CHAPTER V Masalah-masalah yang dibawah kekonseling karier

INTRODUCTION

Individu-individu mendekati konseling katika mereka mengidentifikasi masalah-masalah di dalam kehipan mereka yang mereka persepsikan secara primer  berkaitan dengan karier, oleh sebab itu tepat untuk mendiskusikannya dengan seseorang yang menawarkan konseling karier. Hal ini mungkin suatu pelayanan yang ditawarkan oleh seorang employer atau suatu pelayanan independen. Untuk menemukan solusi terbaik bagi suatu permasalah terkait karier perlu  menelaah masalah kariernya didalam konteks kehidupan secara keseluruhan. Alasan-alasan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: 
  1. Keinginan pekerjaan yang lebih menarik mungkin menjadi refleksi dari salah satu tahap atau peristiwa kehidupan diluar pekerjaan klien.
  2. Masalah-masalah yang mungkin saling berkaitan (misalnya: masalah hubungan di rumah mungkin memicu personal ditempat kerja)
  3. Masalah jangka panjang yang sudah ditoleransi mungkin sudah tidak dapat ditoleransi (misalnya, kesulitan hubungan yang berkelanjutan ditempat kerja,  terjadinya peristiwa dari sebuah keberhasilan yang mengakibatkan hilangnya kesabaran.
  4. Ketidak setujuan terhadap suatu kebijakan mungkin merefleksikan sebuah ketidak sukaan umum, misalnya tidak suka dikontrol.
  5. Sebuah kendala yang tampaknya realistis misalnya, kebutuhan untuk memfokuskan pada emosi-emosi yang diakibatkan oleh masalah personal
  6. Ketidak puasan terhadap isi pekerjaan atau pencapaian karier mungkin menutupi kurangnya self esteem yang lebih dalam.
  7. Seorang konseli yang tampak sangat stress mungkin ia memilih pekerjaan demi untuk mendapatkan reward potensialnya, namun bertahun-tahun ia justru tidak mendapatkannya hingga akhirnya menjadi persoalan dalam dirinya.

Masalah-masalah yang kadang-kadang mendasari permasalahan konseli, dan implikasinya bagi praktik konseling karier adalah

Pertama, kelompok masalah pada tahap atau masa perkembangan tertentu, selanjutnya permasalah keseimbangan pekerjaan, ketidak mampuan untuk mengambil keputusan karier, kesulitan dalam mengimplementasikan pilihan, masalah-masalah yang timbul dari perubahan di tempat kerja (termasuk kehilangan pekerjaan), masalah kinerja, masalah hubungan, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan kreativitas. Permasalah-permasalah ini tentu tidak eksklusif satu sama lain, dan banyak klien membutuhkan bantuan untuk masalah-masalah pada kategori tersebut.

Masalah individu

Setiap klien yang dating untuk konseling karier membawa sebuah respon unik terhadap masalah apapun yang sedang dihadapinya, salah satu prisnip fundamental  konseling adalah bahwa klien dibiarkan menemukan solusi uniknya untuk suatu masalah tertentu. Konselor karier harus mengakui bahwa kebutuhan. Aspirasi dan kesempatan karier dipengaruhi oleh factor-faktor seperti gender, ras, disabilitas, dan umur.

Pertanyaan-pertanyaa yang lazim dibawa klien ke konsling karier ialah sebagai berikut:

  1. Saya merasa dipersimpangan jalan didalam karier saya, dapatkah anda membantu saya untuk memutuskan kemana arah yang harus saya tuju?
  2. Untuk sementara saya kehilangan pekerjaan, dapatkah anda membantu untuk merencanakan masa depan saya?
  3. Saya pikir saya tahu apa yang saya inginkan, tetapi tampaknya saya tidak mampu memotivasi diri saya sendiri, dapatkah anda membantu saya mengeksplorasi apa yang membuat saya mandek?
  4. saya tidak bekerja salam beberapa tahun, dapatkah anda membantu mengakses kekuatan-kekuatan sejati saya dan membangun rasa percara diri saya?
  5. Saya semakin merasa tidak puas dengan karier saya, dapatkan anda membantu saya untuk merefleksikan tentang ketepatan karier yang sudah saya pilih ini?
  6. Saya tidak bahagia dengan pekerjaan saya sekarang, tetapi saya tidak yakin apakah seharusnya saya harus mengubah karier atau hanya membutuhkan perubahan employer. Dapatkah anda membantu saya memutuskan?
  7. Rasanya tidak ada yang menarik dan tidak ada yang membuat saya bergairah, saya bingung, dapatnkah anda membantu saya mengidentifikasi apa yang benar-benar dapat memotivasi saya?
  8. Saya tertarik dengan begitu banyak hal, dapatkah anda membantu saya agar bisa fokus?
  9. Kehidupan pekerjaan dan rumah tangga sata tidak seimbang, dapatkah anda membantu saya untuk mendapatkan perspektif tertentu agar saya mendapatkan keseimbangan yang saya butuhkan?
  10. Saya pikir saya tahu apa yang saya inginkan, tetapi saya tidak ditawari peluang apapun, saya tidak yakin apakah saya menjangkau terlalu tinggi, atau apakah saya membutuhkan bantuan untuk memperbaiki presentasi diri saya, dapatkah anda membantu saya menentukan apa yang dapat membuat saya maju?

Thomas (1990) menawarkan pertanyaan-pertanyaan untuk konselor di bahwa ini:

  1. Apa masalah yang tampak, yang membawa klien ke konsling, dan seberapa lazimnya masalah tersebut untuk kelompok umur, gender, dan kelompok kultur klien?
  2. Diantara kelompok-kelompok umur, gender, dan kepompok kultural yang sama dengan konseli, masalah dan konsdisi-kondisi apa yang sering dikaitkan dengan masalah klien?
  3. Sikap mana yang dipegang oleh masyarakat terhadap kelompok umur, gender, dan tipe kultural konseli yang memengaruhi masalah konseli?, serta seberapa bebaskah konseli untuk memilih ambisi, gaya hidup, metode, dan penyesuaian diri?
  4. Bagaimana tingkat perkembangan fisik, kognitif, emosional dan social klien di tahap kehidupan, gender, dan tipe kultural tersebut membantu menentukan teknik-teknik konseling yang tepat?
Lebih lanjut Thomas menyatakan bahwa konselor karier seyogyanya waspada akan kemungkinan mencoba mengkategorikan konseli ke dalam kelompok normal, namun merupakan resiko mengbaikan individualitas karena energi individualitas inilah yang nantinya dibutuhkan oleh konseli untuk membuat keputusan dan menanggulangi masalahnya.

Sementara data kelompok deskritif bisa menyarankan pertanyaan-pertanyaan apa yang diajukan dalam bidang-bidang kehidupan konseling, kesuksesan penanganan  khasus bergantung pada seberapa bersemikah konselor dalam hal wawancara, observasi, test, dan intuisi serta bagaimana berbagai variabel di dalam kehidupan konseli berkesinambungan membentuk pola individualitas konseli tersebut (Thomas 1990).

Masalah terkait dalam kehidupan

Tahap-tahap kehidupan, dan tugas-tugas yang terkait, telah diidentifikasi sejak 2500 tahun silam, seperti dikutip di dalam “ Firman para bapa” (Talmud). Empat belas umur manusia diindikasikan, masing-masing dengan tugas perkembangannya, lalu, Shakespeare menggaris besarkan tujuh umut manusia di dalam “ As You Like It”. Sejak tahun 1970an, ada banyak teori tahapan, yang paling berpengaruh termasuk Levinson, at,al (1978), Super (1957;1980), dan Sheehy (1976), mitos-mitos tertentu mungkin telah berkembang tentang jenis-jenis tugas, sikap dan perilaku yang diharapkan dari oran-orang disetiap tahap perkembangan.

School leavers

Masalah bagi school leavers (meraka yang meninggalkan sekolah) setelah menyelesaikan suatu jenjang, berkisar diseputur “ setelah ini apa??” dunia kerja yang relative tidak dikenal atau studi lebih lanjut telah menunggu remaja. Mereka menginginkan pengetahuan dan bimbingan, disisi lain mereka juga sedang berada di transisi gaya hidup yaitu haya hidup yang terstruktur disekolah dan gaya hidup yang tidak terstruktur di lingkungan luar. 

Banyak remaja dipengaruhi oleh orang tua dan teman-teman sebayanya, dam akan mencoba menetapkan makna dan identitasnya sendiri tentang pengaruh-pengaruh  yang mungkin bertentangan. Sebagai contoh, orang tua Jonathan berharap ia dapat kuliah, disisi lain teman-temannya langsung kerja setelah lulus sekolah, ia merasa daya beli temannya lebih substansif daripada dirinya, yang akhirnya menjadi pemicu turunnya prestasi belajar Jonathan.

Usia dua puluhan

Orang-orang direntang usia ini dihadapkan pada tugas akhir untuk meinggalkan rumah orangtuanya dan menetapkan individualismenya sendiri. Periode kehidupan  ini biasanya melibatkan uji coba bermacam-macam pekerjaan, dan konseli mungkin membawa “Firt Job Blues” kekonseling karier. Masalah-masalah yang timbul mungkin berkaitan dengan kesulitan dalam penyesuaian diri dengan tuntutan pekerjaan. Pertanyaan seperti apakah kerja memang seperti ini??, hal tersebut mungkin terdapat nilai kekecewaan yang dialami konseli. Kebingungan tentang batas-batas kompetensi meungkin mengemukakkan “prestasiku disekolah bagus tetapi aku belum siap untuk ini”.

Transisi usia tiga puluh

Merupakan usia yang lazim bagi seseorang untuk mencari konseling karier, karena tahap inilah mempertanyakan nilai-nilai dan keputusan-keputusan usia 20an. Hubungan karier sangat perlu dikaji ulang. Orang-orang mungkin bahwa mereka telah terhanyut atau didorong memasuki jalur karier. Sekarang mereka ingin mengambil control yang lebih besar atas kehidupan dan arah kehidupan karier mereka. Pertimbangan untuk memilih bersama seorang partner dan keluarga mungkin menjadi salah satu persoalan, terlepas apakah ia menginginkan atau tidak, dan transisi usi 30 bisa menjadi saat yang sulit bagi kaum perempuan. Konseli sering kali sudah lebih siap untuk merefleksikan tentang komitmen awal mereka.

Usia tiga puluhan

Ekspektasi tahap ini adalah bahwa orang-orang akan ingin lebih mantap lagi didalam karier, hubungan, dan gaya hidup tertentu. Konseli yang sesuai dengan  ekspektasi ini mungkin ingin membantu membuat rencana yang solid untuk masa depan. Sebagian mungkin tidak mengalami kemajuan secepat yang diinginkannya dedalam karier yang dipilihnya, dan mencari bantuan dalam memahami mengapa itu terjadi. Yang lainnya mungkin mengalami kesulitas dalam menangani hubungan ditempat kerja. Dan ingin mereviw kekuatan dan kelemahannya sendiri dan bukan hanya kecocokan mereka dengan karier tertentu. Salah satu pilihannya mungkin  mengembangkan karier dibidang menagemen atau tetap didalam fungsi yang lebih teknis dan terspesialisasi. Pilihan yang lainnya mungkin pertimbangan tentang kecocokan tentang wirausaha.

Transisi paru baya

Tahap ini dapat menjadi saat yang paling membingungkan dalam kehidupan, ini dapat membawa perasaan menurun secara fisik, seiring pertambahan umur, lamanya  pelatihan ulang yang dibutuhkan, komitmen pribadi dan finansial, dan berbagai kesulitan yang dipersepsi dalam menyesuaikan diri dengan gaya hirup baru yang terkait dengan karier kedua atau ketiga yang tampaknya semakin sulit dicapai. Terlepas dari tanda-tanda kesuksesan yang tampak dari luar, orang yang  mendekatkan konselor karier mungkin merasaan perasaan hampa dan tidak ada kepuasan. Mungkin adanya pengakuan takut akan kesenjangan antara cita-cita awal dan pencapaian actual, mungkin adanye keinginan untuk melakukan sesuatu yang lebih bermakna, konselor karier dapat dimintai bantuan untuk membantu konseli memulihkan semangatnya.

Bagi sebagian perempuan, ini adalah waktu ketika membsarkan anak-anaknya, mereka ingin kembali ke karier purna waktunya, konselor karier dapat diminta memberikan bantuan untuk mengakses kapabilitas, mengembanlikan rasa percara diri terutama melihat keterampilan-keterampilan yang dapat dibina dan dikembangkan.

Empat puluh lima tahun

Tahap dimana kemungkinan kehilangan pekerjaan yang dapat terjadi kapan saja, efeknya akan bergantung pada banyak factor, termasuk pengalaman kehilangan pekerjaan sebelumya, mempunyai harapan bekerja kembali, merasa self-worth sebelunya. Adanya rencanan karier, dukungan dari partner dan orang lain, sumber daya finansial, dan bantuan praktis maupun finansial dari employer. Hal ini menjadi persoalan berat, bagi orang-orang di tahap kehidupan ini.

Sebagian konseli mungkin menginginkan bantuan dalam memahami keputusan-keputusan mereka dimasa lalu yang digunakan untuk merencakan ketahap kehidupan  berikutnya yang lebih baik lagi.
Masalah-masalah terkait umur normal terkadang salah dimengerti sebagai tanda-tanda gangguan emosional yang serius, dalam hal ini Moreland (1979) mengemukakan bahwa siklus-siklus stabilitas yang diselingi dengan serius ialah hal yang alamiah bagi perkembangan manusia dan seyogyanya tidak dianggap patologis. Informasi tentang tahap-tahap perkembangan bisa sangat diharapkan oleh konseli.

Pertimbangan tentang bagaimana nilai-nilai individu bisa berubah menurut tahap kehidupannya adalah salah satu pertimbangan yang penting bagi konselor  karier, nilai-nilai ini juga dapat berubah sebagai akibat berbagai peristiwa atau pengalaman di dalam kehidupan individu. 

Berikut rangkuman beberapa situasi yang dapat menyebabkan konseli untuk kembali memikirkan nilai-nilianya.

  1. Kehilangan seseorang karena kematian
  2. Kehilangan pekerjaan
  3. Perceraian
  4. Lama menganggur
  5. Cedera atau penyakit yang menyebabkan disabilitas
  6. Pemulihan dari alkoholisme dan adiksi-adiksi lainya
  7. Pemulihan dari sakit mental
  8. Kembali pulang ke rumah setelah lama berpetualang
  9. Kembali ke kehidupan sipil setelah wajib militer
  10. Kelahiran anak
  11. Seorang anak yang meninggalkan rumah

Maslah-masalah yang berkaitan dengan keseimbangan pekerjaan

Permasalahan keseimbangan pekerjaan menjadi masalah yang banyak terjadi pada konseli, bagi sebagian kecil masalah ini sangat krusial, sementara masalah kurangnya kesiimbangna sering timbul pada orang-orang di akhir usia duapuluh atau lebih, orang yang lebih muda cenderung menghindari apa yang mereka lihat sebagai perangkap yaitu sebuah kegagalan orang-orang yang lebih tua darinya.
Pertimbangan tentan keseimbangan pekerjaan mungkin pada awalnya mungkin tidak ada dalam agenda konseli untuk menemui konselor karier, namun perlu ditangi jika: konseli lebih cenderung mengembangkan kreativitasnya di luar ditempat kerja yang seharusnya direfleksikannya ditempat ia kerja. Jika seorang koneli memiliki masalah keseimbangan pekerjaan sering kali adanya konflik nilai-nilai yang mendasarinya.

Masalah-masalah pengambilan keputusan

Ford (2002) melihat self-esteem merupakan tingkatan kepuasan terhadap diri sendiri dan bentuk sentral untuk kemampuan membuat keputusan karier,  membangkitkan kesadaran diri melalui konseling karier dapat memberikan kontribusi pada terbangunnya self-esteem. Sebagian klien datang dalam keadaan tidak mengenal dirinya dengan baik, kita sering mendengar pernyataan “ saya tidak tahu apa saja kekuatan dan kelemahan saya”. Tidak dipunyainya konsep diri yang terdiferensiasi dengan baik mungkin normal untuk tahap perkembangan remaja, karena remaja mungkin sedang dalam proses memisahkan diri secara psikologis dengan orang tuanya dan sedang mengembangkan identitas indipedennya sebagai orang dewasa. (Erikson, 1971). Akan  tetapi juga tidak sedikit orang dewasa yang datang untuk konseling karier juga tidak memiliki konsep diri yang jelas. Konseli-konseli ini sering kali mencari bantuan dalam mengakses bakat dan kemampuan mereka agar lebih siap membuat keputusan tentang arah karier yang harus dituju.  

Rational emotive belief theraphy memiliki beberapa kerangka kerja yang berguna untuk ditawarkan ketika mengkaji tentang masalah-masalah pengambilan keputusan karier. Dryden (1979) menyatakan bahwa menurut pengalaman konseling kariernya jarang seorang konseli tidak mengadopsi ide rasional sebagaimana yang diikhtisarkan oleh Ellis (1962), yang relevan dengan kemampuannya untuk membuat sebuah keputusan karier. Salah satu contohnya adalah, “benar-benar esensial bagi saya untuk mencapai  puncak didalam karier yang saya pilih, kalau tidak, hal itu akan menjadi pembuktian bahwa saya gagal total. Terapi singkat berfokus solusi juga menawarkan beberapa alat yang dapat digunakan untuk membantu pengambilan keputusan konseli, salah satunya adalah “ scaling

Masalah-masalah lain dalam mengimplementasikan sebuah keputusan karier yang mungkin ditemui termasuk

  1. Aspirasi karier yang tidak realistis
  2. Perasaan rentan akibat pengalaman penolakan sebelumnya, yang membuat orang tidak mau mengambil resiko tidak mau mengmbil resiko tidak mau ditolak lagi
  3. Presentasi diri yang kurang efektif, yang biasanya berkaitan dengan self esteem yang jelek dan atau kurangnya keterampilan lisan/tertulis.
  4. Diskriminasi (sadar atau tidak sadar) dikalangan tenaga kerja berdasarkan umur, gender, ras, disabilitas, dan kelas social.
  5. Kurangnya sumber daya finansial untuk memburu pelatihan yang tepat guna;
  6. Intervensi terhadap kesulitan pribadi (kecelakaan, sakit, dst)
  7. Career ceiling (batas tertinggi yang dapat dicapai dalam karier) telah dicapai diusia paruh baya, dimana peluang untuk kemajuan didalam bidang karier tertentu menjadi lebih terbatas.
  8. Keinginan yang tidak realistis untuk menemukan solusi cepat dan tepat.

Masalah-masalah terkait kinerja

  1. Pemecatan
  2. Kinerja dinilai jelek
  3. Gagal mencapai promosi setelah assessment internal
  4. Tidak mendapat promosi Karena lebih memilih karyawan yang lebih muda dan energik
  5. Hasil-hasil kerjanya secara konsisten lebih jelek dari rekan-rekan sekerjanya.
  6. Kritik dari significant other (orang tua partner) bahwa kurang berprestasi
  7. Terus menerus mendapat penolakan di pasar kerja
  8. Lari dari pekerjaan dengan mengubah pekerjaan/tempat tinggal/negara

Implikasi untuk konselor karier

  1. Teori tahap perkembangan dapat berguna bagi konselor karier dalam mempertimbangkan kemungkinan permasalahan terkait umur, yang relevan dengan konseli. Namun ini tidak untuk mengkalsifikasikan seseorang karena jenis masalah yang sama dapat terjadi pada tahap-tahap perkembangan yang berbeda.
  2. Konselor karier perlu mendorong konseli untuk mengambil keputusan tentang keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan yang tepat guna bagi konseli saat sekarang, untuk bisa melakukan ini konselor karier harus berhati-hati untuk tidak membiarkan keyakinannya sendiri tentang peran laki-laki dan perempuan dalam kaitannya dengan keluarga dan pekerjaan yang memengaruhi konseling kariernya. Konseli yang sedang dalam proses melakukan perubahan membutuhkan dukungan dari konselor karier dalam jangka waktu yang cukup lama.
  3. Sebagian besar konseli yang mengalami masalah dalam membuat keputusan karier karena mereka tidak memiliki ide yang cukup jelas tantang kekuatan dan  kelemahannya, dalam hal ini dapat dibantu melalui latihan assessment diri dan penggunaan tes-tes psikometrik dan kuesioner lainnya.
  4. Seringkali hanya dengan mengidentifikasi, mengakui, dan mendiskusikan sebuah ide yang irasional atau sebuah konflik akan membawa konseli sadar akan hal tersebut
  5. Gaya pengambilan keputusan individual sangat bervariasi, sebagian konseli lebih menyukai pendekatan logis dan sistematis di lain sisi ada konseli yang mengadopsi gaya “ rasa-rasanya sudah tepat”, atau lebih intuitif.
  6. Khusus untuk konseli dependen yang ingin konselor kariernya yang bertanggung jawab untuk membuat keputusan, tahap contracting perlu dinegosiasikan dengan jelas dan konseli diingatkan tentang tanggung jawabnya disepanjang proses konseling karier.
  7. Kendala-kendala eksternal yang menghalangi konseli harus di eksplorasi
References
Robert Nathan & Linda Hill (2006) Career Counselling), New York, SAGE Publications Ltd
Share this article :
 
Comments
0 Comments
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Muhamad Hamdi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger