Paradigma menjadi konsep yang menarik perhatian para ilmuwan di Amerika Serikat dan sebagian dunia lainnya (lndonesa sekitar tahun 1980-an) setelah Thomas Khun menggunakannya sebagai konsep sentral dalam bukunya The Structure of Scientific Revolutions yang terbit pada tahun 1962. Penerbitan ini diangap sbagai penerbitan yang monumental dalam perkembangan sejarah dan filsafat ilmu pengetahuan.
Kata paradigma (paradigm), sesuatu yang baru tetapi sudah dikenal dan digunakan. Paradigma berasal dari bahasa Latin paradigma yang artinya: pola. Kata paradigma sendiri menjadi terkenal setelah Khun memberikan pengertian baru khususnya dalam konteks filsafat ilmu pengetahuan. Paradigma menjadi konseptual sentral ataupun terminologi kunci dalam model perkembangan ilmu pengetahuan Khun.
Walaupun merupakan konsep sentral, Khun sendiri dalam bukunya tersebut justru tidak memberikan perumusan/definisi yang jelas tentang apa yang diartikan
dengan paradigma tersebut. Terdapat Iebih kurang 21 pengertian yang berbeda mengenai paradigm itu sendiri.
Masterman dalam bukunya The Nature of Paradigm Criticsm and the Growthof Knowledge (1971) mengklasifikasikan konsep paradigm itu menjadi 3 (tiga):
- Paradigma metafisik (metaphisical paradigm)
- Paradigma sosiologis (sosiological paradigm)
- Paradigma konstruk (construct paradigm)
Metafisik: (Ritzer-Alimanden)
- Menunjuk kepada sesuatu yang ada (dan sesuatu yang tidak ada) yang menjadi pusat perhatian suatu komunitas ilmuwan tertentu.
- Menunjuk pada komunitas ilmuwan tertentu memusatkan perhatian mereka untuk menemukan sesuatu yang ada yang menjadi pusat perhatian mereka.
- Menunjuk kepada sesuatu komunitas ilmuwan tertentu dengan harapan menemukan sesuatu yang sungguh-sungguh ada yang menjadi pusat perhatian dari disiplin ilmu mereka.
Sosiologi
Merupakan salah satu unsur penting dalam paradigma metafisik, yaitu hasil penemuan ilmu pengetahuan yang diterima secara umum. Khun menyebutnya sebagai exemplar. Contoh: hasil karya Durkheim dan Weber.
Konstrak
Konsep tersempit- pembangunan reaktor nuklir berperan sebagai paradigm dan ilmu nuklir. Khun mengartikan paradigma (Ritzer) sebagai keseluruhan susunan kepercayaan, nilai-nilai serta teknik-teknik yang sama dipakai oleh komunitas ilmuwan tertentu, oleh Friendrichs rumusan tersebut diselaraskan lebih lanjut dengan pandangan mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajarinya. Ritzer (Sosiologi: A Multiple Paradigm Science, 1980) merangkum pendapat Khun, Masterman dan Friedrichs, merumuskan: pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan.
Dari definisi tadi, paradigma membantu merumuskan:
- Apa yang harus dipelajari;
- Persoalan-persoalan apa yang harus dijawab;
- Bagaimana seharusnya menjawabnya;
- Aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam mengintepretasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan tersebut.
Jadi dari satu paradigma:
- Terdapat kesamaan pandangan tentang apa yang menjadi pokok persoalan dari cabang ilmu tertentu;
- Kesamaan metode dan instrumen sebagai alat analisis
- Dimungkinkan adanya beberapa paradigma dan cabang ilmu pengetahuan tertentu.
Terdapatnya beberapa komunitas ilmuwan (sub-komunitas) yang memiliki paradigmanya sendiri disebabkan oleh:
- Pandangan filsafat mereka yang berbeda
- Teori-teori yang dianut berbeda
- Metode yang digunakan juga akibatnya berbeda pula
Menurut Sofian effendi (Paradigma Pembangunan dan Administrasi Pembangunan makalah temu karya LAN, Jakarta), paradigma itu punya 2 arti:
Pertama, totalitas konstelasi pemikiran, keyakinan, nilai persepsi dan teknik yang dianut oleh akademisi maupun praktisi disiplin ilmu tertentu yang memengaruhi
cara mereka memandang realitas.
Ke-dua, bagian dari kontelasi tadi yang merupakan upaya manusia untuk memecahkan rahasia ilmu pengetahuan yang mampu menjungkirbalikkan semua asumsi maupun
aturan-aturan yang ada. Perumusan Mostafa Wijaya (Paradigma-paradigma Pembangunan Administrasi dan Manajemen Pembangunan- makalah temu karya) berbunyi:
"Teori dasar atau cara pandang yang fundamental, dilandasi nilai-nilai tertentu, dan berisikan teori pokok, konsep, metodologi atau cara pendekatan yang dapat digunakan pada teoritis dan praktisi dalam menanggapi sesuatu permasalahan baik yang berkaitan dengan pengembangan ilmu maupun dalam upaya pemecahan permasalahan bagi kemajuan hidup dan kehidupan kemanusiaan. Khun berpendapat bahwa tujuan utamanya adalah untuk menentang pendapat di kalangan ilmuwan pada umumnya bahwa perkembangan ilmu pengetahuan itu terjadi secara kumulatif. Mitos ini harus dihilangkan. Perkembangan ilmu pengetahuan bukan terjadi dengan cara kumulatif akan tetapi secara revolusi. Sementara kumulatif memainkan peranan dalam perkembangan ilmu pengetahuan maka sebenarnya percobaan utama dalam ilmu itu terjadi akibat revolusi. Dari uraian tentang sejarah perkembangan ilmu dan pengetahuan itu telah jelas bahwa perkembangan ilmu-pengetahuan itu terjadi secara bertahap (kumulatif) memakan waktu cuku lama dalam prasejarah jutaan tahun yang silam.
Perkembangan itu agak cepat terjadi setelah abad pertengahan. Perkembangan dari yang satu tidak terlepas dari yang mendahuluinya.
Scientific Revolutions
Krisis akan timbul jika sesuatu permasalahan yang dihadapi masyarakat tidak dapat dijelaskan atau tidak dapat dipecahkan secara memuaskan dengan menggunakan suatu paradigma. Krisis ini akan mendorong para ilmuwan untuk melakukan penilaian dan pemikiran kembali mengenai paradigma yang ada dan mencoba menemukan paradigma baru yang dapat memberikan penjelasan pemecahan terhadap masalah.
Dwivedi dan Nef mengartikan scientific revolutions itu sebagai suatu proses diskontinuitas paradigma. Diskontinuitas paradigma akan
melahirkan:
- Ambruknya suatu paradigm
- Sintesis partial yang rapuh
- Konseptualisasi sama sekali baru
Beberapa contoh sicentific revolusions: Fisika: teori astronomi Copernicus, fisika Newton, Listrik Franklin, Relativitas Einstein, teori kimia
Lavoisier, ilmu sosial: evolusi Darwin, maysarakat atomistis Locke, politik ekonomi Smith, teori meta-ekonomi Schumacher, dll. Semua teori tersebut mempunyai kemampuan untuk menjelaskan dengan lebih baik terhadap fenomena astronomi, optika, fisika, kimia, politik, sosial dan ekonomi, dianut oleh sebahagian ilmuwan disiplin ilmu-ilmu tadi. Model perkembangan ilmu pengetahuan menurut Khun, adalah:
PI-NC-A-C-R-P II
- PI = Ilmu pengetahuan pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma tertentu
- NC= normal science, periode akumulasi ilmu pengetahuan. Ilmuwan bekerja dan mengembangkan paradigma yang sedang berpengaruh;
- A= Anomalies, para ilmuwan tidak dapat mengelakkan pertentangan dan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi karena tidak mampunyai paradigm yang memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang timbul secara memadai.
- C= Crisis, jika pertentangan memuncak, krisis akan timbul dan paradigma tadi akan mulai disangsikan validitasnya;
- R= Revolution, krisis memuncak, timbul revolusi ilmiah, paradigma baru muncul menggantikan yang lama.
- PII= Paradigma baru mampu memecahkan persoalan yang dihadapi. Terjadi perubahan besar dalam ilmu pengetahuan.
Paradigma dan Penelitian Ilmiah. Paradigma merupakan landasan penting bagi penelitian ilmiah. Paradigma tidak hanya sekedar mengarahkan penelitian tapi
mempunyai implikasi yang lebih jauh yaitu mampu mengubah pandangan hidup para ilmuwan. Karena para ilmuwan cenderung terikat atau mengacu pada aturan-aturan dan standard yang sama untuk suatu penelitian ilmiah. Menggunakan metode yang sama. untuk memecahkan persoalan yang sama.
Penelitian ilmiah menurut Khun
1. Normal Science
Penelitian yang bertolak pada suatu kesamaan pengetahuan dan teori tertentu. yang disepakati bersama dalam disiplin ilmu tertentu. Pada normal science hanya menguji secara terbatas suatu paradigma yang telah disepakati. Penelitian serupa ini tidak mendorong mengahasilkan teori baru, hanya menggunakan paradigma yang ada untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Karenanya tak mampu menghasilkan ide-ide benar. Mempertahankan status-quo.
2. Extra ordinary Science
Mampu menciptakan paradigma baru. Paradigma yang ada dinilai kembali dengan rasa ragu-ragu (doubts). Keragu-raguan ini menciptakan suatu kondisi
kebimbangan di kalangan masyarakat ilmiah menyebabkan kehilangan rasa terikat pada keabsahan paradigma yang ada. Dicarilah kelemahan-kelemahan paradigm tersebut dan inilah situasi revolusi sains.
kebimbangan di kalangan masyarakat ilmiah menyebabkan kehilangan rasa terikat pada keabsahan paradigma yang ada. Dicarilah kelemahan-kelemahan paradigm tersebut dan inilah situasi revolusi sains.
Paradigm yang baru lahir tidak sertamerta diterima begitu saja malinkan harus dibarengi dengan perubahan perbaikan pada perangkat teori yang membentuknya
dan perangkat yang melandasinya. Paradigm tidak menambah teori-teori yang ada akan tetapi hanya mengubah dan menggantinya.
PROBLEM SOLVING KARL POPPER.
Berbeda dengan pandangan Khun, epistimologi popper bersifat evolusioner. Adapun ciri-ciri utama dari pemecahan masalahnya ialah
1. Objektif
Menghindarkan psikologisme (logika pertumbuhan pengetahuan ilmiah) misalnya teori yang dikembangkan oleh Heirich compers tidak berpikir dalam citra melainkan dalma problem-problem dan solusi tentative atasnya bahwa ada dunia nyata dan problem pengetahuan adalah menemukan dunia ini. Upaya Popper dalam
menerapkan pendekatan objektif yaitu
- Refutabilitas sebagai kriteria demarkasi
- Testabilitas sebagai kriteria progresivitas potensial
- Setiap orang dapat dan boleh mengkritik suatu teori
- Dunia 3 yang terbagi ke dalam (1) dunia 1 yakni dunia materi dan energy; (2) dunia 2 yakni dunia pengalaman kesadaran subjektif (proses mental, proses pemikiran); (3) dunia 3 yakni dunia objektif, dunia teori, argument, situasi problem, kritik, dipandang dalam dirinya sendiri. Dunia 3 ini juga merupakan isi mental pengetahuan yang objektif
2. Rasional
Berati bersifat rasionalitis hanya mungkin dengan pendekatan kritis yakni objektif ilmiah berdasarkan tradisi kritis. Jadi berdasarkan problem
teori-kritik. rumus Popper:
(PI-TT-EE-P2).
- PI= melambangkan problem
- TT= melambangkan teori tentatif
- EE= melambangkan pembuangan kesalahan yang telah diusahakan terutama sebagai gambaran diskusi kritis
- P2= merupakan situasi baru yang diakibatkan oleh adanya evaluasi kritis atas solusi tentatif terhadap problem awal, sehingga munculnya problem baru.
3. Kritis
Kritis termasuk dalam mekanisme pertumbuhan pengetahuan itu sendiri yang sifatnya bisa salah. Manusia hanya bisa mengembangkan ilmunya dengan belajar dari kesalahan (ingat perkembangan ilmu pengetahuan) proses ini dipercepat secara sadar mencari kesalahan-kesalahan agar dapat segera menyingkirkannya.
4. Evolusioner
Prosedur penemuan dan pembangunan kesalahan atau reputasi atas teori-teori yang sangat tangguh, mirip dengan selektis alamiah Darwin.
5. Realistis
Terdapat suatu dunia yang nyata 9anti psikologisme Gompers). Dunia ini bersifat terbuka masa depan tidak tercakup dalam masa lalu dan masa kini, walaupun memberikan pembatasan yang ketat pada masa depan. Dunia yang disebutnya sebagai entitas teoritis yaitu problem, teori, isi, isi pikiran objektif,
argumentasi kritis, juga nyata.
6. Pluralistis
Tidak seorangpun, apakah pencipta teori itu ataupun oranglain yang mencoba memahami teori tersebut dapat memahami seluruh kemungkinan yang terkandung dalam teori tersebut. Studi sejarah teori-teori atau ide-ide bagaikan membela pandangan bahwa seluruh sejarah umat manusia sebagian besar merupakan sejarah teori-teori atau ide-ide kita seharusnya membuat kita semua menjadi pluralis. Berkaitan dengan ide emergence yaitu suatu keterbukaan yang tak terduga yang
tidak mampu diamalkan oleh sarana ilmiah (indetermenisme). Bisa terjadi teori-teori yang kini belum terpikirkan dan tahun depan akan diajukan oleh seseorang. Untuk sampai pada epistemology problem solving tersebut Karl Popper banyak dipengaruhi oleh Einstenin. Teori dianggap gagal jika tidak dapat dipertahankan dalam tes tertentu, perlu dites secara keras, hal ini bertentangan dengan penganut dogmatis yang selalu verifikatif (mencari kebenaran pada teorinya). Sikap ilmiah adalah sikap kritis dan tidak verifikatif melainkan diperlukannya sebuah tes guna melakukan penyangkalan-penyangkalan dana tau kritik.
Menurut Karl Buhler: Tiga fungsi bahasa yang ekspresi, stimulatit: dan deskriptif. Ditambahkan oleh Popper dengan argumentatif sebagai fungsi keempat.
Fungsi ekspresi dan stimulatif pada binatang dan manusia; fungsi deskriptif hanya pada manusia dan jarang (tidak selalu hadir) yang keempat (argumentatif)
adalah yang terpenting, karena basis dari pemikiran kritis itu sendiri. Oswald Kulpe: (Wurzburger Schute), kita tidak berpikir dalam citra-citra tetapi dari problem-problem dan solusi tentatif atasnya. Hanya pandangan Kulpe
Bahasa argumen dipandang sebagai penilaian yang kompleks, akibatnya tidak ada perbedaan betul antara menilai dan mengemukakan alasan untuk membantah atau mendukung suatu pendapat. Ini tidak diterima oleh Popper. Justru harus dibedakan karena ada. Buhler tidak membedakan fungsi deskriptif bahasa dan argumentatifnya. Skema/rumus pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Popper
Bahasa argumen dipandang sebagai penilaian yang kompleks, akibatnya tidak ada perbedaan betul antara menilai dan mengemukakan alasan untuk membantah atau mendukung suatu pendapat. Ini tidak diterima oleh Popper. Justru harus dibedakan karena ada. Buhler tidak membedakan fungsi deskriptif bahasa dan argumentatifnya. Skema/rumus pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Popper
PI-TT-EE-P2
Setiap teori, gagasan, atau tindakan merupakan suatu upaya pemecahan problem tertentu. Oleh sifatnya yang selalu tentatif (belum final), suatu teori
sebagai upaya pemecahan problem tertentu, selalu dihadapkan pada kritik atau koreksi yang bertujuan menemukan kesalahan-kesalahan. Evaluasi kritis terhadap solusi tentatif ini akan membagkinkan problem baru yang tak terduga daripada problem awal yang dicoba ingin dipecahkan. Dan pada gilirannya problem baru
ini menantang untuk dipecahkan dengan teori baru. Demikian seterusnya sehingga pertumbuhan pengetahuan merupakan suatu proses koreksi atas suatu teori yang
satu oleh teori yang lain dalam usaha memecahkan problem yang tak habis-habisnya. Dengan demikian epistemologi Popper menjembatani konflik antara
rasionalisme dan empirisme.
References
Rachmat, Cece (2011) “membidik filsafat” UPI. Press
Hamdi, M (2012) “filsafat sebuah pengantar” Naskah buku dalam proses penerbitan.
terima kasih pak hamdi ilmunya, semoga bapak senantiasa sehat amin.
BalasHapusBacaannya mudah difahami, terima kasih bapak
BalasHapus