KONSEP DASAR PROSEDUR KELOMPOK DALAM KONSELING



Konseling adalah sebuah profesi yang sifatnya membantu (helping profession) oleh karenanya konseling mempunya prosedur tertentu tidak terkecuali prosedur kelompok dalam konseling. Menurut Ward (Berg, Landreth dan Fall, 2006) prosedur kelompok dalam konseling telah lama dipertimbangkan dan digunakan oleh orang ahli atau konselor sebagai metode yang dipandang lebih bijaksana dalam membantu konseli. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kelompok untuk berbagai fungsi pendiidkan dan konseling memberikan beberapa keuntungan yang sangat bermanfaat mencapaian tujuan. Selanjutnya Corey & corey, (2006) Gazda, Ginter Horne (2001) menyatakan bahwa melalui program kelompok dalam konseling dapat memberikan berbagai macam pengalaman kepada individu melalui kegiatan dalam kelompoknya suatu kelompok yang dapat membantu mereka mengembangkan cara belajarnya, keberfungsiannya secara efektif, mengembangkan toleransi terhadap stress dan kecemasan lebih jauh menemukan kepuasan dalam bekerja dan hidup persama orang lain sebagai mahluk social.

Berangkat dari tapak filosofis tersebutlah kelompok konseling itu ada, sebagaimana Landerh dan Fall, (2006) memaparkan secara detail beberapa rasional penggunaan kelompok sebagai salah satu prosedur konseling diantaranya:
  1. Kelompok sebagai lingkungan pencegahan
  2. Kelompok sebagai peluang untuk menemukan diri
  3. Kelompok sebagai sarana penemuan hal lain
  4. Kelompok sebagai wahana mendefinisikan kembali tentang diri
  5. Kelompok sebagai wahana untuk mengembangkan kesadaran interpersonal
  6. Kelompok sebagai realitas pengujuan laboraturium social
  7. Pengalaman hubungan yang bermakna
  8. Tekanan dinamis terhadap pertumbuhan
  9. Dukungan lingkungan dalam kelompok sebagai terapi bagi individu

Kelompok sebagai lingkungan pencegahan

Kebanyakan konselor dalam setting pendidikan dan hampir pada semua lembaga bantuan psikologis, berkonsentrasi pada konseli yang telah mengalami kesulitan emosional atau akademis. Padahal bagi sebagian siswa baik masalah emosional maupun akademik yang dialaminya merupakan pradisposisi kebiasaan belajar mal-adaptif dan sikap buruk, yang pada gilirannya menyebabkan prestasi rendah. Bahkan pada akhirnya secara psikologis mereka cenderung hyper resistant, yakni seperangkat karakteristik mental yang cenderung memunculkan reaksi penolakan terhadap harapan masyarakat Konseling kelompok seyogianya bersifat preventif dan pengembangan dengan penekanan pada pencegahan terapeutik masalah emosional atau penyesuaian siswa.

Pencegahan atas kebiasaan akademis mal-adaptif dan sikap yang mungkin berasal dari masalah tersebut akan memungkinkan siswa memperoleh pengalaman pendidikan yang diperlukan sebagai kontribusi positif bagi diri dan masyarakat. Penerapan prosedur konseling kelompok yang dapat memenuhi kebutuhan individu cenderung berkembang, dirangsang oleh penerimaan yang lebih baik dari pendekatan preventif untuk menghadapimasalah dan pengakuan yang terus meningkat atas efektivitas konseling kelompok. Penelitian dan pengalaman yang cukupdenganprosedur konseling kelompok terakumulasikan untuk mendukung penggunaan pendekatan ini sebagai bagian dari proses membantu individu untuk tumbuh.
 
Sebagai hasil dari penelitian yang luas danpengalaman dalam konseling kelompok, Ward (2004) mengomentaridukungan empiris dan anekdot efektivitas kelompok, dan Gazda(1989) mengusulkan bahwa konseling kelompok memungkinkandijadikan modus pilihan treatment bagi banyak individu.

Kelompok sebagai Peluang untuk Menemukan Diri

Pada saat manusia berada dalam konteks kelompok, ia tidakbisa terus mengandalkan hanya pada dirinya sendiri untuk melihatdirinya sendiri. Melalui kelompok ia mengalami kontak kelompokyang membawanya pada kesadaran diri bahwa ada cara pandangyang berbeda dengan dirinya mengenai dirinya sendiri. Ia dihadapkandengan persepsi lain tentang dirinya. Melalui sifat katalitik reaksikelompok membawa manusia mempertimbangkan persepsi lain daridirinya juga. lni terjadi dalam kesadaran yang tulus, yang difasilitasioleh interaksi kelompok. Melalui proses ini manusia lebih diperkaya dari dirinya yang memungkinkan manusia untuk melepaskan potensi penuh positif kepada masyarakat (Cohn, 1967:1). Jika ini terjadimaka kelompok dapat menjadi peluang untuk menemukan diri siapa aku dan harus bagaimana aku sesungguhnya. Proses memfasilitasi masing-masing anggota dalam menemukan diri dapat terjadi melalui pengungkapan kepada orang lain dalam kelompok. Konseling kelompok menyediakan individu dengan kesempatan untuk mengeksplorasi pola perilaku sendiri.

Kelompok sebagai Sarana Penemuan Hal Lain

Bagi orang-orang yang merasa terancam oleh konseling individual, kelompok menyediakan tingkat anonimitas. Dalam kelompokmereka bisa menemukan bahwa bukan hanya dirinya yangbermasalah, sehingga anggota kelompok merasa bahwa masalah mereka tidak khusus untuk dirinya saja, tetapi juga bisa berbagaidengan orang lain. Mereka bisa bersantai dan menjadi kurang defensif karena mereka bisa terlepas oleh isolasi anggapan yang salahselama ini. Yang paling menakutkan dari perasaan terisolasi danke·sepian adalah khayalan bahwa tidak ada orang lain memiliki kesulitan yang sama. Namun, ketika individu memahami bahwa anggota lain juga memiliki masalah, perasaan empati dan rasa memiliki mulai berkembang bahkan meski masalah yang disampaikan berbeda (Kline, 2003). Kesadaran bahwa masalah pribadi sebagaimasalah umum merupakan proses yang membantu anggota. kelompok untuk mengakui masalah mereka sendiri ke kesadaran penuh dan berurusan dengan mereka dalam konteks hubungan peduli. Dengan demikian, para anggota masalah tidak lagi khusus bagi mereka, dan mereka menemukan bahwa orang lain masing-masing saling berbagi perjalanan sendiri.

Kelompok sebagai Wahana Mendefinisikan Kembali tentang Diri

Sebelum mengikuti konseling kelompok individu sering kali mengalami distorsi diri. Melalui proses hubungan konseling kelompok,anggota menemukan makna memberi dan menerima dukungan emosional dan pemahaman dalam beragam perbedaan. Persepsi diri kemudian dapat didefinisikan kembali dalam konteks yang sama dengan yang awalnya. lni terjadi karena proses kelompok memiliki kekuatan rekapitulasi yang dapat menjadi "pengalaman emosional korektif"

Kelompok sebagai Wahana untuk Mengembangkan Kesadaran Interpersonal

Sebagian besar masalah pada dasarnya sosial dan interpersonal. dalam hubungan konseling kelompok, anggota dapat mengidentifikasi dengan orang lain dan mengembangkan pemahaman ke dalam kesulitan mereka sendiri dengan mengamati perilaku orang lain. Kelompok ini memberikan kesempatan langsung untuk menemukan hal baru dan lebih memuaskan cara berhubungan dengan orang. Ketika individu mulai merasa aman, dipahami, dan diterima, mereka akan mencoba kontak sosial.

Anggota kelompok kemudian dihadapkan pada hubungan interpersonal yang memberikan umpan balik. Melalui pengalaman ini, individu mengenali dan mengalami kemungkinan perubahan. Pada prinsipnya memiliki rekan anggota kelompok yang berefek memfasilitasi pada perilaku social mereka. Untuk melihat dan mendengar orang lain memperluas dirinya sendiri secara terbuka sesungguhnya sebagai upaya untuklebih memahami diri sendiri agar dapat mendorong kata hati untuk  mencoba perilaku serupa. Dalam hubungan konseling kelompok, perasaan dan sikap tentang diri dan orang lain mendesak individu memahami dan meningkatkan keterampilan sosial dan interpersonal.

Kelompok sebagai Realitas Pengujian Laboratorium Sosial

Kelompok ini mewakili realitas social langsung dan memungkinkan anggota untuk menguji perilaku mereka. Akibatnya kelompok berfungsi sebagai lapangan latihan di mana anggota dapat menjadi sadar akan perasaan mereka sendiri, bagaimana mereka merasa dan bertindak terhadap orang lain, dan bagaimana orang lain memandang dan bertindak ke arah mereka. Oleh sebab itu kelompok dipandang sebagai minisociety langsung, yang memberikan kesempatan untuk bereksperimen dengan cara mereka sendiri dengan realitas seperti yang dirasakan oleh mereka.

Kelompok sebagai tempat perolehkan pengalam yang bermakna

Hubungan bermakna yang berkembang di dalam kelompok merupakan kontribusi terhadap perubahan perilaku. Anggota kelompok masuk pada proses kelompok dengan fungsi ganda yakni sebagai konseli terapis/konselor. Melalui proses pengalaman ini, anggota kelompok tampaknya belajar untuk menjadi pembantu yanglebih baik atau anggota terapis. Oleh sebab itu ada semacam kesepakatan umum bahwa dalam hubungan konseling kelompok,anggota kelompok belajar untuk memberi serta menerima bantuan.

Tekanan Dinamis terhadap Pertumbuhan

Dalam hubungan konseling kelompok muncul suatu keharusan untuk meningkatkan, yakni meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan. lni merupakan pendorong untuk menuju kesehatan mental anggota kelompok. Tekanan kelompok untuk mengubah atau memperbaiki perilaku anggota kelompok yang berasal dari interaksi dengan anggota lain. Dalam mekanisme ini anggota kelompok mengamati perilaku anggota lain, memberikan umpan balik, dan dengan demikian mendorong orang lain untuk mengomentari perilaku mereka. Sistem umpan balik memberikan dorongan untuk tumbuh kembang terhadap anggota kelompok. Tekanan ini diarahkan untuk bergerak maju ke arah positif yang secara kreatif mendorong anggota terhindar dari defensif dan rasionalisasi

Dukungan lingkungan dalam kelompok sebagai terapi bagi individu

Sebagai anggota kelompok dalam hubungan membantu, mereka menyadari nilai hubungan manusiawi. Mengalami realitas yang dipahami oleh orang lain, mengurangi hambatan dan mekanisme pertahanan diri. Anggota kelompok kemudian didorong untuk menangani masalah mereka karena mereka merasa diterima oleh orang lain sebagai hasil yang layak untuk melihat dirinya sendiri dengan cara yang lebih positif, untuk memahami diri sebagai sesuatu yang berharga dan dapat diterima. Pengalaman merasa percaya dan dipercaya dapat sangat egektif memenuhi kebutuhan individu itu sendiri Kelompok memberikan jangkar dengna realitas dan system umpan balik dimana anggota kelompok belajar hal yang berbeda dan bereaksi dengan cara yang berbeda pula. Memberi dan menerima penghargaan, jaminan, dan dukungan dari orang lain dalam kelompok adalah bagian dari terapi

References

Corey, G. (2012) the theory and practice of group counseling. ed Pasific Grove, California. Brooks/cole
Kurnanto, E (2013) Konseling Kelompok. Bandung Alfabeta
 
Share this article :
 
Comments
0 Comments
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Muhamad Hamdi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger