Pertemuan III (the knower, knowing dan knowledge; keilmuan sebagai sebuah proses; sumber pengetahuan; teori pengetahuan)


1. THE KNOWER, KNOWING dan KNOWLEDGE

Untuk memahami ilmu diperlukan berpikir. Dalam berpikir manusia akan menggunakan kemampuan sbb: The Knower, Knowing, dan Knowledge. Menurut Herman Soewardi (1999: 246-255).

A. The Knower

Kemampuan untuk mengetahui yang meliputi:
  1. Kemampuan kognitif yaitu kemampuan untuk mengetahui dalam arti yang lebih dalam berupa mengerti, memahami, menghayati dan mengingat apa yang diketahui itu. Landasan kognitif adalah rasio (akal).
  2. Kemampuan afektif ialah kemampuan untuk merasakan tentang apa yang diketahuinya itu, ialah rasa cinta (love) dan rasa indah (beauty). Rasa inilah yang menghubungkan manusia dengan kegaiban dan rasa. Inilah yang merupakan sumber kreativitas manusia. Dengan rasa inilah manusia menjadi manusiawi (bermoral). Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa rasalah yang menjadi tiang kemanusiaan.
  3. Kemampuan Konatif ialah kemampuan untuk mencapai apa yang dirasakan.Konatif adalah will atau karsa (kemauan, keinginan, hasrat) ialah daya dorong untuk mencapai segala apa yang di ditekan oleh rasa.
Ketiga kemampuan tersebut akan berfungsi bila manusia memiliki kesadaran. Kesadaran (Consciousnoss) merupakan bukti dari kepribadian. Seperti diucapkan oleh Descartes Cogito Ergo Sum (saya berpikir maka saya ada). Menurut AI-Ghazali kesadaran ada tiga tingkatan yaitu kesadaran Indrawi, kesadaran Akali, dan kesadaran Rohani.

B. Knowing atau Nalar

Kesadaran adalah landasan untuk nalar atau berpikir. Apa yang dipikirkan oleh manusia yaitu segala sesuatu baik yang dapat di indera maupun yang tidak dapat di indera. Segala sesuatu yang dapat di indera oleh manusia disebut pengalaman (experience), sedangkan segala sesuatu yang tidak dapat di indera oleh manusia disebut dunia Metafisika. Berpikir tentang experience disebut berpikir empirical, dan berpikir dunia gaib disebut berpikir Transendental.

C. Knowledge (pengetahuan)

Berhubungan dengan kepercayaan: reliabilitas dan solidaritas dari duniaexternal yang kita ketahui rnelalui sense perception, pertaliannya dengan ingatan (memory) dan pengenalan objek-objek.

2. KEGIATAN KEILMUAN·SEBAGAI SEBUAH PROSES

Ilrnu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan metode keilmuan. Kegiatan keilrnuan dinamis tidak statis. Hakekat keilmuan ditentukan oleh cara berpikir yang dilakukan menurut persyaratan keilmuan. Ilmu bersifat terbuka, demokratis dan menjunjung tinggi kebenaran di atas segala-galanya, Menurut Jujun (1984:10). S. Suriasumantri (1984: l 0) ditinjau dari segi perkembangannya, seperti juga semua unsur kebudayaan manusia, ilmu merupakan gabungan dari cara-cara manusia dalam mencari pengetahuan. Pada dasamya ditinjau dari sejarah cara berpikir manusia, terdapat dua pola dalam memperoleh pengetahuan. Yang pertama adalah berpikir secara rasional, dimana berdasarkan faham rasionalisme ini, idea tentang kebenaran sebenamya sudah ada. Dan kedua berpikir secara empiris. Cara berpikir empiris dipelopori oleh Francis Bacou (1951- 1626). Kaum empiris rnenganjurkan agar kita kembali kealam untuk mendapatkan pengetahuan. Menurut pandangan mereka pengetahuan ini tidak ada secara apriori dibenak kita melainkan harus diperoleh dari pengalaman. Atas dasar itu berkembanglah apa yang dinamakan pola berpikir empiris. Dalarn bentuk berpikir empiris kaidah pokok yang harus dimiliki oleh individu dalam kegiatan keilmuan, sbb:
  1. Mengamati gejala yang nampak sebagai suatu rnasalah,
  2. Menernukan fakta
  3. Mengajukan berbagai hipotesa untuk menjelaskan fakta,
  4. Menggunakan logika dalarn berpikir melakukan deduksi untuk menafsirkan, dan
  5. Diperoleh teman, sebagai suatu kesimpulan.
Kombinasi cara berpikir rasional dan empiris lebih tepat dilakukan oleh para ilrnuan. Menurut Jujun S. Suriasurnantri (1984: 106) secara sederhana, dapat dikatakan bahwa metoda keilmuan adalah salah satu cara dalam mernperoleh keilmuan. Suatu rangkaian prosedur yang tertentu harus diikuti untuk mendapatkan jawaban yang tertentu dari pernyataan yang tertentu pula. Mungkin efistimologi dari metode keilmuan akan lebih mudah dibicarakan, jika kita mengarahkan perhatian kita kepada sebuah rumusan yang mengatur langkah-langkah proses berpikir, yang diukur dalam suatu urutan tertentu. Kerangka dasar prosedur ini dapat diuraikan dalam enam langkah, sebagai berikut:
  1. Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah
  2. Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan
  3. Penyusunan atao klasifikasi data
  4. Perumusan hipotesis
  5. Dedeuksi dan hipotesis
  6. Tes dan pengujian kebenaran (verifikasi) dari hipotesa.

3. SUMBER PENGETAHUAN

Dengan akalnya manusia mencari dan mempelajari pengetahuan serta kebenaran karena dibutuhkan dalam kehidupan. Adapun sumber pengetauan sbb:

a) Pengetahuan Wahyu (Revealed Knowledge)

Wahyu sebagai sumber pengetahuan dan kebenaran bagi manusia. Wahyu diberikan oleh Tuhan kepada manusia melalui Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dalam kehidupannya untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

b) Pengetahuan Rasional (Rational Knowledge)

Pengetahuan rasional diperoleh melalui pemanfaatan rasio dalam berpikir terhadap sesuatu objek. Disini fakta yang menjadi paradigma yaitu prinsip logika formal dan matematik murni dimana kebenaran dalam tataran abstrak. Nampaknya sumbangan rasionalisme dalam filsafat sangat kuat terhadap konsep pengetahuan manusia. Akal manusia dipandang dasar kemampuan untuk mengetahui kebenaran alam jagat raya yang tidak mungkin diketahui melalui observasi.

c) Pengetahuan Intuitif (Intuitive Knowledge) 

Intuisi dipandang sebagai metode untuk memperoleh pengetahuan manusia tidak berdasarkan penalaran rasio, pengalaman dan pengamatan indera melainkan pengetahuan intuitif disusun dan diterima dengan kekuatan visi imaginative dalam pengalaman pribadi seseorang (Uyoh Saduloh: 2003 : 30). Kebenaran tersebut tidak akan dapat diuji dengan observasi, perhitungan atau eksperimen.

d) Pengetahuan Empiris (Empirical Knowledge)

Pengetahuan empiris (pengalaman) dengan diperoleh melalui pengkajiandilapangan, paradigma pengetahuan empiris dimana hipotesis-hipotesis sains(ilmu) diuji dengan observasi atau dengan eksperimen. Yang menjadi dasar pijakan pemikiran ini yaitu ali ran filsafat empirisme. Aliran ini beranggapanpengalaman merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan, sehinggamerupakan sumber dari pengetahuan manusia. Namun disini, pengalaman' bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan akal melainkan melibatkan akalsebagai bagian integral dari pengalaman untuk menemukan pengetahuan.

4. TEORI PENGETAHUAN

Menurut Uyoh Saduloh (2003: 33-36). Ada beberapa teori yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan apakah pengetahuan itu benar atau· salah, yaitu :1) teori korespondensi, 2) teori koherensi, 3) teori pragmatisme.

a) Teori Korespondensi (Correspondence Theory)

Menurut teori korespondensi, kebenaran merupakan persesuaian antar fakta dan situasi nyata. Kebenaran merupakan persesuaian antara pernyataan dalam pikiran dengan situasi lingkungannya. Teori ini paling luas diakui oleh realis. Saya berpendapat bahwa Pulau Jawa merupakan pulau terpadat penduduknya di
Indonesia. Pendapat saya itu benar bukan karena bersesuaian dengan pendapat orang lain sebelumnya, atau karena diterima oleh banyak orang melainkan karena bersesuaian dengan kenyataan yang sebenarnya. Ini merupakan ciri dari ilmuan yang selalu mencek atau mengontrol pikiran-pikirannya dengan data-data atau penemuan-penemuan.

b) Teori Koherensi (Coherence Theory)

Menurut teori koherensi, kebenaran bukan persesuaian antara pikiran dengan kenyataan, melainkan kesesuaian secara harmonis antara pendapat/pikiran kita dengan pengetahuan kita yang telah dimiliki. Teori ini pada umumnya diakui oleh golongan idealis. Pengertian persesuaian dalam teori ini berarti terdapat konsistensi (ketetapan, sehingga teori ini disebut juga teori konsistensi) yang merupakan ciri logis hubungan antara pikiran-pikiran (ide-ide) yang telah kita miliki satu dengan yang lain. Kalau kita menerima pengetahuan baru, karena pengetahuan tersebut sesuai dengan pengetahuan yang kita miliki, atau apabila kita melepaskan pendapat lama, karena pendapat baru tersebut lebih bertautan secara harmonis dengan keseluruhan pengalaman dan pengetahuan kita. Bentuk yang paling sederhana dari teori koherensi adalah menuntut adanya konsistensi formal dalam sistem.

Misalnya dari rumus-rumus dalam matematika orang dapat membangun suatu sistem dalam geometri. Sistem ini dapat diakuisebagai suatu sistem yang benar, jika yang menjadi dasar kebenaran dalam sistem adalah adanya konsistensi dengan hukum-hukum berpikir formal tertentu.

c) Teori Pragmatisme (Pragmatism Theory)

Menurut teori pragmatisme, kebenaran tidak bisa bersesuaian dengan kenyataan, sebab kita hanya bisa mengetahui dari pengalaman kita saja. Dilain pihak, menurut pragmatisme, teori koherensi adalah formal dan rasional. Pragmatisme berpendirian bahwa mereka tidak mengetahui apapun (agnostik) tentang wujud, esensi, intelektualitas, rasionalitas. Oleh karena itu, pragmatism menentang otoritarianisme, intelektualisme, dan rasionalisme. Penganut pragmatisme merupakan penganut empirisme yang fanatik untuk memberikan interpretasi terhadap pengalaman. Menurut pragmatisme, tidak ada kebenaran yang mutlak dan abadi. Kebenaran itu dibuat dalam proses penyesuaian manusia. Schiller, pengikut pragmatisme di Inggris, mengemukakan bahwa kebenaran merupakan suatu bentuk nilai, artinya apabila kita menyatakan benar terhadap sesuatu, berarti kita memberikan penilaian terhadapnya. Istilah benar adalah suatu pernyataan yang berguna, sedangkan istilah salah merupakan pernyataan yang tidak berguna. Seseorang menyatakan bahwa pendapatnya benar, karena telah memenuhi kepentingannya. Dapat terjadi seseorang menyatakan benar, tetapi suatu saat ia menyatakan pendapatnya itu salah, karena pendapatn yaitu sudah tidak berguna, tetapi hanya dapat memenuhi kepentingannya. Tetapi, dalam hal ini tidak berarti bahwa benar dan salah merupakan hal yang bersifat individual. Kebenaran merupakan basil sosial, artinya sebagai hasil bubungan sosial. 

Kebenaran individual dikontrol atau dikoreksi di bawah pengaruh sosial sampai akhimya kebenaran itu diterima secara umum. Menurut pragmatisme, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kebidupan praktis atau tidak. Artinya, pernyataan itu dikatakan benar kalau memiliki kegunaan praktis dalam kebidupan manusia. Suatu teori, pendapat, atau bipotesis dikatakan benar apabila menghasilkan jalan keluar dalam praktik, atau membuahkan hasil-hasil yang memuaskan.

References

Hamdi, M. (2011) “ Book Report Filsafat Ilmu”. Bandung. UPI SPs Press
Rakhmat, Cece. (2011) “ Membidik Filsafat Ilmu”. Bandung. UPI SPs Press.

Share this article :
 

4 komentar :

  1. NIM : A1A315032
    NAMA: ANDIRA BR SITEPU

    Saya anak didik bapak dari prodi ppkn, Saya mau bertanya mengenai materi ini.

    1. pada pembahasan knowing ada disebutkan bahwa segala sesuatu yang tidak dapat di rasa oleh indra itu disebut dunia metafisika, apa contoh sesuatu itu yang termasuk dunia metafisika ? terimakasih.





















    BalasHapus
    Balasan
    1. untuk andira sitepu
      sebagaimana bait sajak terakhir dari Faruddin Attar "...dan kita membuat peti...di dalam peti. oleh karena benda-benda tidak sepenuhnya tampak sebagaimana adanya maka, tugas metafisika mengungkap apa yang ada didasar pengalamn yang tersembunyi dibelakang indera hingga akhirnya menemukan kebenaran. ct. adil dan tidak adil, bersahabat dan tidak bersahabat, baik dan jahat, teratur dan kacau dst, tampa disadari kita menghubungkan peristiwa tersebut satu sama lainnya. metafisika dapat memecahkan masalah misteri kehidupan sehari hari yang menuntut untuk segera diberikan jawaban. ketika Andira mengajuka pertanyaan kepada saya dan menunggu sebuah jawaban maka sebenarnya Andira sudah mendarat di wilayah Metafisika, sebuah roket tidak akan sampai ke galaksi jika ia tidak mempunyai tempat peluncurannya, dan pertanyaan tidak mungkin ada tampa adanya landasan yang disebut metafisika dengan kata lain sesuatu yang menyebabkan Andira sampai pada sebuah pertanyaan itulah metafisika. terima kasih pertanyaannya sangat menantang.

      Hapus
    2. Terimakasih pak, atas jawaban bapak

      Hapus
  2. contohnya adalah animisme (roh-roh yang bersifat gaib terdapat pada benda, seperti batu, pohon) merupakan contoh kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernaturalisme dikarenakan metafisika membicarakan sesuatu yang bersifat “keluarbiasaan” (beyond nature) yang berada di luar pengalaman manusia (immediate experience)

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Muhamad Hamdi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger