Pertemuan XIII (AKSIOLOGI)


Ilmu pengetahuan yang merupakan produk kegiatan berfikir manusia adalah wahana untuk meningkatkan kualitas hidupnya dengan jalan menerapkan pengetahuan yang diperolehnya. Proses penerapan itulah yang menghasilkan peralatan-peralatan dan berbagaisarana hidup sepertikapak dan batu di zaman dahulu hingga peralatan computer di zaman sekarang ini, serta alat-alat yang lebih canggih (mutakhir) lagi untuk masa-masa mendatang.

Meskipun demikian, pada hakikatnya upaya manusia dalam memperoleh pengetahuan tetap dadasarkan pada tiga masalah pokok, yakni: apa yang diketahui, bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan, dan bagaimana nilai pengetahuan itu. Masalah yang terakhir ini yaitu nilai ilmu pengetahuan berkenaan dengan AKSIOLOGI. Karena itu menarik untuk dikaji apa yang dikandung dalam ilmu pengetahuan dan kaitannya dengan aksiologi, pertimbangan nilai, serta hal lain yang terkait dengannya.

Aksiologi menurut bahasa berasal dari bahasa Yunani “axios” yang berarti bermanfaat dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan/ajaran. Secara istilah aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan. Sejalan dengan itu Sarwan menyatakan bahwa aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi, realitas dan arti dari nilai-nilai (kebaikan, keindahan dan kebenaran) dengan demikian aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi dari nilai-nilai etika dan estetika, dengan kata lain, apakah yang baik / bagus itu.

Definisi lain mengatakan bahwa aksiologi adalah suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan menjaganya, membinanya di dalam kepribadian peserta didik. Dengan demikian aksiologi adalah suatu cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai /norma-norma terhadap sesuatu ilmu.

Berbicara mengenai nilai itu sendiri dapat kita jumpai dalam kehidupan seperti kata-kata adil dan tidak adil, jujur dan curang. Hal itu semua mengandung penilaian karena manusia yang dengan perbuatannya berhasrat mencapai/merealisasikan nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Secara singkat dapat dikatakan, perkataan nilai kiranya mempunyai maca-macam makna seperti:
  1. Mengandung nilai artinya berguna
  2. Merupakan nilai artinya baik/buruk/indah
  3. Mempunyai nilai artinya merupakan objek keinginan mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap menyetujui/ mempunyai sifat nilai tertentu.
  4. Memberi nilai artinya menanggapi sesuatu sebagai hal yang diinginkan/ sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu. Nilai ini terkait dengan nilai estetika dan etika.
Nilai etika adalah teori perbuatan manusia yang ditimbang menurut baik/buruk dan tentang hak dan kewajiban moral, sedangkan nilai estetika adalah telaah filsafat tentang keindahan serta keindahanya, dan tanggapan manusia terhadapnya.

Dalam etika nilai kebaikan manusia menjadi sentral persoalan karena menangkut tanggung jawab baik tanggung jawab pada diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap tuhan. Ilmu pengetahuan pun mendapatkan pedoman untuk bersikap penuh tanggung jawab baik tanggung jawab ilmiah maupun tanggung jawab moral. Tanggung jawab ilmiah adalah sejauh mana ilmu pengetahuan melalui pendekatan metode dan system yang dipergunakan untuk memperoleh kebenaran objektif, baik secara koheren idealistic, koresponden realistis maupun secara pragmatis empiris. Jadi berdasarkan tanggung jawab ini, ilmu pengetahuan tidak dibenarkan untuk mengerjakan kebohongan dan hal-hal negative lainnya.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan, dipahami ilmu pengetahuan mengandung nilai, dan kebenaran nilai ilmu pengetahuan yang dikandungnya bukan untuk kebesaran ilmu pengetahuan semata yang berdiri hanya mengejar kebenaran objektif yang bebas nilai melainkan selalu terikat dengan kemungkinan terwujudnya kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia.

Aksiologi dalam filsafat dapat diartikan sebagai kegunaan atau fungsi filsafat bagi kehidupan manusia. Untuk mengetahui apa kegunaan filsafat, dapat kita tinjau lebih dalam untuk melihat filsafat sebagai tiga hal, seperti yang disampaikan oleh Ahmad Tafsir (2010: 42-45) yaitu :
  1. Filsafat sebagai kumpulan teori, hal ini digunakan untuk memahami dan mereaksi pemikiran-pemikiran yang ada. Seperti contoh misalnya ketika kita tidak senang pada komunisme, maka kita harus membaca dan mempelajari teori filsafat Marxisme, karena teori tentang filsafat dalam komunisme ada di dalam filsafat Marxisme. Pendeknya bila kita ingin mendukung atau bahkan menentang sebuah hukum, atau teori atau system tertentu, kita harus benar-benar mempelajari teori-teori filsafatnya.
  2. Filsafat sebagai pandangan hidup, dalam hal ini dijelaskan bahwa filsafat hampir mirip kegunaannya dengan agama, yaitu sebagai pedoman hidup. Artinya bahwa filsafat berisi ajaran-ajaran yang harus dijalankan. Perbedaan dengan yang pertama (point 1), bahwa bila filsafat sebagai kumpulan teori yang bisa atau tidak bisa kita terima, sedangkan disini filsafat diterima sebagai teori yang dicari kebenarannya dan kemudian dijalankan dalam kehidupan.
  3. Filsafat sebagai metode pemecah/penyelesaian masalah, artinya bahwa kita mencoba menyelesaikan masalah dengan mencari penyebab awalnya, lalu kemudian (sesuai dengan sifat filsafat itu sendiri) menuntaskannya secara mendalam dan universal.
Aksiologi dalam pandangan aliran filsafat dipengaruhi oleh cara pandang dan pemikiran filsafat yang dianut oleh masing-masing aliran filsafat yakni:

A. Pandangan Aksiologi Progresivisme

Tokoh yang berpengaruh dalam aliran ini adalah William James (1842 – 1910), Hans Vahinger Ferdinant Sciller, Georger Santayana dan Jhon Dewey, menurut progressivisme, nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa, dengan demikian adanya pergaulan dalam masyarakat dapat menimbulkan nilai-nilai. Bahasa adalah sarana ekpresi yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan dan kecerdasan dan individu. Dalam hal ini kecerdasaan merupakan factor utama yang mempunyai kedudukan sentral. Kecerdasan adalah factor yang dapat mempertahankan adanya hubungan antara manusia dan lingkungannya, baik yang terwujud sebagai lingkungan fisik maupun kebudayaan/manusia.

B. Pandangan Aksiologi Essensialisme

Tokoh yang berpengaruh dalam aliran ini adalah Desiderius Erasmus, John Amos, Comenius(1592 – 1670), John Locke (1632 – 1704), John Hendrik Pestalalozzi (1776 – 1841) dan William T Horris (1835 – 1909). Bagi aliran ini, nilai-nilai berasal dari pandangan idealisme dan realism karena aliran essentialisme terbina dari 2 pandangan tersebut:

C. Teori nilai menurut idealism

Idealism berpandangan bahwa hukum-hukum etika adalah hokum kosmos karena itu seseorang dikatakan baik jika banyak berinteraksi dalam pelaksanaan
hokum-hukum itu menurut idealisme, sikap, tingkah lakudan ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk. Orang yang berpakaian serba formal seperti dalam upacara/peristiwa lain yang membutuhkan suasana tenang, haruslah bersikap formal dan teratur. Untuk itu, ekpresi perasaan yang mencerminkan adanya serba kesungguhan dan kesenangan terhadap pakaian resmi yang dikenakan dapat menunjukkan keindahan pakaian dan suasana kesungguhan tersebut.

D. Teori nilai menurut realism

Menurut realisme, sumber pengetahuan manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidupnya. Realisme memandang bahwa baik dan buruknya keadaan manusia tergantung pada keturunan dan lingkungannya. Perbuatan seseorang adalah hasil perpaduan antara pembawa-pembawa fisiologis dan pengaruh-pengaruh lingkungannya. George Santayana memadukan pandangan idealisme dan realisme dalam suatu sintesa dengan menyatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang turut menemukan adanya kualitas tertentu. Walaupun idealisme menjunjung tinggi asas otoriter/nilai-nilai namun tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri.

E. Pandangan Aksiologi Perenialisme

Tokoh utama aliran ini diantaranya Aristoteles (394 SM) St Thomas Aquinas. Perenialisme memandang bahwa keadaan sekarang adalah sebagai zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan dan kesimpang siuran. Sedangkan nilai aliran ini memandang berdasarkan asas-asas
supernatular yakni menerima universal yang abadi. Dengan asas seperti itutidak hanya ontology dan epistemology yang didasarkan pada teologi dan supernatural tetapi juga aksiologi. Tingkah laku manusia di pengaruhi oleh potensi kebaikan dan keburukan yang aa pada dirinya. Masalah nilai merupakan hal yang utama dalam perenialisme karena ia didasarkan pada asas supernatural yaitu menerima universal yang abadi, khususnya tingkah laku manusia. Jadi hakikat manusia itu juga menentukan hakikat perbuatan-perbuatannya

F. Pandangan Aksiologi Rekonsiruksionisme

Aliran ini adalah aliran yang berusaha merombak kebudayaan modern sejalan dengan perenialisme yang memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpang siuran. Aliran rekonstruksionalisme dalam memecahkan masalah, mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam kehidupan manusia yang memerlukan kerja sama.

Dengan demikian implikasi nilai-nilai (aksiologi) di ilmu pengetahuan harus di intergrasikan secara utuh dalam kehidupan secara praktis dan tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai yang meliputi kecerdasan, nilai-nilai ilmiah, nilai moral dan nilai agama hal ini tersimpul di dalam tujuan perolehan ilmu pengetahuan yakni membawa kepribadian secara sempurna. Pengertian sempurna ditentukan oleh masing-masing pribadi, masyarakat, bangsa sesuai dengan situasi dan kondisi.

Berdasarkan dari uraian-uraian sebelumnya maka dapat disimpulkan hasil interaksi manusia dengan objek tertentu menghasilkan sesuatu pengetahuan dan itulah yang disebut ilmu. Ilmu pengetahuan “bebas nilai” ia netral dan karena ini maka, ilmu tersebut berkaitan dengan pertimbangan aksiologi. Aksiologi yang dimaksud disini adalah cabang filsafat yang mempelajari nilai-nilai/ dengan kata lain aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kesilfasafatan. Aksiologi dalam pandangan aliran filsafat dipengaruhi oleh cara pandang dan pemikiran filsafat yang dianut oleh masing-masing aliran filsafat. Bagaimana sebuah ilmu pengetahuan digunakan dalam kehidupan, apakah untuk kebaikan ataukah untuk keburukan, itulah yang disebut aksiologi.

Mempelajari filsafat memang bukan hal yang mudah, namun ketika kita ingin sungguh-sungguh memahami filsafat, kita hanya harus membiasakan diri untukberfikir mengenai segala sesuatu secara mendalam, artinya bahwa kita tetap memikirkan sesuatu di balik fakta empiris,tidak cepat puas dengan jawaban-jawaban yang telah ditemukan (Skeptis/ragu-ragu, ingin tahu lebih dan lebih lagi), renungkan dan berfikir seluas-luasnya artinya kita memandang setiap permasalahan apapun dari banyak sudut pandang.
 

G. References

Hamdi, M (2012) “ filsafat sebuah pengantar” Naskah buku dalam proses penerbitan.
Tafsir, Ahmad, Prof. Dr. Filsafat Umum Akal dan Hati, dari Thales sampai Capra. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010

Share this article :
 

2 komentar :

  1. sangat bermanfaat, lumayan nambah khasanah keilmuan, tapi enakan harus belajar langsung sama bapak sih, salam ani bandung pak,

    BalasHapus
  2. Dimanakah kami bisa mendapatkan buku sumbernya kak, mohon infonya

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Muhamad Hamdi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger