Masalah pendidikanbagaimanapun adalah sektorpenting dalam upaya meningkatkan kualitas masyarakatyang sekaligus akan memberikankontribusi terhadap peningkatandaya saing suatu negara. Daribeberapa negara Amerika Latinyang diuraikan diatas, kita bisabelajar, bagaimana menata sistemdan manejemen pendidikan untukmengangkat derajat bangsa.
Negara-negara Amerika Latin mengalami peningkatan yang cukup cepat dalam merespon kebutuhan pendidikan bagi masyarakat. Seperti yangdialami oleh Cuba dan Venezuela, Cuba menempati urutan teratas sebagai negara yang memiliki sistempendidikan bagus di Amerika Latin, disusul Brazil, Cile, Argentina, Kolombiadan
Venezuela. Selanjutnya finlandia yang mempunyai system pendidikan terbaik dunia menjadi pembahasan pula dalam kesempatan ini
PELAJARAN DARI KUBA
Siapa yang dapat mengira anak juragan tebu, berhasil menyelesaikan kuliahnya dibindang hukum, melalui perjalanan panjang hingga mengantarkannya kepada
kursi tertinggi negara yakni presiden kuba, sungguhpun ia menanamkan marxisme di kuba ternyata dibalik itu sebagai pemerhati pendidikan yang amat luar
biasa sebagaimana ungkapannya “seorang guru haruslah berasal dari lulusan universitas dan harus selalu mendapat pelatihan yang berkualitas dan intensif,
orangtua guru dan staf sekolah harus bekerjasama menyelesaikan setiap masalah pendidikan”. Ungkapan tegas tersebut kelak mengantarkannya mendapatkan
pernyataan dari presiden setelahlah yaitu Raul menyatakan Fidel adalah fidel dan fidel tidak tergantikan, fakta menyatakan ia sanggup mempertahankan system pendidikan di Kuba sebagai pendidikan terbaik di kawasan Amerika Latin, terdapat bentuk-bentuk unik yang patut diketengahkan dan sebagai referensi system
pendidikan di Indonesia
Pertama
Sebagaimana di Indonesia, kuba juga menggelontorkan program wajib belajar namun, Kuba memberikan program wajib belajar sampai pada tingkat perguruan tinggi
yang disebut “ university for all” Tujuan dari program ini adalah menjadikan Kuba sebagai “anation become a university.” Melalui program ini seluruh rakyat Kuba disegala setting usia (tua-muda, laki-perempuan, sudah berkeluarga atau bujangan) memperoleh kesempatan yang sama untuk menempuh jenjang pendidikan universitas,
Ke-dua
Kuba tidak hanya memberikan akomodasi gedung belajar/sekolah, tenaga pengajar, dan fasilitas lainnya sebagaimana Indonesia tapi juga memberikan makanan gratis kepada peserta didik yang disesuaikan dengan asupan makanan yang diperlukan seperti sayur, bubur dan lain sebagainya;
Ke-tiga
Hubungan antara guru-murid-dan orang tua tampak sangat dikelolah hal itu dikarenakan kecenderungan elaborasi para guru dan staf sekolah dengan masyarakat setempat karena para guru dan staf sekolah tinggal dilingkungan sekolah sehingga para guru lebih leluasa untuk menjalin hubungan yang diharapkan, berupa
diskusi dalam menemukan solusi untuk penanggulangan masalah anak;
Ke-empat
DI Indonesia umumnya 1 guru membina 20 peserta didik sebaliknya di kuba 1 guru membina 13 peserta didik, hal yang dikhawatirkan Kuba terjadi pada Indonesia sebagaimana hasil penelitian-penelitian mutakhir para guru di Indonesia kualahan dengan kompleksitas dan karakteristik peserta didiknya;
Ke-lima
Media televisi Kuba menyediakan 394 jam untuk program pendidikan setiap minggunya. Jumlah ini sekitar 63 persen dari total jam tayang televisi Kuba. Dalam
kerjasama ini, pihak universitas menyediakan paket kurikulum pendidikan yang ditanyangkan di televise tersebut. sejak program ini on-air pada 2 Oktober 2000, ada sekitar 775 profesor yang datang dari universitas-universitas besar di Kuba yang aktif terlibat dalam program ini. Hasil dari komitmen dan kerja
keras pemerintah Kuba dalam membangun sektor pendidikan, tampak dari hasil kajian perbandingan yang dilakukan oleh UNESCO, terhadap siswa dari 13 negara
Amerika Latin di bidang matematika dan bahasa. Dari studi tersebut ditemukan bahwa, prestasi siswa Kuba jauh di atas prestasi siswa dari negara lainnya yakni, 350 point. Sementara Argentina, Chile, dan Brazil nilainya hanya mendekati 250 poin.
Kuba dan Indonesia tentu terdapat banyak perbedaan, baik itu yang fundamental (pokok) maupun yang komplementer. Kuba yang sosialistik (karena di bawah kekuasaan Partai Komunis) tentunya berbeda dari Indonesia yang baru saja melewati satu fase pemerintahan otoriter dan pro pasar. Karenanya system pendidikan kedua negara ini berbeda secara fundamental. Sehingga alangkah tidak layak kiranya jika tiba-tiba sistempendidikan Kuba diterapkan di Indonesia tanpa memperhatikan aspek kesejarahan dan kenyataan faktual di Indonesia. Maka yang paling mungkin dilakukan adalah menemukan relevansi yang kira-kira bisa menjadi pencerahan terhadap sistem pendidikan Indonesia.