Pertemuan ke VI (Ontology; hakikat apa yang dikaji)


Kajian ontology membuat daya tarik yang kuat terhadap kajian metafisika, asumsi, peluang,

Metafisika

Bidang telaah filsafati yang disebut metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah. Kajian tersebut bertolak dari tafsiran, asumsi dan peluang yang akan dibahas sebagai berikut

Tafsiran

Tafsiran yang utama dalam pemikiran manusia terhadap alam raya ini ialah adanya ujud-ujud yang bersifat gaib (supernatural) dan sifat tersebut diyakini sebagai sifat yang lebih tinggi dibandingkan dengan alam itu sendiri. Animisme merupakan kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernatural tersebut, bahwa manusia mempunyai kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda seperti, pohon, batu, sungai, gunung dst). Animism tersebut merupakan kepercayaan yang paling tua umurnya dalam sejarah perkembangan kebudayaan manusia dan masih dipercaya oleh beberapa di masyarakat di muka bumi.

Beriring bergesernya waktu naturalisme hadir untuk menentang keras kepercayaan animisme tersebut. menurut naturalisme gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib melainkan kekuatan yang terdapat pada alam itu sendiri yang dapat dipelajari sehingga dapat diketahui. prinsip-prinsip materialism ini dikembangkan oleh Democritos (370 S.M) ia mengembangkan teori tentang atom yang dipelajari dari gurunya Leucippus yang menyatakan unsur dasar dari alam adalah atom, dan gejala alam dapat didekati dari segi proses kimia- fisika dan gejala tersebut segera dapat dipelajari, dan oleh karena pemahaman tersebut tidak menimbulkan permasalahan sepanjang berorientasi pada zat-zat yang mati seperti batuan atau karat besi namun bagaimana dengan mahluk hidup termasuk manusia, disinilah kaum vitalistik memunculkan pertanyaan besarnya yang kelak menentang paham mekanistik tersebut. Jika kaum mekanistik memandang gejala alam (termasuk mahluk hidup) hanya merupakan gejala kimia-fisika semata. Maka kaum vitalistik memandang hidup adalah suatu yang unik yang berbeda secara substantif. Selanjutnya bagaimana dengan pikiran dan kesadaran itu sendiri?

Secara fisiologis otam manusia terdiri dari 10 – 15 biliun neuron. Neuron adalah sel saraf yang merupakan dasar dari keseluruhan system saraf. Cara kerjanya merupakan obyek telaan dari berbagai disiplin keilmuan seperti fisiologisl; psikologis; kimia; matematika; fisika teknik; dan neuro-fisiologi. Merupakan sebuah kenyataan yang tidak perlu diperdebatkan bahwa proses berpikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (obyek) yang ditelaahnya. Namun apakah hakikat dari kebenaran pemikiran tersebut?, apakah ia berbeda dengan zat yang ditelaahnya?, atau ia mrupakan bentuk lain dari zat tersebut?. 
Dalam hal ini maka aliran monistik berpendapat tidak adanya perbedaan antara pikiran dan zat atau pikiran dan obyek yang ditelaah. Mereka hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai substansi yang sama. Proses berpikir dianggap sebagai aktivitas elektrokimia dari otak. Yang membedakan robot dan manusia bagi kaum mononistik hanya terletak pada komponen dan struktur yang membangunnya dan sama sekali bukan terletak pada substansinya yang pada hakikatnya berbeda secara nyata. Jika komponen dan struktur robot sudah menyamai manusia maka, robot itupun bisa menjadi manusia.  

Pendapat tersebut ditolak oleh kaum yang menganut paham dualism. Terminology dualism ini awalnya dipakai oleh Thomas Hyde (1700) sedangkan monism oleh Christian Wolff (1679 – 1754). Dalam konteks metafisika maka penafsiran dualistic membedakan antara zat dan kesadaran (pikiran) yang bagi mereka berbeda sui gengeris secara substantif. Filsuf yang menganut paham dualism ini diantaranya Rene Descartes (1596 – 1650); John Locke (1632 – 1714); dan George Berkeley (1685 – 1753). Ketiga ahli filsafat ini berpendapat bahwa apa yang ditangkap oleh pikiran termasuk penginderaan dari segenap pengalaman  manusia adalah bersifat mental. Bagi Descartes yang bersifat nyata adalah pikiran karena dengan berpikirlah maka sesuatu itu lantas menjadi ada. Cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada).

Sementara itu Locke beranggapan bahwa pikiran manusia pada mulanya dapat diibaratkan sebuah lempeng lilin yang licin (tabula rasa) dimana pengalaman indera kemudian melekat pada lempeng tersebut. Makin lama makin banyak pengalaman indera yang terkumpul dan kombinasi dari pengalaman-pengalaman tersebut kemudian membuahkan ide yang kian lama kina menjadi rumit. Dengan demikian pikiran dapat diibaratkan sebagai organ yang menyimpan dan menangkap pengalaman indera.

Selanjutnya Berkeley yang dikenal akan pernyataannya “to be is to be perceived” ada adalah disebabkan adanya persepsi). Bagi Berkeley makan buah apel itu hanya ada dalam pikiran seseorang jadi jika tidak ada pemikiran tersebut buah apel tidak aka ada.

Pembahasan berikutnya mengenai ontology yaitu asumsi terhadap keilmuan tentang apa yang dikaji. Kajian tentang berbagai kejadian mempunyai korelasional yang amat tinggi terhadap apa yang dikatakan dengan pilihan bebas (free will); deterministik dan fatalisme (probabilistik).

Pilihan bebas (free will): manusia mempunyai kebebasan dalam menentukan pilihannya, tidak terikat kepada hokum alam yang tidak memberikan alternative
Deterministik: pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat universal.
Fatalisme (probabilistik): segala kejadian ditentukan oleh nasib yang telah ditentukan terlebih dahulu.

Untuk meletakkan ilmu dalam perspektif filsafat marilah kita bertanya kepada diri sendiri apakah sebenarnya yang ingin dipelajari ilmu. Apakah ilmu ingin mempelajari hokum kejadian yang berlaku bagi seluruh manusia, sebagaimana hokum yang dijangkau oleh ilmu-ilmu social, ataukah cukup yang berlaku bagi sebagian besar dari mereka? Atau bahkan mungkin juga kita tidak mempelajari hal-hal yang berlaku umum melainkan cukup mengenai tiap individu belaka.

Konsekuensi dari pilihan ini sangat jelas, sekiranya kita memilih hokum kejadian yang berlaku bagi seluruh manusia maka, kita bertolak dari paham deterministik, selanjutnya sekiranya kita memilih hokum kejadian yang bersifat khas bagi tiap individu manusia maka kita berpaling kepada paham pilihan bebas, sedangkan posisi tengah yang terletak diantara keduanya mengantarkan kita kepada paham yang bersifat probabilistik. Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam memecahkan masalah praktis sehari-hari, tidakla perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang berfungsi memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dari kehidupan.

Pembahasan selanjutnya menganai ontologis ialah peluang tentang apa yang hendak dikaji yang menyatakan bahwa segala bentuk kejadian yang terjadi selalu menyisahkan sentrik peluang yang akhirnya mengantarkan kepada sebuah kesimpulan yang dipilih, kesimpulan pilihan tersebut manusia memiliki keberagaman dalam hal memilih dan perspektif dalam memandangnyalah yang menjadi tolok ukurnya.
Share this article :
 

28 komentar :

  1. Mengapa dalam paham Dualism beranggapan bahwa apa yang ditangkap oleh pikiran termasuk penginderaan dari segenap pengalaman manusia bersifat mental.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya siti aminah nim A1A315007 mencoba menjawab pertanyaan anita. Karena menurut Descartes bahwa yang bersifat nyata adalah pikiran karena dengan berpikirlah maka sesuatu itu lantas menjadi ada. Cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada). Kalau menurut Locke Makin lama makin banyak pengalaman indera yang terkumpul dan kombinasi dari pengalaman-pengalaman tersebut kemudian membuahkan ide yang kian lama kina menjadi rumit. Dengan demikian pikiran dapat diibaratkan sebagai organ yang menyimpan dan menangkap indra. Dan pengalaman Berkeley yang dikenal akan pernyataannya “to be is to be perceived” ada adalah disebabkan adanya persepsi).

      Hapus
    2. pertanyaan yang luar biasa kompleks,mengundang tantangan sudut pandang yang komprehensif. jawaban siti aminah sudah bagus, namun akan lebih bagus lagi tidak sekedar memberikan kejalasan tentang apa yang dikaji/pertanyaan tapi bagaimana keterkaitan kajian tersebut yang disesuaikan dengan beradaban kehidupan manusia yang lebih luas, dengan kata lain jawaban trsbt masih menyisahkan ruang untuk jawaban lanjutan.

      Hapus
    3. Baiklah, trmakasih bapak telah mengkoreksi, saya akan sedikit menambahkan dengan contoh klasik dari cara pandang mengenai realitas secara dualistik ini dapat kita temukan dengan gamblang dalam gagasan Plato mengenai “dua dunia”. Satu “dunia”, menurutnya, mencakup benda-benda jasmani yang disajikan kepada panca indera. Pada taraf ini harus diakui bahwa semuanya tetap berada dalam perubahan.Air yang semula hangat akan menjadi dingin, bunga yang mekar akan menjadi layu, siang berganti malam, muda menjadi tua, yang hidup akan berakhir dan mati, dan seterusnya. Dunia inderawi ditandai oleh pluralitas.

      Hapus
  2. Beriring bergesernya waktu naturalisme hadir untuk menentang keras kepercayaan animisme , apakah dengan kehadiran naturalisme kepercayaan terhadap animisme memudar(pudar)?

    BalasHapus
    Balasan
    1. pertanyaanya sangat mengalir, metafisikanya sangat kuat, sukar bagi saya menemukan pertanyaan seperti ini, tidak bermaksud menjawab karena sudah terjawab oleh hasnawati cuma dianggap perlu diluruskan. (kamar yang dimasuki hasna juga keliru klik balas u/ menjawab pertanyaan) gunakanlah bahasa yang directive atau tidak ambigu yang akhirnya mengundang paradoks dan tidak presisi sehingga mudah dipatahkan, dari pertanyaan monica hanya terdapat dua jawaban (ia dan tidak)kendatipun masih ada kepercayaan animisme namun kata "ia" sudah terwakili. apapun yang diucapkan dan ditulis hukum komparatisme sulit untuuk memisahkan diri darinya karena terdapat 2 komparasi terhadap rasio manusia yaitu setuju dan tidak setuju (maksudhnya dengan apa yang saya sampaikan/tulis) maka, dalam kajian metafisika bagi setuju dengan pernyataan yang saya tulis ini berati mereka masuk dalam wilayah diagronik dan singkronik, dan bagi yang tidak inilah pembuktian bahwa filsafat akan terus berkembang (ia akan mengembangkn cabang2 filsafat baru).
      Catatan. untuk pertanyaan dibuka selama 1 minggu setelah pertemuan (hanya materi pertemuan ke 6), dan 2 minggu bagi yang ingin memberikan jawaban (boleh memberkan jawaban dari soal2 pertemuan ke 5 dan 6).

      Hapus
  3. Mengapa aliran monistik beranggapan keras bahwasannya tdak ada perbedaan antara pikiran atau zat dan objek yg ditelaah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam aliran ini tidak dibedakan antara pikiran dan zat. Mereka hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama. Ibarat zat dan energi dalam teori relativitas Enstein, energi hanya merupakan bentuk lain dari zat.Atau dengan kata lain bahwa aliran monisme menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan yang fundamental.karena di dalam monistik proses berfikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (objek) yang di telaahnya.. jadi metafisikanya itu proses berfikir manusianya misalnya saja menurut pendapat aristoteles dimana air adalah sumber dari segalanya di muka bumi ini.. itu merupakan presisi yang sulit di patahkan. Karena rasionya manusia tidak dapat hidup tanpa ada air.. terimakasih (a1a315014)

      Hapus
    2. Saya mencoba menjawab pertanysan Hasnawati. Hal tersebut dikarenakan dalam aliran monistik proses berpikir dianggap sebagai aktivitas elektrokimia dari otak. Yang membedakan robot dan manusia bagi kaum mononistik hanya terletak pada komponen dan struktur yang membangunnya dan sama sekali bukan terletak pada substansinya yang pada hakikatnya berbeda secara nyata. Jika komponen dan struktur robot sudah menyamai manusia maka, robot itupun bisa menjadi manusia.

      Hapus
    3. pertanyaannya menarik, jadi dapat disimpulkan aliran monistik berpendirian bahwa segala sesuatu (gejala) yang diantarkan oleh pancaindera di saring oleh pikiran sehingga lahirla sesuatu (gejala). ct. pada saat hasnawati, nurul dan siti aminah sedang makan makanan yang lezat selanjutnya menyatakan bahwa makanan tersebut manis maka, rasa manis tersebut sesungguhnya merupakan zat yang disaring oleh pikiran, jika penyaringnya rusak maka tidak heran kalau ia memakan makanan yang tidak semestinya dimakan, dengan kata lain ia akan makan untuk memenuhi kebutuhannya tampa mempertimbangkan rasa.

      Hapus
  4. NIM :A1A315031
    Dalam objek metafisika, Aristoteles menyatakan bahwa objek metafisika adalah ada sebagai yang ada. Yang ingin saya tanyakan adalah apa maksud dari kalimat ada sebagai yang ada tersebut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Objek metafisika ada sebagai yang ada, mksudnya ialah ilmu pengetahuan mengkaji yang ada itu dalam bentuk semurni-murninya, bahwa suatu benda itu sungguh-sungguh ada dalam arti kata tidak terkena perubahan, atau dapat diserapnya oleh panca indera.

      Hapus
    2. Saya andira br sitepu, nim:a1a315031 saya mau bertanya tehadap jawaban saudari hasnawati terhadap jawaban saudari erdita. Apa contoh konkrit objek metafisika yang dimana anda sebutkan tadi bahwa metafisika yg dapat diserap oleh panca indera ?. Terimakasih

      Hapus
    3. Saya siti aminah nim A1A315007 ingin menjawab pertanyaan Erdita yang mana ada sebagai yang ada artinya sesuatu yang ada, yang benar-benar nyata, bukan hanya abstrak, tetapi sungguh-sungguh terjadi, bukti nyatanya ada. Suatu yang tanpa ada perubahan sama sekali dan itu bisa dibuktikan dengan panca indera kita. Contohnya, matahari benar-benar ada pada pagi hari, matahari terbit dari bagian timur dan terbenam di bagian barat tidak bergatian. Apabila matahari ada pastinya suasana akan tersa hangat sampai kita merasa kepanasan. Panca indera seperti mata kita masih bisa menyaksikan hadirnya matahari, kulit kita masih merasankan kehangatan bahkan sengatan panas dari matahari. Buktin nyata matahari sebagai sesuatu yang ada dan sesuai kenyataan dan tidak ada perubahan. Kecuali tingkat suhu dari matahari yang berubah-ubah.

      Hapus
  5. Saya mncoba mnjawab pertanyaan dari monica lawensky panjaitan. Apakah dgn kehadiran naturalisme, kepercayaan trhadap animisme memudar?
    Menurut saya agak memudar, tetapi tdak
    sepenuhnya. Ada sebagian org yg masih
    percaya terhadap animisme atau hal hal gaib
    Termasuk jga zaman modern sekarang.
    Misalnya seperti menghormati kuburan yg dikeramatkan, katanya bisa membuat kita
    kaya apabila kta memohon dari kuburan
    orang yg dulu nya org yg terhormat.

    BalasHapus
  6. Saya nurul agustina mencoba menjawab pertanyaan dari anita rahil simamora (a1a315014) Dualisme adalah konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi. Dalam pandangan tentang hubungan antara jiwa dan raga, dualisme mengklaim bahwa fenomena mental adalah entitas non-fisik.
    Gagasan tentang dualisme jiwa dan raga berasal setidaknya sejak zaman Plato dan Aristoteles dan berhubungan dengan spekulasi tantang eksistensi jiwa yang terkait dengan kecerdasan dan kebijakan. Plato dan Aristoteles berpendapat, dengan alasan berbeda, bahwa "kecerdasan" seseorang (bagian dari budi atau jiwa) tidak bisa diidentifikasi atau dijelaskan dengan fisik.
    Versi dari dualisme yang dikenal secara umum diterapkan oleh René Descartes (1641), yang berpendapat bahwa budi adalah substansi nonfisik. Descartes adalah yang pertama kali mengidentifikasi dengan jelas budi dengan kesadaran dan membedakannya dengan otak, sebagai tempat kecerdasan. Sehingga, dia adalah yang pertama merumuskan permasalahan jiwa-raga dalam bentuknya yang ada sekarang.Dualisme bertentangan dengan berbagai jenis monisme, termasuk fisikalisme dan fenomenalisme. Substansi dualisme bertentangan dengan semua jenis materialisme, tetapi dualisme properti dapat dianggap sejenis materilasme emergent sehingga akan hanya bertentangan dengan materialisme non-emergent.jadi menurut saya dualisme itu kenapa termasuk dalam penginderaan dari segenap pengalaman manusia karena merupakan pandangan tentang hubungan antara jiwa dan raga, dualisme mengklaim bahwa fenomena mental adalah entitas non-fisik.. terimakasih

    BalasHapus
  7. Artikel yg sangat menarik untuk diperbincangkan pak, satu pertanyaan saya, menurut persepsi bapak sendiri, apakah hal-hal yg gaib itu benar benar ada?

    BalasHapus
  8. Saya siti aminah nim A1A315007 ingin bertanya mengenai asumsi terhadap keilmuan tentang apa yang dikaji, yang mana dikatakan bahwa kajian tentang berbagai kejadian yang mempunyai korelasional yang amat tinggi terhadap pilihan bebas, deterministik, dan fatalisme. Yang ingin saya tanyakan adalah faktor apakah yang mempengaruhi korelasional tersebut? Trmaksh

    BalasHapus
    Balasan
    1. A1A315026

      Saya akan menjawab pertanyaan dari Siti, korelasional diambil dari kata korelasi yang berarti salah satu analisis dalam statistik yang dipakai untuk mencari hubungan antara dua variabel yang bersifat kuantitatif. Analisis korelasi merupakan studi pembahasan mengenai derajat hubungan atau derajat asosiasi antara dua variabel, misalnya variabel X dan variabel Y. Jadi faktor yang mempengaruhinya adalah hubungan, seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa, "Konsekuensi dari pilihan ini sangat jelas, sekiranya kita memilih hokum kejadian yang berlaku bagi seluruh manusia maka, kita bertolak dari paham deterministik, selanjutnya sekiranya kita memilih hokum kejadian yang bersifat khas bagi tiap individu manusia maka kita berpaling kepada paham pilihan bebas, sedangkan posisi tengah yang terletak diantara keduanya mengantarkan kita kepada paham yang bersifat probabilistik."

      Hapus
  9. Saya siti aminah nim A1A315007 ingin bertanya mengenai asumsi terhadap keilmuan tentang apa yang dikaji, yang mana dikatakan bahwa kajian tentang berbagai kejadian yang mempunyai korelasional yang amat tinggi terhadap pilihan bebas, deterministik, dan fatalisme, nah lalu faktor apakah yang menyebabkan korelasional tersebut sehingga saling mempengaruhi? Trmakasih

    BalasHapus
  10. saya oktavia purnamasari chandra nim(A1A315033) adakah hubungan timbal balik antara ilmu pengetahuan filsafat deangan pola pikir manusia pada zaman sekarang ini yang mana sebagian manusia masih mempercayai aliran animisme ?

    BalasHapus
  11. Saya Muhammad Ariyansyah nim A1A315015 ingin bertanya yakni dalam pembahasan ontology yaitu asumsi terhadap keilmuan yang dikaji salah satunya fatalisme. Nah yang ingin saya tanyakan adalah bagaimana contoh kongkrit fatalisme dalam kajian filsafat tersebut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. contoh kongkrt yang dikemukakan alfitriadi sudah benar, sedikit diluruskan, hukum prababilistik mengikat dugaan yang masih bisa disanggah, jika 1.0 merupakan kepastian) ramalan cuaca 0.8 bahwa besok tidak akan turun hujan mengandung arti 8 akan turun hujan dan 2 dugaan maka, kendatipun lebih besar kemungkinan hujan namun menyisahkan 2 sebagai peluang yang disebut chance (kebetulan) selanjutnya menjadi nasib. formulanya= dugaan-peluang-kebetulan-nasib. lebih lanjut pernah saya contohkan petani yang mabuk menantang penembak profesional.

      Hapus
  12. A1A315026

    Saya akan menjawab pertanyaan dari Ariyansyah, fatalisme / probabilistik adalah segala kejadian ditentukan oleh nasib yang telah ditentukan terlebih dahulu, contoh kongkritnya adalah seperti yang pernah dipaparkan Bapak Hamdi dalam pertemuan sebelumya, yaitu, langit mendung pertanda akan turun hujan, memang disana terdapat peluang besar akan datangnya hujan, tetapi masih ada peluan kecil didalamnya bahwa tidak akan datang hujan walaupun langit telah mendung

    BalasHapus
  13. A1A315026

    Saya akan menjawab pertanyaan dari Viola, pemikiran individu tersebut masih bisa di ubah menuju jalan yang lebih baik. Perubahan itu sendiri datang dari lingkungan sekitar orang tersebut yang menekankan dia untuk berubah. sebenernya perubahan itu berasal dan dimulai dari diri kita terutama hati dan pikiran kita. Meskipun kertas tersebut tidak bisa kembali putih kosong seperti sebelumnya, tetapi setidaknya kertas tersebut terlihat indah dengan hilangnya beberapa coretan yang dapat merusak kertas tersebut, sehingga lebih enak dilihat orang lain yang ingin membaca kembali tulisan dikertas tersebut. (analogi)

    BalasHapus
  14. Apa perbedaan filsafat metafisika metafisika dan filsafat manusia. Yang mana dijelaskan bahwa filsafat metafisika pada hakikatnya menerangkan dibalik fisik dan transsarental dibalik pengalaman kehidupan?

    BalasHapus
  15. saya yenni rahmawati,A1A315012,Ingin bertanya, mengapa dalam proses berfikir dianggap sebagai aktivitas elektrokimia dari otak, dan mengapa yang membedakan robot dan manusia bagi kaum mononistik yang terletak pada komponen dan struktur yang membangunnya dan sama sekali bukan terletak pada substansinya yang pada hakikatnya berbeda secara nyata?

    BalasHapus
  16. jadi teringat kuliah sama bapak dulu, ontologi bagian ilmu filsafat umum, semoga bapak selalu sehat pak, Amin

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Muhamad Hamdi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger