Pendahuluan
Terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu-individu harus menemukan
jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan. Karena bekerja terutama di atas prinsip kesadaran,
terapi Gestalt berfokus pada apa dan bagaimananya tingkah laku dan pengalaman di sini-dan-sekarang dengan memadukan (mengintegrasikan) bagian-bagian
kepribadian yang terpecahkan dan tidak diketahui. (Corey, 2013: 117)
Asumsi dasar Gestalt adalah bahwa individu-individu mampu menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama konselor adalah membantu
konseli agar mengalami sepenuhnya keberadaannya di sini dan sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah ciri sendiri merasakan dan mengalami
saat sekarang. Oleh karena itu, konselor Gestalt pada dasarnya noninterpretatif dan sedapat mungkin, konseli menyelenggarakan terapi sendiri. Mereka
membuat penafsiran-penafsirannya sendiri, menciptakan pernyataan-pernyataannya sendiri, dan menemukan makna-maknanya sendiri. Akhirnya, konseli didorong
untuk langsung mengalami perjuangan di sini-dan-sekarang terhadap urusan yang tak selesai di masa lampau. Dengan mengalami konflik-konflik, meskipun hanya membicarakannya, konseli lambat laun bisa memperluas kesadarannya.
Latner (Supriatna, N (2009: 48) mengemukakan empat asumsi dasar terapi gestalt, yaitu
- Prinsip keseluruhan (integrasi): individu akan melaksanakan pekerjaan yang tidak selesai tentang emosi dan masalahnya. Individu dilatih menghadapi ketidak lengkapan, perpisahan agar merasa utuh kembali.
- Prinsip kesadaran : orang bebas memilih hanya jika mempunyai kesadaran akan diri. Konsep kesadaran termasuk semua sensasi, pikiran, tingkah laku yang dialami.
- Prinsip figur / latar belakang, berupa pengalaman sangat penting, misalnya keputusan mendekati orang yang sangat membencinya; sedangkan latar belakang terdiri atas pengalaman yang kurang menekan seperti apa yang seseorang akan lakukan setelah makan malam
- Prinsip polaritas, jika seseorang mengalami tuntutan kebutuhannya, maka pertama kali harus membedakan lapangan perseptualnya dalam bentuk yang berlawanan, misalnya aktif atau pasif, baik atau buruk.
Pandangan Gestalt adalah bahwa individu memiliki kesanggupan memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Disebabkan
oleh masalah-masalah tertentu dalam perkembangannya, individu membentuk berbagai cara menghindari masalah dan karenanya, menemui jalan buntu dalam
pertumbuhan pribadinya. Terapi menyajikan intervensi dan tantangan yang diperlukan, yang bisa membantu individu memperoleh pengetahuan dan kesadaran sambil
melangkah menuju pemanduan dan pertumbuhan. Dengan mengakui dan mengalami penghambat-penghambat pertumbuhannya, maka kesadaran individu atas
penghambat-penghambat itu akan meningkat sehingga ia kemudian bias mengumpulkan kekuatan guna mencapai keberadaan yang lebih otentik dan vital.
Tujuan konseling kelompok gestal
Terapi Gestalt memiliki beberapa sasaran penting yang berbeda. Sasaran dasamya adalah menantang konseli agar berpindah dari "didukung oleh lingkungan" menjadi "didukung oleh diri sendiri". Perls, Corey (2013: 123) mengemukakan bahwa, sasaran konseling adalah menjadikan konseli tidak bergantung pada orang
lain dan juga menjadikan konseli agar dapat menemukan sejak awal bahwa dia bias melakukan banyak hal, lebih banyak dari yang dikiranya.
Tujuan terapi Gestalt bukanlah penyesuaian terhadap masyarakat. Perls mengingat bahwa kepribadian dasar pada zaman kita adalah neurotik sebab, menurut keyakinannya, kita hidup di masyarakat yang tidak sehat. Menurut Perls, kita bisa memilih menjadi bagian dari ketidaksehatan kolektif dan atau menghadapi
risiko menjadi sehat. Tujuan terapi selanjutnya adalah membantu konseli agar menemukan pusat dirinya. Perls mengatakan, "Jika Anda berpusat pada diri Anda
sendiri, maka Anda tidak harus disesuaikan lagi, maka apapun yang lewat dan diasimilasi oleh Anda, ·Anda bias memahaminya dan Anda berhubungan dengan apapun yang terjadi". Perls, (Corey, 2013: 124)
Sasaran utama terapi Gestalt adalah pencapaian kesadaran. Kesadaran dengan dan pada dirinya sendiri dipandang kuratif. Tanpa kesadaran, konseli tidakmemiliki alat untuk mengubah kepribadiannya. Dengan kesadaran, konseli memiliki kesanggupan untuk menghadapi dan menerima bagian-bagian keberadaan yang
diingkarinya serta untuk berhubungan dengan pengalaman-pengalaman subjektif dan dengan kenyataan. Konseli bisa menjadi suatu kesatuan dan menyeluruh.
Apabila konseli menjadi sadar maka urusannya yang tidak selesai akan selalu muncul sehingga bisa ditangani dalam terapi. Menurut Perls, terapi Gestalt berhubungan dengan hal yang jelas. Dan orang yang neurotik tidak mampu melihat hal yang jelas: "Dia tidak melihat bisul dihidungnya sendiri", demikian menurut Perls (Corey, 2013: 125). Jadi, tugas terapis adalah menantang konseli. Dengan cara ini, konseli belajar menggunakan kesadarannya secara penuh. Perls yakin bahwa keberadaan total seseorang adalah di hadapan terapis.
Lebih lanjut dikatakan terapi Gestalt menggunakan mata dan telinga terapis untuk menyangga saat sekarang. Terapis menghindari intelektualisasi abstrak,
diagnosis, penafsiran, dan ucapan yang belebihan. Mengenai kebersahajaan terapi Gestalt, Polster dan Polster (Corey, 2013: 125) sependapat dengan Perls. Mereka menyatakan bahwa penafsiran-penafsiran dan diagnosis-diagnosis yang cerdik tidak diperlukan, yang penting adalah menciptakan iklim di mana konseli membangkitkan proses-proses perkembangannya sendiri serta menjadi lebih terfokus pada pengubahan kesadarannya dari waktu ke waktu.
Sama halnya dengan Sutja, A. (2016: 217) bahwa konseling Gestalt bertujuan untuk membantu individu memiliki pamahaman dan kesadaran tentang perasaan, pikiran, perbuatan dan pengalaman dirinya, dan situasi lingkungannya, serta posisi dirinya dalam lingkungan tersebut, sehingga ia memiliki rasa tanggung
jawab atas dirinya dan lingkungannya.
Prosedur kelompok dalam konseling gestal
Terapi Gestalt lebih dari sekedar teknik atau "permainan-permainan". Corey menyebutkan apabila interaksi pribadi antara terapis dan konseli merupakan inti
dari proses terapeutik, teknik-teknik bisa bisa berguna sebagai alat untuk membantu konseli guna memperoleh kesadaran yang lebih penuh, mengalami konflik-konflik intimal, menyesuaikan inkonsistensi-inkonsistensi dan dikotomi-dikotomi dan menembus jalan buntu yang menghambat penyelesaian urusan yang tak selesai. Teknik-teknik dalam terapi Gestalt digunakan sesuai dengan gaya pribadi terapis (Corey, 1990). Meskipun beragam prosedur pelaksanaan, menurut Corey (1990) konselor kelompok gestalt memberi banyak keyakinan dalam praktek umum. Pertama: praktisi tetap memusatkan pada pengalaman disini dan kini. Mereka melakukan ini dengan mengajukan pertanyaan apa dan bagaimana, bukan mengapa. Ke-dua: konselor kelompok Gestalt memimta anggota kelompoknya bekerja dengan masalah yang spesifik agar membantu memunculkan kesadaran yang lebih besar. Kadang-kadang anggota kelompok dengan aktif dapat terlibat dalam membantu proses anggota, meluruskan apa yang terjadi dengan kerjanya. Pada saat lain, interaksi antara pemimpin kelompok dengan anggota dengan selebihnya keberfungsian kelompok sebagai latar belakang. Focus yang kurang diperhatikan adalah integrasi dan tanggung jawab individu. Ke-tiga, titik berat pada perilaku alih-alih proses kognitif Zimker, (Supriatna, N (2009: 49) Karena lebih pada pengalaman terapeutik dan pertumbuhan, digunakan serangkaian eksperimen dan latihan.
dari proses terapeutik, teknik-teknik bisa bisa berguna sebagai alat untuk membantu konseli guna memperoleh kesadaran yang lebih penuh, mengalami konflik-konflik intimal, menyesuaikan inkonsistensi-inkonsistensi dan dikotomi-dikotomi dan menembus jalan buntu yang menghambat penyelesaian urusan yang tak selesai. Teknik-teknik dalam terapi Gestalt digunakan sesuai dengan gaya pribadi terapis (Corey, 1990). Meskipun beragam prosedur pelaksanaan, menurut Corey (1990) konselor kelompok gestalt memberi banyak keyakinan dalam praktek umum. Pertama: praktisi tetap memusatkan pada pengalaman disini dan kini. Mereka melakukan ini dengan mengajukan pertanyaan apa dan bagaimana, bukan mengapa. Ke-dua: konselor kelompok Gestalt memimta anggota kelompoknya bekerja dengan masalah yang spesifik agar membantu memunculkan kesadaran yang lebih besar. Kadang-kadang anggota kelompok dengan aktif dapat terlibat dalam membantu proses anggota, meluruskan apa yang terjadi dengan kerjanya. Pada saat lain, interaksi antara pemimpin kelompok dengan anggota dengan selebihnya keberfungsian kelompok sebagai latar belakang. Focus yang kurang diperhatikan adalah integrasi dan tanggung jawab individu. Ke-tiga, titik berat pada perilaku alih-alih proses kognitif Zimker, (Supriatna, N (2009: 49) Karena lebih pada pengalaman terapeutik dan pertumbuhan, digunakan serangkaian eksperimen dan latihan.
Selanjutnya Vander, dkk, (Adhiputra, N (2015: 131 – 132) beberapa jenis latihan dalam konseling kelompok Gestalt diuraikan sebagai berikut
- Membuat giliran merupakan permainan pemanasan dalam kelompok Gestalt, yaitu saat konfrontasi ditingkatkan. Dalam latihan ini, anggota kelompok diminta untuk mengaatakan sesuatu yang biasanya tidak diucapkannya. Misalnya, "saya takut mengatakan pada anda tentang diri saya sendiri sebab… " "ketika saya mencoba meminta bantuan dia ...... ". Dalam kasus demikian, anggota yang membuat lingkaran bersama anggota kelompok lainnya menjadi sadar.
- Bahasa tubuh merupakan latihan lain bagi anggota kelompok. Latihan ini ditekankan pada apa yang sedang dilakukan tubuh seseorang, seperti tangan memegang kursi atau kaki menendang. Hasil yang diharapkan adalah integrasi pikiran dan kesadaran tubuh.
- Mengubah pertanyaan menjadi pernyataan, anggota kelompok diharapkan mengubah pertanyaan menjadi pernyataan. Misalnya, "adakah anda benar-benar berpikir, itulah yang menyebabkan anda tidak berhasil? "diubah menjadi: "saya tidak berpikir atau menyangkal itulah sebabnya anda tidak berhasil". Pemyataan yang kedua lebih jujur dan terbuka.
- Kursi kosong merupakan suatu teknik yang didesain untuk membantu anggota kelompok menyesuaikan aspek-aspek yang berbeda dari kepribadian mereka (Fagan & Shepherd, 1970). Teknik ini selalu dipakai dalam sesi individual tapi juga efektif dalam adegan kelompok Gestalt.
Satu fungsi penting dari terapis Gestalt ialah memberikan perhatian pada bahasa tubuh konselinya. Isyarat-isyarat non-verbal dari konseli menghasilkan
informasi yang kaya bagi terapis. Corey (2013: 128), karena isyarat-isyarat tersebut seringkali menghianati perasaan-perasaan konseli yang konseli sendiri tidak menyadarinya.
Peran konselor kelompok dalam konseling gestal
Peran konselor dalam pendekatan Gestalt pada dasamya adalah sebagai ahli yang bekerja berusaha menghilangkan ketidak senangan atau konflik, dengan
menggunakan berbagai teknik dan prosedur. Perbedaan teknik dan prosedur membuat tugas terapis berbeda-beda. Namun menurut Gladding; Supriatna; (Supriatna, N, 2009: 52) tugas dasar konselor kelompok Gestalt ada lima, yaitu : (1) patterning (membuat pola); (2) control (pengendalian); (3) humanness (kemanusiaan); (4) catalysts (mempercepat); dan (5) commitment (kesepakatan).
References
Adhiputra, N (2015) “konsling kelompok teori dan aplikasi”. Yogyakarta: Media Akademik.
Berg, R., Landreth, G, L., & Fall, K, A., (2006) “group counseling concepts and procedures. Fourth edition New York: Brunner-Routledge
Brown, N.W (1994) “ group counseling for elementary and middle school children”. Connecticut London: Praeger
Corey, G. (2012) “Theory & Practice of Group Counseling”. Eighth Edition. Canada: Cengage Learning
Jacobs, ED.E., Masson, R., Harvill, R., Schimmel, C, J. (2009) “ group counseling strategi and skiils”. Canada: Linda Schreiber-Ganster.
Kurnanto, E. (2013) “ Konseling Kelompok”. Alfabeta. Bandung
Latipun. (2006) “Psikologi Konseling”. Malang: UMM Press
Rusmana, N. (2009) “ Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah Metode, Teknik dan Aplikasi. Bandung: Rizke Press
Sonstegard, M., Bitter, J, R., & Pelonis, P. (2004) “ Adlerian Group Counseling and Therapy Step-by Step. New York: Brunner-Routledge