berkeyakinan bahwa kerja keras merupakan hal yang lebih
memuaskan daripada sekedar hidup santai yang tidak diperjuangkan. Berkeyakinan
bahwa kemurahan hati untuk berbuat baik yang didasari dengan cinta, kasih,
sayang dan keikhlasan akan membuat kita lebih bahagia daripada sekedar menumpukkan
harta benda yang tidak kita butuhkan.
Ola berkeyakinan bahwa perasaan akan selalu
mengikuti tindakan, Ola menjalani hidupnya sesuai dengan pengetahuan ini, dan
meninggal sebagai seorang perempuan yang bangga dan bahagia, kehidupan dan
kematian yang disusurinya dengan penuh rasa cinta, kasih, sayang dan
keikhlasan.
Disunting dan disarikan dari John McCain
bersama Mark salter "Character is
Destiny"
sangat menginspirasi pak, terima kasih pak hamdi
BalasHapus