INDONESIA VS JEPANG DALAM PENDIDIKAN JASMANI


Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmaniuntuk mencapai tujuan pendidikan, melalui proses pengajaran diharapkan terjadi perubahan perilaku pada peserta didik. Dalam rangka mendidik anak seutuhnya,pendidikan harus meliputi kesatuan jasmani dan rohani. Tidak ada mata pelajaran lain yang tujuannya majemuk dan selengkap pendidikan jasmani. Sayangnya tujuan tersebut belum sepenuhnya tercapai karena pelaksanaan pendidikan jasmani belum sesuai dengan harapan. Banyak kendala yang dijumpai, sepertiter batasnya sarana dan prasarana juga faktor guru yang belum memadai dalamjumlah dan mutunya.
Mengapa harus membandingkan dengan Jepang? Karena Jepang merupakan negara termaju di Asia, dan telahmemiliki trik-trik tertentu dalam upaya untuk memberikan proses pembelajaranyang lebih efektif, sehingga diharapkan Indonesia dapat mengadopsi hal-hal yangpositif yang kiranya dapat diterapkan dengan situasi dan kondisi di Indonesia, sehingga pencapaian tujuan dari pendidikan jasmani dapat tercapai secara optimal.

A. Pandangan Filsafat

Pandangan ini berakar pada filsafat pendidikan John Dewey yang memahami hakikat peserta didik sebagai manusia utuh, kesatuan jiwa dan badanyang melumat satu sama lain. Filsafat pendidikan John Dewey memiliki matarantai dengan paham yang diletakkan para tokoh pendidik terdahulu di Eropa,sejak Russeau dari Perancis dengan pandangan holistik tentang peserta didik danperanan pengalaman sensoris atau pengalaman gerak untuk membentuk watak -kerja sama dan  kompetisi, yang semuanya menekankan peranan pengalaman sensoris sebagai alat pendidikan.

B. Bukti-Bukti Ilmiah

Hasil riset mutakhir menunjukkan betapa pentingnya pengaruh bermaindan olahraga terhadap anak-anak yakni untuk menumbuh-kembangkan kemampuan kognitif dan  inteligensi. Bermain dan berolahraga didefinisikan sebagai aktivitas yang menggembirakan dan menekankan partisipasi aktifpelakunya, memberikan banyak manfaat yang esensial bagi perkembangan fisik,sosial dan emosional yang sehat.

C. Tujuan Pendidikan Jasmani

Apa sebenarnya tujuan pendidikan jasmani ? Tujuan pendidikan jasmani bersifat holistik, maksudnya adalah bukan hanya pada aspek psikomotor, tetapi juga kognitif dan afektif. Pengembangan psikomotor mencakup aspek kesegaran jasmani yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologik organ tubuh, yaitu untukmeningkatkan efesiensi fungsi faal tubuh. Pengembangan kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, danlebih penting lagi, adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Pengembangan afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsurkepribadian yang kukuh.

D. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Indonesia

Penyampaian materi pelajaran pendidikan jasmani umumnya masihmenggunakan pendekatan tradisional. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknyaguru pendidikan jasmani yang dalam menyampaikan materi dalam satu arah, artinya sistem pembelajaran dengan metode komando lebih banyak digunakan.Walaupun metode lain juga diterapkan, namun dalam pelaksanaannya kurangmampu menantang siswa untuk lebih meningkatkan kreatifitas.

E. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Jepang

Penyampaian materi pelajaran pendidikan jasmani umumnya menggunakan pendekatan pengajaran terbuka. Maksudnya siswa diberi tugas gerak dan guruhanya bertindak sebagai pembimbing. Sehingga siswa diberi kebebasan untuk berpikir, dan memecahkan masalah. Hal ini memiliki banyak keuntungan, antaralain keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga meningkatkan kreatifitas siswa sekaligus meningkatkan kemampuan siswa dalam mengembangkan daya nalar.

Dalam memberikan materi, guru tidak terpaku pada kurikulum, guru bebas menentukan materi apa yang akan diberikan sesuai dengan kondisi dan situasi yang diperlukan pada saat itu. Pengelolaan pelaksanaan yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar pada umumnya guru memberikan materi secara spesialiasasi kepada siswa-siswanya. Hal ini memiliki kelebihan tersendiri yaitu materi disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan siswa bebas untuk mengembangkannya sesuai dengan keinginannya.

F. Pemilihan Bahan Ajar Pendidikan Jasmani di Indonesia

Banyaknya aktifitas dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani mengharuskan guru untuk memilih aktivitas mana yang paling cocok bagisiswanya. Pada umumnya guru-guru pendidikan jasmani di Indonesia mengambil materi yang sesuai dengan materi yang ada dalam kurikulum

G. Pemilihan Bahan Ajar Pendidikan Jasmani di Jepang

Sekolah di jepang memiliki otonomi untuk dapat mengatur sendiri materi yang akan diajarkan kepada siswa, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di sekolah tersebut.

H. Alokasi Waktu Pelaksanaan Pendidikan Jasmani di Indonesia

Waktu yang diberikan untuk pelaksanaan pendidikan jasmani di Indonesia sangatlah terbatas yaitu satu kali dalam seminggu dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Waktu yang minim untuk menciptakan hasil yang memuaskan, penelitian mutkahir menunjukkan keadaan tersebut berujung pada perasaan tekanan pada guru, sehingga guru cenderung mengalami burnout sebagaimana penelitian yang dilakukan ilfiandra (2002) menemukan bahwa indikator dominan burnout yang dirasakan guru yaitu; (1). Merasa gagal; (2) merasa bersalah dan menyalahkan; (3). Merasa dikejar-kejar waktu; (4). Merasa lelah dan letih setiap hari; (5). Menunda berangkat kerja dan komunikasi dengan peserta didik; (6). Tidak mampu memusatkan perhatian kepada peserta didik; (7). Merasa tidak mampu; (8). Kehilangan semangat untuk mengambangkan diri; dan (9). Kehilangan kreatifitas.

I. Alokasi Waktu Pelaksanaan Pendidikan Jasmani di Jepang

Alokasi waktu yang disediakan untukpendidikan jasmani di Jepang adalah dua kali seminggu, yaitu dari pukul 8 pagi sampai 11 siang. Perbedaan waktu tersebut juga disertai dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang sangat menunjang terhadap proses belajar mengajar.

J. Sistem Penilaian dan Evaluasi Pendidikan Jasmani di Indonesia

Penilaian dan evaluasi pendidikan di Indonesia para guru di Indonesia umumnya menggunakan model kuantitatif dan kompetitif seperti dalam keterampilan motorik yang dikenal dengan sistem peringkat kelas/ rangking kelas.

K. Sistem Penilaian dan Evaluasi Pendidikan Jasmani di Jepang

Sekolah di jepang tidak mengenal istilah angka dalam penilaian dan evaluasi melainkan penilaian lebih ditujukan pada profil peserta didik secara individual dengan kata lain jepang sangat mengedepankan apa yang dikenal dengan interpersonal attraction theory dalam ilmu psikologi yaitu penilaian seseorang terhadap sikap orang lain terhadap sebuah penilaian, hal tersebut senada dengan Al & Ries L (2010) dalam bukunya War in The Boardroom ketika jepang membuat penolakan sebuah bisnis, mereka mengawali dengan kata maaf bahkan justru menyalahkan dirinya “…kami tidak meragukan barang yang anda tawarkan kepada kami tapi kami sangat menyesal dan sangat membenci untuk mengatakan bahwa kami tidak bisa bekerjasama dengan anda…”
Share this article :
 
Comments
0 Comments
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Muhamad Hamdi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger