A. POTRET PENDIDIKAN JEPANG
Setelah Jepang porak poranda akibat dibom oleh sekutu ketika Perang Dunia II, Kaisar Hirohito bukanlah menanyakan berapa jumlah tentara yang masih hidup,
melainkan menanyakan”berapa jumlah guru yang masih hidup”. Jelaslah menunjukkan bahwa pemerintah Jepang mulai saat itu tidak lagi menyenangi peperangan, tetapi pendidikan adalah utama. Kiat ini dibuktikan sampai sekarang bahwa Jepang tidak mempunyai tentara.
Sebelum Restorasi Meiji, Jepang melancarkan pendidikannya berdasarkan sistem masyarakat feodal, yaitu pendidikan untuk samurai, petani, tukang, pedagang,serta rakyat jelata. Kegiatan ini dilaksanakan dengan bimbingan para pendeta Budha yangterkenal dengan sebutan Terakoya (sekolahkuil). Namun semenjak Restorasi Meiji (MeijiIshin, 1868) dikibarkan, Jepang membelalakkan mata dunia menjadi bangsayang pilih tanding dalam kompetensi ilmu pengetahuan dan teknologi. Jepang mereformasi pendidikan secara menyeluruhyang disesuaikan dengan dunia barat. Selain itu, Jepang mulai giat menerjemahkan dan menerbitkan berbagaimacam buku, di antaranya tentang ilmu pengetahuan, sastra, maupun filsafat. Para pemuda
banyak dikirim ke luar negeri untuk belajar sesuai dengan bidangnya. Tujuannya tidak lain untuk mencari ilmu dan menanamkan keyakinan bahwa Jepang akan dapat
”berdiri sama tinggi dan duduk sama rata” dengan dunia barat.
Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II (PD II) banyak memberikan dorongan pada bangsa Jepang untukmencurahkan perhatiannya pada bidang pendidikan. Munculnya strukturbaru pendidikan Jepang yang dikembangkan Amerika Serikat, merupakan bentuk ”revisi”dari struktur pendidikan lama yang sudahada sebelum Perang Dunia II. Dari upaya tersebut, lahirlah tokoh modernisasi pendidikan Jepang era Meiji seperti Fukuzawa Yukichi yang memiliki gagasan cemerlang. Gagasan yang terkenal
tersebut tercetus dalam bukunya berjudul Gakumon no Susume (Jepang: di antara Feodalisme dan Modernisasi) menyatakan sebagai jalanyang paling ampuh untuk
mencapai tujuan negara adalah melalui pendidikan. Kegiatan Jepang dalam mencerdaskan bangsanya menuai hasil yang sangat signifikan, Jepang tumbuh menjadi negara industri utama di Asia, yang kedudukannya sama dengan bangsa barat lainnya seperti Inggris maupun Prancis.
Seiring dengan berjalannya waktu padaabad ke-17, Jepang dengan politik isolasinya melaksanakan pendidikannya dengan sistem Terakoya (sekolah kuil) yang pada akhirnyapada zaman Shugun terdapat kurang lebih 7000 Terakoya menjadi dasar pelaksanaan sistem wajib belajar (gimu kyooiku). Upaya pemerintah dan bangsa Jepang dalam meningkatkan pendidikan bisa dikatakan berhasil. Pendidikan yang meluas dan membumi membuat hampir semua orang Jepang melek huruf mendekati angka 100%. Berdasarkan data statistik tahun 1985, siswa Jepang yang melanjutkan kePerguruan Tinggi 94 % dan yang melanjutkan ke PT lebih kurang 38 %. Tingginya standar pendidikan Jepang tidak semata-mata muncul dengan sendirinya, tetapi ada ungkapan yang baik bagi bangsa Jepang, yaitu: ”kehausan yang tak pernah puas akan pengetahuan”. Membaca bagi orang Jepang merupakan kegiatan yang tak dipaksakan. Membaca tidak lepas dari kehidupan sehari-hari, di
stasiun, perpustakaan, di jalan, atau dengan kata laindi mana ada kehidupan di situ mereka membaca.
Ada beberapa karakteristik lain dari bangsa Jepang yang mendorong bangsa ini maju. Pertama, orang Jepang menghargai jasa orang lain. Hal ini dibuktikan dengan ringannya mereka dalam mengatakan arigatoo (terima kasih) ketika mendapat bantuan orang lain dan tidak menganggap remeh jerih payah orang lain walaupun bantuan
itu tidak seberapa. Kedua, orang Jepang menghargai hasil pekerjaan orang lain, dilambangkan dengan ucapan otsukaresamadehita (maaf, Anda telahberusaha payah). Ketiga, perlunya setiap orang harus berusaha, dilambangkan dengan ucapan ganbatte kudasai (berusahalah). Keempat, orang Jepang punya semangatyang tidak pernah luntur, tahan banting dan tidak mau menyerah oleh keadaan, yang terkenal dengan semangat bushido (semangat kesatria).
B. Pendidikan di Indonesia
Pendidikan merupakan soko guru kemajuan suatu bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa tidak akan lepas dari hidup dan matinya mutu pendidikan negara
yang bersangkutan. Kalimat ini menambah banyak statement yang telah ada sebelumnya. Akhir-akhir ini muncul sebuah slogan”Pendidikan adalah Masa Depan Bangsa”. Pernyataan itu menjadi cambuk bagi kemajuan bangsa. Namun, kenyataannya hanyalah menjadi ”cita-cita luhur” yang tak tahu kapan terjadi dan di mana rimbanya.
Mengenang Indonesia yang dulu terkenal sebagai negara yang kaya raya tata,titi, tentrem, kerta, tur raharja sempat menjadipercontohan di bidang pendidikan dikawasan ASSEAN harus menjadi pecundang dalam hal mutu pendidikan. Bila kita bandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Vietnam sekalipun, kita masih kalah, apalagidengan Malaysia yang nota bene pernah dijadikan tujuan ”ekspor” dosen-dosen indonesia untuk mengajar di sana. Kurikulum made in Indonesia pun pernah
dipekerjakan di Malaysia dekade tahun 70-an. Hasilnya, sungguh luar biasa, mereka berhasil investasi pendidikan dari bangsa serumpun itu telah berubah negara yang patut diperhitungkan.
Kemajuannya membuat mereka kini berkata ” Malaysia is Truly Asia”. Mengacu pada model pendidikan di Jepang bahwa pendidikan harus bersifat adil,tidak membeda-bedakan, tidak mahal, guru penuh dedikasi, kurikulum sarat, wajib belajar sembilan tahun dan pendidikan gratis, dan mengikut sertakan partisipasi masyarakat dalam pendidikan adalah baik untuk diterapkan di Indonesia, disamping itu menumbuhkembangkan minat baca merupakan salah satu langkah melakukan perubahan. Di mana ada kehidupan di situ ada kegiatan membaca. Hal ini berarti para orang tua harus diikut sertakan berbicara tentang persekolahan anak-anaknya. Keluarga-keluarga miskin harus diberi bantuan sehingga mereka memandang bahwa sekolah untuk anak-anaknya bukan suatu biaya yang tidak teratasi.
Pendidikan dalam toleransi dan penghormatan kepada manusia-manusia lain, suatu prasarat untuk demokrasi hendaklah dipandang suatu usaha yang umum dan berkelanjutan, untuk itu, yang dapat dilakukan di sekolah-sekolah adalah memberi kemudahan bagi praktik toleransi sehari-hari dengan membantu murid-murid menerima pandangan yang berbeda dari murid-maurid lain. Akan tetapi, juga diperlukan peranan sekolah untuk menjelaskan kepada kaum
muda,latar belakang sejarah, budaya atau religius dari berbagai ideologi yang bersaing untuk diperhatikan di dalam masyarakat sekitar mereka atau di sekolah, rekomendasi tersebut bila dikaitkan dengan bidang Poleksosbud dalam pendidikan sebagai berikut. Bidang politik,bahwa pendidikan adalah
proses mencerdaskan kehidupan bangsa. Apabila bangsa di sebuah negara adalah bangsa yang cerdas, akan berpengaruh pada pengelolaan dan tatanan pemerintahan maupunkehidupan bernegara.
Bertolak dari ideology jepang yang dapat menciptakan kesejah teraan bangsanya melalui pendidikan, tidaklah berlebihan jika disintaksiskan
bahwa kesejahteraan ekonomi dan kehidupan bangsa sangat berpengaruh pada keamanan dan kenyamanan suatu negara. Bidang sosial,pendidikan yang bersifat menghormati, toleransi, keadilan, serta memberdayakan berbagai golongan minoritas untuk pengendalian masa depannya adalah penting dilakukan.