Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al-Qur'an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit.
Seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya.Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.
Seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya.Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.
"Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan
bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta
Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang
pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa
banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.
Uwais terus berpikir mencari jalan keluar.
Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu?
Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan
kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu
itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang.
Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.
Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia
menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan
makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak
lembu yang membesar itu tak terasa lagi.
Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji.
Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin
membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa
maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk
menggendong Ibunya.
Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman
ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela
menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di
Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di
hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa
ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran.
Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga.
Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."
Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus
dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga
disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih
ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk?
itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama
Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.
Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar
Ka'bah karena Rasullah SAW berpesan "Di zaman kamu nanti akan lahir
seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia
akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman
kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu
berdua."
"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu,
durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan
membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak
bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR.
Bukhari dan Muslim)
CERITA KEHIDUPAN UWAIS AL QORNI
Pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal
dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat
miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal
dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya
telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama
sekali.
Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni
bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang
hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada
kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin
dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais
Al-Qarni setiap hari.
Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang
taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan
puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah.
Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru
datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia
sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud
yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena
dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni.
Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya
sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum
pernah bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk
menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia
dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu
mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.
Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah
tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya
dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya
diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.
Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama
ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati
ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia
diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun
telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia
memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais,
anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi,
segeralah engkau kembali pulang.”
Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar
ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa
menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada
tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan
sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.
UWAIS AI-QARNI PERGI KE MADINAH
Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais
Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw.
Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan
salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni
menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada
dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya
dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati
Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi
saw tidak dapat dijumpainya.
Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin
menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang?
Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan
sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.
Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan
ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan
Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit
kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya
menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera
berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.
Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju
Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra
tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang
taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti
Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang
benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena
ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya
terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais
Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin
berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak
tangannya.”
Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan
Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia,
mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”
Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian
wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab.
Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais
Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw
itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah
yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang
Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya
menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat
Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?
Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih
berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut
bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada
rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali
ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka.
Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia
sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu,
khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada,
khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat.
Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar
ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya
untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera
membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada
di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang
benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.
Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah
seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra
dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban
Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah.
Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais
Al-Qarni”.
Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu
Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut
bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra
memohon agar Uwais membacakan do'a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan
dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do'a pada kalian.”
Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata,
“Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang
dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais
Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah
itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal
kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata,
“Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya,
biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”
FENOMENA KETIKA UWAIS AL-QARNI WAFAT
Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang
ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak
orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat
pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu
untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali
kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga
selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang
yang berebutan untuk mengusungnya.
Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan
masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian
banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan
pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan
orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam
kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih
dahulu.
Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling
bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah
Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang
kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika
hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya
manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah
sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke
bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”
Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan
keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana.
Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni.
Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni
disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali
ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar
sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah
penghuni langit.
Sumber: "Cerita ini diambil dari buku '20
Kisah Sahabat dan Thabiin' terbitan Qibla karangan Ummuthoriq el khanzo yang
ditulis dengan apik oleh kerja dari rumah.com"
Subhanallah