Teknik Observasi dalam Penerapan Asesmen BK





Observasi merupakan salah satu teknik non tes dalam melakukan asesmen yang dapat digunakan atau dikembangkan oleh guru BK. Teknik non tes ini merupakan teknik pemahaman individu untuk mengumpulkan data/ keterangan/informasi diri siswa dan lingkungannya dengan menggunakan instrumen/alat yang tidak baku. Teknik nontes berarti melaksanakan pengukuran atau penilaian dengan tidak menggunakan teknik tes Dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling teknik asesmen ini umumnya dilakukan guru BK/ konselor untuk mendapatkan data dan informasi mengenai kepribadian peserta didik secara menyeluruh.

Pengertian

Metode observasi: merupakan suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematis dan sengaja dilakukan dengan indera (salah satunya mata) terhadap kejadian-kejadian yang langsung diperoleh saat kejadian itu terjadi. Ada dua pendekatan dalam observasi, pertama secara sistematik yang dilakukan dengan menggunakan rencana dan kerangka model terlebih dahulu. Kedua, non sistemik dilakukan tidak secara sistemis mengenai hal-hal yang akan di observasikan.
Menurut Pauline Young, observasi adalah suatu studi yang dilakukan dengan sengaja/terencanadan sistematis melalui penglihatan/pengamatan terhadap gejala-gejala spontan  yang  terjadi saat itu.

Kedudukan Observasi dalam Psikodiagnostik

Kedudukan observasi dalam psikodiagnostik berkaitan dengan proses penyelidikan untuk mengidentifikasi dan memahami variabel psikologis untuk penegakan diagnosis psikologis.

Fungsi Observasi

  1. Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang bersifat eksploratif.
  2. Bila kita belum mengetahui sama sekali permasalahan, biasanya penelitian-penelitian pertama dilakukan melalui pengamatan di tempat- tempat gejala terjadi.
  3. Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang sifatnya sudah lebih mendalam. Biasanya observasi dijadikan sebagai metode pembantu untuk menunjang wawancara sebagai metode utama. Observasi akan membantu untuk mengontrol/ memeriksa di lapangan, seberapa jauh hasil wawancara tersebut sesuai dengan fakta yang ada.
  4. Sebagai metode utama dalam penelitian. Penelitian-penelitian yang menyangkut tingkah laku bayi maupun hewan akan mempergunakan metode observasi.

Jenis-Jenis Observasi

Pada dasarnya penggolongan jenis obervasi tidak dapat dibuat secara mutlak karena antara jenis-jenis observasi besar kemungkinan akan terjadi tumpang tindih. Namun, untuk memudahkan para ilmuwan dalam melakukan observasi, maka dibuatlah penggolongan tersebut. Perbedaan jenis-jenis observasi lebih terletak pada gradasinya saja.
Berdasarkan prosedur dan pelaksanaannya, Pauline Young membagi observasi menjadi 2 jenis, yaitu:

1.  Controlled Observation (observasi terstruktur)

Controlled observation (Observasi terstruktur) adalah suatu observasi yang prosedur dan pelaksanannya sangat ketat dan biasanya dibantu dengan alat-alat yang peka, dan dalam lembar observasinya dipergunakan proses kontrol yang memungkinkan observasi untuk dilakukan kembali. Oleh karena itu lembar observasinya biasanya sangat terperinci dan rancangannya sangat kompleks. Selain itu, biasanya sebelum observasi sesungguhnya dilakukan, terlebih dahulu diadakan simulasi-simulasi

2. Uncontrolled Observastion (observasi tidak terstruktur)

Uncontrolled observation (observasi tidak terstruktur) diartikan sebagai suatu proses observasi yang dilakukan secara spontan terhadap suatu gejala tertentu tanpa mempergunakan alat-alat yang peka atau pengontrolan kembali atas ketajaman hasil observasi tadi. Lembar observasi sebagai pedoman pelaksanaan pun dibuat sangat sederhana, hanya berisi garis besar pedoman tanpa suatu rancangan yang kompleks.
Berdasarkan hubungan antara observer dan gejala yang diobservasi, baik observasiterstruktur maupun yang tidak terstruktur dapat dibedakan menjadi observasi partisipan dan observasi nonpartisipan.
Pada observasi partisipan, observer terlibat dengan situasi/lingkungan dimana gejala terjadi. Jadi, tidak ada jarak antara observer dengan gejala yang diobservasi.
Sedangkan pada observasi nonpartisipan, observer memperlakukan dan mempersiapkan dirinya sedemikian rupa sehingga dirinya benar-benar berada “di luar” atau tidak terlibat dalam situasi, lingkungan, dan gejala yang diamati.

Keuntungan Metode Observasi

  1. Memungkinkan  perekaman  gejala-gejala  pada   waktu  terjadinya/apa adanya.
  2. Dengan pengamatan langsung dapat mengetes kebenaran dan keyakinan peneliti, kebenaran data dan menghapus keraguan adanya bias.
  3. Ada  studi sosial/psikologis yang tidak mungkin menggunakan metode lain, Jadi metode observasi merupakan satu-satunya metode yang dapat dilakukan. Contohnya: meneliti tingkah laku hewan, anak- anak, bayi, orang yang terganggu jiwa, orang cacat mental.
  4. Observasi tidak tergantung pada kemauan objek yang diobservasi untuk melaporkan atau menceritakan pengalamannya. Misalnya: bila akan mengobservasi  orang  yang  akan  menempuh  ujian,maka  tidak  perlu menanyakan apakah orang yang diobservasi bersedia atau tidak untuk diobservasi.
  5. Mampu memahami tingkah laku yang kompleks dan situasi yang rumit.
  6. Memperoleh  gambaran          berbagai   tingkah   lak dalam   waktu   yang bersamaan

Kelemahan Observasi

Observasi sangat tergantung pada individu yang melakukan observasi.

1. Terjadi Hallo Effect

Tanpa pengarahan yang terperinci akan diperoleh hasil yang sangat subjektif, dimana observer  cenderung  menilai  seseorang  dengan sikap menggeneralisasikan penilaian (positif atau negatif). Misalnya, jika kita menyukai seseorang, kita cenderung memberikan penilaian positif padanya, dan untuk seterusnya akan timbul kecenderungan memberikan penilaian positif. Demikian pula sebaliknya.

2. Ada refleksi observer

Ikut berpengaruhnya struktur kepribadian observer (berkaitan dengan latar belakang observer), yang tercermin dalam hasil observasinya terhadap orang yang diobservasi. Selain itu juga pengaruh pengalaman-pengalaman emosional dapat tampil dalam kegiatan observasi.

3. Pengamatan bersifat selektif

Kegiatannya terbatas pada penglihatan secara fisiologis, juga berkaitan dengan minat dimana observer cenderung mengamati hal- hal yang menonjol atau yang ingin diamati saja
Untuk mengatasi kelemahan ini bisa dilakukan cara-cara berikut:
  1. Merumuska tujuan   penelitian   secara   sangat   terperinc dan menuangkannya ke dalam pola-pola tingkah laku yang akan diobservasi secara jelas dan tajam.
  2. Melakukan perekaman hasil observasi yang dibantu dengan alat- alat lain seperti kamera maupun audiovisual lainnya.
  3. Melakukan observasi dengan 2 observer atau lebih yang berbeda latar belakang, disiplin, maupun pendidikannya.
  4. Dalam melakukan observasi harus dilakukan prosedur kontrol yang teliti, misalnya harus diuraikan secara jelas apa yang harus diobservasi, bagaimana merekamnya, alat  apa  yang  digunakan, dan bagaimana menulis laporannya. Keseluruhan prosedur kontrol itu adalah untuk menjamin agar observasi dapat diulang kembali.

4. Observasi dipengaruhi oleh responden yang diamati.

Jika responden yang diamati mengetahui bahwa dirinya sedang diobservasi, bisa terjadi Hawthorne Effect, yaitu suatu kecenderungan pada individu untuk mengatur tingkah lakunya agar tampak menjadi lebih baik, sehingga menjadi berbeda dari kondisi yang alamiah.

5. Observasi bersifat terbatas (harus menunggu munculnya gejala yang akan diobservasi).

Keterbatasan observasi, lebih-lebih observasi yang merupakan “observasi participasi” akan meminta observer untuk menunggu gejala- gejala yang akan diamati.
Misalnya: kita akan mengobservasi ekspresi emosi anggota keluarga raja saat penguburan raja-raja di Tanah Toraja.

6. Sebagai metode, observasi terbatas oleh kurun waktu.

Misalnya untuk meneliti riwayat hidup seseorang.

7.  Observasi tidak mampu menjelaskan dinamika tingkah laku.

Misalnya: meneliti orang marah, hanya melihat orang tersebut cemberut, wajah memerah, mata melotot, dsb, tapi tidak mengetahui mengapa ia marah.

8. Observasi tidak mampu menggali ide, perasaan, sikap, dan tanggapan seseorang.

9. Tidak banyak bidang yang dapat diteliti dengan menggunakan observasi sebagai metode utama.

Jika menggunakan alat, maka kelemahannya adalah
  1. Biaya mahal
  2. Tidak semua orang dapat menggunakan alat bantu (perlu keahlian khusus)
  3. Bisa menimbulkan   kecurigaan dari responden maka perlu diantisipasi

Kajian Lanjutan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga kependidikan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (2016) Modul Guru pembelajar; Bimbingan dan Konseling sekolah menengah pertama (SMP). Teori dan praksis Pendidikan; Konsep dan Praksis Asesmen.




Share this article :
 
Comments
0 Comments
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Muhamad Hamdi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger