Rasional Konseling Kelompok
Pemaparan konsep kelompok merupakan sebuah sistem yang terdiri atas person-person yang mendukung eksistensi kelompok dan memiliki kebutuhan terhadap kelompok. Secara mendasar penggunaan kelompok sebagai alat atau media membantu dalam konseling karena individu pada hakekatnya adalah makluk sosial. Individu pada dasarnya selalu membutuhkan orang lain untuk belajar serta mengembangkan diri. Bagaimana kelompok dan setiap anggota kelompok berkembang merupakan bahasan dinamika kelompok.
National model for school counseling program ASCA (Bowers & Hatch, 2002; ASCA 2003) mengidentifikasi sistem penyampaian sebagai kurikulum bimbingan, perencanaan individual peserta didik, layanan responsif dan dukungan sistem. Dalam layanan responsif konseling kelompok merupakan makna dari penyampaian layanan langsung terhadap peserta didik. Dalam hal ini konseling kelompok, merupakan data yang diarahkan dan dihubungkan dengan visi dan misi sekolah. Konsep dinamika kelompok dikemukakan Kurt Lewin pada tahun 1948 untuk mendeskripsikan suasana, interaksi dan tujuan kelompok. Cartwright dan Zander (1968) mendelfnisikan dinamika kelompok sebagai pengetahuan alamiah tentang kelompok, prosedur pengembangan, serta hubungan kelompok dengan individu, kelompok lain maupu institusi yang lebih besar. Gladding (1995) mengkonseptualisasikan dinamika kelompok sebagai pengetahuan untuk memahami pengaruh kelompok terhadap perilaku dan produktivitas individu dalam bekerja.
Konseling kelompok sangat bermanfaat untuk membantu peserta didik sebagaimana Whiston dan Sexton, (1998) menyatakan
Pertama: Konseling kelompok merupakan bentuk intervensi yang lebih efisien bila dibandingkan dengan konseling individual yang menuntut akan perencanaan matang disamping tingginya kapasitas peserta didik lainnya yang juga mengharapkan bantuan, melalui konseling kelompok konselor dapat bertemu dengan peserta didik dengan jumlah yang banyak.
Kedua: Jika dipandang dari perspektif perkembangan dan pedagogic sering kali cara terbik bagi peserta didik dalam belajar adalah dengan belajar dari satu sama lain, dalam hal ini konseling kelompok mengakomodasi berupa bentukan kelompok tersebut untuk pembelajaran peserta didik. Berhubungan dengan hal ini kekuatan dari kelompok sebaya dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan yang positif di bawah kepemimpinan yang terampil dari koselor sekolah yang professional. Akhirnya kelompok merupakan suatu komunitas mikrokosmos dan dapat memberikan suatu setting kehidupan nyata dimana peserta didik dapat menemukan jalan keluar dari persoalan-persoalan dan masalah-masalah yang sedang dihadapinya.
Konseling kelompok merupakan salah satu keterampikan khusus yang paling perlu dikuasai oleh seorang konselor sekolah yang professional. Karenanya penting bagi konselor sekolah untuk mengetahui prosedur kelompok dalam konseling. Konseling kelompok dalam program konseling sekolah berperan sebagai tonggak perkembangan, memberikan remediasi, dan mempromosikan iklim sekolah yang sehat.
Melalui tonggak perkembangan. Rusmana, N (2009) mengartikan bahwa konselor sekolah professional secara beralasan dapat berharap bahwa kebanyakan atau seluruh siswa akan memperoleh keuntungan dari keikutsertaan mereka dalam kelompok yang dirancang untuk mempromosikan perkembangan karir, akademik, sosial dan pribadi. Sebagai contoh, Topik kelompok developmental yang mengarah pada perkembangan akademik mencakup keterampilan belajar, strategi pengambilan resiko,dan transisi menuju sekolah menengah atau perguruan tinggi. Topik bagi kelompok pengembangan karir mencakup pencapaian tujuan dan pembuatan keputusan, transisi menuju pilihan pasca-sekunder, eksplorasi karir, dan perencanaan masuk perguruan tinggi. Topik kelompok pribadi-sosial mencakup hubungan dengan ternan sebaya, persahabatan, self-esteem, membentuk hubungan yang romantis, aman dan sehat, pemberdayaan personal, serta menerima adik kandungyang baru lahir.
Konseling kelompok, merupakan suatu upaya remedial saat membahas topik atau isu-isu seputar hal-hal yang mengganggu atau menghambat proses belajar dan perkembangan kelompok peserta didik tertentu. Kelompok remedial membantu peserta didik mengembangkan keterampilan coping untuk membantu mereka dalam menghadapi isu-isu personal dan sosial yang sulit. Kelompok semacam ini tampaknya dapat mendorong peserta didik untuk memperoleh kembali kendali terhadap hidup mereka dan terlibat (atau kembali terlibat) dalam proses pembelajaran. Kelompok yang membahas isu-isu remedial dapat mencakup isu-isu seputar perceraian orang tua dan perpisahan keluarga, identitas seksual, pemakaian obat-obatan terlarang, kematian dan kehilangan, menghadapi HIV/AIDS, manajemen amarah, resolusi konflik, serta belajar untuk hidup dalam keluarga campuran. Beberapa kelompok diberikan isu yang dapat memmengaruhi kelompok besar peserta didik.
Seperti contoh, dalam daerah basis militer, orang tua dan anggota keluarga lainnya seringkali harus meninggalkan rumah untuk turut serta dalam wajib militer. Hal semacam ini dapat menyebabkan pergolakan dan ketidak pastian dalam sebagian besar keluarga serta dapat mengganggu proses belajar peserta didik pada akhirnya, topik kelompok remedial dapat mencakup isu-isu yang memengaruhi seluruh peserta didik. Isu-isu ini bisa berupa bencana alam seperti angin topan, kejadian tragis seperti aksi teror, insiden kekerasan khusus di sekolah, atau kematian salah seorang teman peserta didik. konseling kelompok remedial dapat membantu peserta didik memaparkan mana yang mereka alami sebagai akibat langsung dari suatu tragedi. Isu-isu yang muncul dari berbagai peristiwa di atas, saat tidak teratasi, pertumbuhan personal yang rusak akan menghambat proses belajar. Dengan memberi respon terhadap kebutuhan remedial melalui konseling kelompok, konselor sekolah professional telah menyampaikan suatu layanan yang sangat penting dan terspesialisasi.
Selanjutnya kelompok yang membahasa tentang budaya dan iklim sekolah. Beberapa kelompok semacam ini mambahas topik seputar kesadaran akan keragaman reduksi bias dan prasangka, resolusi konflik dan saling menghormati satu sama lain. Kelompok ini dapat juga membahas tentang hambantan-hambatan kultural dan institusional dalam belajar yang dialami oleh kelompok peserta didik tertentu misalnya sejumlah kelompok berdasarkan warna kulit, kelas sosial dan sebagainya.
Kultur dan iklim institusional secara keseluruhan dari sekolah dapat membatasi kesetaraan dan akses terhadap konseling kelompok bagi seluruh peserta didik. Konselor sekolah professional perlu mencapai kelompok yang termarginalkan dan mendorong mereka untuk mempetimbangkan konseling kelompok sebagai cara yang bermakna dalam memenuhi kebutuhannya. Pengalaman akan hambatan-hambatan dan bias-bias kemasyarakatan dan institusional dapat menghilangkan kepercayaan dan membuat peserta didik ragu bahwa sekolah dan perwakilannya memiliki minat terhadap kasih sayang.
Pengertian konseling kelompok
Konseling kelompok (group counseling) merupakan salah satu bentuk konseling yang memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik ( feedback) dan pengalaman belajar. Konseling kelompok dalam prosesnya menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok (group dynamic). Konseling kelompok merupakan merupakan kelompok terapeutik yang dilaksanakan untuk membantu konseli mengatasi masalah yang berhubugnan dengan kehidupan sehari-hari. Konseling kelompok umumnya ditekannkan untuk proses remedial dan pemcapaian funsi-fingsu secara optimal. Konseling kelompok mengatasi konseli dalam keadaan normal, yaitu tidak sedang mengalami gungguan fungsi-fungsi kepribadian. Pada umumnya konseling diselenggarakan untuk jangka pendek atau menengah.
Di dalam program bimbingan layanan konseling terbagi menjadi dua jenis layanan yakni konseling individual dan konseling kelompok, pada hakikatnya perbedaannya yaitu pada suasana pemberian bantuan oleh orang ahli yang disebut konselor terhadap penerima bantuan yang disebut konseli. Dalam konseling individual konseli dibantu oleh konselor dalam suasana antar dua pribadi, sedangkan konseling kelompok konseli dibantu konselor dalam suasan kelompok.
Pengertian konseling kelompok menurut para ahli diuraikan sebagai berikut
- Pauline Harrison (Kurnanto, E, 2013: 8) menyatakan bahwa konseling kelompok adalah konseling yang terdiri dari 4 – 8 konseli yang bertemu dengan 1 – 2 konselor
- Gazda (Adhiputra, N, 2015: 24 menyatakan bahwa konseling kelompok merupakan suatu sistem layanan bantuan yang amat baik untuk membantu pengembangan kemampuan pribadi, pencegahan, dan menangani konflik-konflik antar pribadi atau pemecahan masalah.
- Natawidjaja, R (Rusmana, N 2009: 29) menyatakan bahwa konseling kelompok diartikan sebagai upaya bantuan kepada individu (beberapa individu) yang bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam berbagai aspek perkembangan dan perumbuhannya. Selain bersifat preventif konseling kelompok juga bersifat penyembuhan.
- Nurihsan J, A. (2012:22) Konseling kelompok adalah suatu proses antarpribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling mempercayai, saling memperlakukan dengan mesra, saling pengertian, saling menerima dan saling mendukung. Fungsi-fungsi terapi itu diciptakan dan dikembangkan dalam suatu kelompok kecil melalui cara saling mempedulikan di antara para peserta konseling kelompok.
- Rusmana, N (2009: 29) menyatakan bahwa konseling kelompok merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada individu (konseli) yang dilakukan dalam suasana kelompok, bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam berbagai aspek perkembangan dan pertumbuhannya.
Dari beberapa pendapat mengenai konseling kelompok di atas dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok ialah konseling yang terdiri dari 4 – 8 konseli yang bertemu dengan 1 – 2 konselor dalam suatu kelompok bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam berbagai aspek perkembangan dan pertumbuhan yang bersifat preventif sekaligus penyembuhan.
Konseli dalam konseling kelompok pada dasarnya adalah individu-individu normal yang memiliki berbagai kepedulian dan persoalan yang tidak memerlukan perubahan kepribadian dalam penanganannya. Klien dalam konseling kelompok dapat menggunakan interaksi dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu, untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap dan perilaku tertentu.
References
Adhiputra, N (2015) “konsling kelompok teori dan aplikasi”. Yogyakarta: Media Akademik.
Berg, R., Landreth, G, L., & Fall, K, A., (2006) “group counseling concepts and procedures. Fourth edition New York: Brunner-Routledge
Brown, N.W (1994) “ group counseling for elementary and middle school children”. Connecticut London: Praeger
Corey, G. (2012) “Theory & Practice of Group Counseling”. Eighth Edition. Canada: Cengage Learning
Jacobs, ED.E., Masson, R., Harvill, R., Schimmel, C, J. (2009) “ group counseling strategi and skiils”. Canada: Linda Schreiber-Ganster.
Kurnanto, E. (2013) “ Konseling Kelompok”. Alfabeta. Bandung
Latipun. (2006) “Psikologi Konseling”. Malang: UMM Press
Rusmana, N. (2009) “ Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah Metode, Teknik dan Aplikasi. Bandung: Rizke Press
Sonstegard, M., Bitter, J, R., & Pelonis, P. (2004) “ Adlerian Group Counseling and Therapy Step-by Step. New York: Brunner-Routledge