Teknologi web berbasis internet mampu memperluas pilihan untuk desain pembelajaran online sebagaimana Nipper, (1989); Breivik & Gee, (2006); Mitra & Hall, 2002, Fishman & Davis, (2006). Premis dari pekerjaan ini adalah bahwa desain pengembangan profesional online untuk para pendidik harus mendorong refleksi tentang praktik melalui partisipasi dalam jaringan sesama rekan. Bruner (1996) berpendapat bahwa reformasi di bidang pendidikan harus tertanam dalam persaingan melawan pra-pemahaman yang mungkin harus diganti atau diubah. Guru harus dapat membuat suatu inovasi baru dan terbarukan yang selaras dengan perkembangan, kearifan lokal (local wisdom) dan tugas perkembangan peserta didik itu sendiri. Bersama ide-ide dan kegiatan yang bisa di dapat dan dikembangkan dari berbagai buku teks dan atau media lainnya, perbincangan bersama kolega atas pengalaman dan temuan terkininya, data-data dan hasil penelitian yang reliabilitas dan kredibilitas, lokakarya, seminar serta konferensi-konferensi lainnya.
Bruner mengusulkan bahwa titik awal dari reformasi harus mendapatkan beberapa wawasan pemahaman. Penggunaan pembelajaran online digunakan untuk mendukung pembelajaran guru dan refleksi yang dapat berkontribusi dalam pembelajaran.
Di USA, dorongan utama untuk perkembangan professional telah menjadi No Child Left Behind (NCLB) Act of 2001, yang merupakan landasan federal K-12 reformasi pendidikan. Tindakan mensyaratkan yang mennunjukkan bahwa negara menjamin ketersediaan pengembangan kualitas tinggi bagi guru profesional dan administrator lainnya. Hukum juga menetapkan pedoman siswa dalam pengujian yang digunakan untuk menilai efektivitas sekolah dan menentukan konsekuensi untuk kegagalan sekolah.
Standar ilmu pendidikan nasional memberikan pedoman bagi reformasi dalam kurikulum ilmu (National Research Council, 1996). Sebuah komponen kunci dari agenda reformasi dalam sains ilmiah yang universal akan dicapai dengan mereformasi praktik sehingga memiliki makna yang berorientasi. Pendidikan harus di dorong dengan kreativitas, rasa ingin tahu, dan pemahaman yang mendalam mengenai konsep dan keterkaitan mereka di dalam dan di seluruh disiplin ilmu pengetahuan.
Metodologi yang diusulkan untuk mencapai tujuan ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Permintaan kelas merupakan sebuah cara untuk mengajarkan ilmu pengetahuan dan cara berpikir tentang sifat ilmu pengetahuan itu sendiri. selanjutnya Dewan Riset Nasional, 2000:25). menggambarkan hasil penyelidikan dalam lima hal atribut penting:
- Peserta didik yang terlibat dengan pertanyaan-pertanyaan ilmiah, akan menciptakan pembelajaran yang berorientasi.
- Peserta didik yang mengutamakan bukti secara ilmiah, memungkinkan mereka untuk mengembangkan dan mengevaluasi penjelasan guna menjawab pertanyaan-pertanyaan ilmiah yang berorientasi.
- Peserta didik mampu merumuskan penjelasan dari bukti-bukti untuk menjawab pertanyaan ilmiah yang berorientasi.
- Peserta didik mampu mengevaluasi penjelasan mereka dengan jelas, lengkap, ilmiah serta mempunyai penjelasan alternatif, terutama yang mencerminkan pemahaman ilmiah.
- Peserta didik mampu berkomunikasi dan membenarkan penjelasan mereka.
Keberhasilan dari agenda reformasi akan tergantung pada guru yang memahami tujuan-tujuan ini dan mampu mengubahnya ke dalam praktek di kelasnya (Lederman, 1999; Johnson, 2006). Meskipun guru telah diakui sebagai agen perubahan utama, Namun pada umumnya kurang memahami dalam menerjemahkan tentang arti dari konsep reformasi yang direalisasikan ke dalam praktek kelas yang terdiri dari beragam budaya yang kompleks Wee, Shepardson, Fast, & Harbor, 2007; Wallace & Kang, (2004).
Keberhasilan dari agenda reformasi akan bergantung pada pembelajaran guru yang terus-menerus dilakukan, dengan terus mengembangkan pembelajaran dan terus berinovasi hingga melampaui sertifikasi guru itu sendiri Borko, (2004); Ball & Cohen, (1999); Villegas-Reimers, (2003); McGrath, (2008). Menyediakan dan mempertahankan pengembangan profesionalisme merupakan kesulitan tersendiri bagi guru dalam menghadapi hambatan untuk akses seperti komitmen untuk pekerjaan penuh, tanggung jawab atas keluarga dan masyarakat, serta jarak dari pusat belajar yang kurang bersahabat.
Keberhasilan dari agenda reformasi akan bergantung pada pembelajaran guru yang terus-menerus dilakukan, dengan terus mengembangkan pembelajaran dan terus berinovasi hingga melampaui sertifikasi guru itu sendiri Borko, (2004); Ball & Cohen, (1999); Villegas-Reimers, (2003); McGrath, (2008). Menyediakan dan mempertahankan pengembangan profesionalisme merupakan kesulitan tersendiri bagi guru dalam menghadapi hambatan untuk akses seperti komitmen untuk pekerjaan penuh, tanggung jawab atas keluarga dan masyarakat, serta jarak dari pusat belajar yang kurang bersahabat.
Kerangka Konseptual
Knowlers (1978, 1980) menyatakan bahwa "sebelumnya para guru telah membawa segudang pengetahuan yang besar ketika mereka mendaftarkan diri dalam program pengembangan profesional." Selanjutnya Wee et al, (2007); Davis, (2003) menyatakan adanya bukti bahwa reformasi para guru umumnya menemukan kesulitan untuk menerapkannya bahkan ketika mereka berpartisipasi dalam program pengembangan profesional guru itu sendiri. Lebih lanjut (Windschitl, 2004) menyatakan "Kita tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang bagaimana guru mengkonsep reformasi, bagaimana konsepsi terbentuk dan bagaimana konsep reformasi itu dapat berkelanjutan dalam konteks dan dalam praktik tertentu."Keterbatasan ini mencerminkan kesukaran untuk mengkonseptualisasikan pengetahuan guru. Pengetahuan guru cenderung hanya dipahami dari perspektif kognitif. Kelly, (2006) mengungkapkan bahwa Kognitivisme memperlakukan pengetahuan hanya sebagai milik individu yang terisolasi, sementara pengembangan profesional akan lebih efektif jika dapat memberikan kesempatan dan menghasilkan peserta didik yang kritis dalam merefleksikan pengetahuannya dalam bentuk praktik.
Lebih lanjut Mitra & Hall, (2002) menyatakan salah satu cara untuk mencapai hal tersebut adalah menggabungkan elemen-elemen partisipatif dan interaktif dialog desain yang istimewa dan berdaya guna dalam praktik dan perbuatan. Kemampuan web berbasis teknologi digital mampu membuka peluang desain yang konsisten dengan prinsip-prinsipnya.
Menjelajahi Dasar Desain dengan Digital Media
Perkembangan pendidikan jarak jauh melalui teknologi digital dan internet dikatakan dapat mewakili dan merubah hal yang paling radikal sekalipun dalam media komunikasi sejak Johannes Gutenberg menemukan mesin cetak pada abad kelima belas (Taylor, 2001). Teknologi digital dan internet telah muncul dengan konvergensi teks, video, suara, grafis, dan gambar. Media ini memiliki lintasan sejarah yang berbeda. Pendidikan operasi jarak jauh telah berkembang melalui beberapa generasi yang terikat pada perubahan teknologi. Mengusulkan lima generasi perubahan, terutama dibedakan oleh tingkat fleksibilitas dan interaktivitas yang memberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan, kontribusi konten, dan jaringan dengan orang lain. Pengguna dapat berinteraksi secara serentak (real time), Audio conferencing dan video conferencing merupakan salah satu bentuk media interaktif.(Taylor, 2001) mengklarifikasikan Fleksibilitas ke dalam beberapa hal yaitu; tempat, waktu dan kecepatan. Sedangkan secara historis, karakteristik pendidikan jarak jauh telah dipisahkan dalam ruang dan waktu antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain. Pemisahan akan penggunaannya dapat membahayakan kualitas pengalaman belajar peserta didik dan para pendidik (Prater & MacNeil, 2002).
Kapasitas teknologi Internet untuk jaringan merupakan perkembangan yang signifikan dalam menjembatani pemisahan antara orang-orang dalam waktu terpisah secara geografis.
Referensi
Hungwe Kedmon 2010, Designing Online Learning Environments For Professional Development, Springer Science Business Media. Michigan Technological University Houghton,MI,USA.
Ball, D. L., & Cohen, D. K. (1999). Developing Practice, developing practitioners: Toward a practice-based theory of professional education. In darling-hammond & G. Sykes (Eds.) teaching as the learning professional (pp. 3-31). San Francisco, CA: Jossey-Bass.
Berns, BB., & Swanson, J. (2004). Middle school science: Working in a confuse context. Paper presented at the annual meeting of the American Educational Research Association, New Orleans, LA (Eric Document Reproduction Service No. ED444944)
Borko, H. (2004). Professional and teacher learning: Mapping the terrain. Educational Researcher, 33 (8), 3-15.
Breivik, P. S., & Gee, E. G. (2006). Higher educational in the internet age: libranies creating a strategic edge. Westport, CT: Greenwood Publishing Group.
Davis, K. (2003) “Change is hard”: What science teachers are telling us about reform and teacher learning of innovative practices. Science Education, 87, 3 – 30.
Terima kasih agan Hamdi atas informasi dari artikelnya, sangat bermanfaat sekali, jujur saya dapat banyak ilmu dari artikel agan yang satu ini, dan baik untuk pendidikan pastinya :)
BalasHapusterima kasih, tapi itu masih belum sempurna kok, masih banyak yang harus dibenerin terutama tatabahasa terjemahannya, maklum baru belajar. terima kasih untuk kunjungannya.
Hapus