Setelah Venezuela dipimpin oleh pemerintahan Chavez, terdapat upaya untuk merevolusi seluruh sistem ideologis, yaitu revolusi dengan budaya dan pendidikan.
Hal ini menjadi suatu skema transisi sosialisme ala Chavez. Transformasi pendidikan di Venezuela secara radikal diarahkan kepada kurikulum dengan kesadaran
politik dankelas yang lebih tinggi, struktur sosial yang lebih egaliter, dan sebagai tahap perwujudan konsep menuju model masyarakat baru.
Konstitusi Venezuela menempatkan pendidikan sebagai hak rakyat sebagaimana tertulis di konstitusi: “pendidikan adalah hak manusia, hak social yang paling mendasar. Pendidikan harus gratis, demokratis, dan wajib. Setiap rakyat Venezuela berhak mengakses pendidikan, menerima kualitas yang sama dan kesempatan
yang sama”. Tak pelak, dari rentetan historinya, penyelenggaraan pendidikan di Venezuela terbilang cukup maju dibanding negara-negara Amerika Latin lainnya. Data dari Education for all Development Index, menyebutkan bahwa Venezuela menempati peringkat ke-55 untuk tingkat melek huruf orang dewasa, ke-74 untuk kesetaraan gender, dan ke-49 untuk tingkat partisipasi siswa ex-putus sekolah. Di era Chavez, buta-huruf berhasil dihapuskan. Tak hanya itu, revolusi
Bolivarian berhasil menghilangkan diskriminasi dan pengecualian untuk mendapatkan pendidikan.
Kemajuan pendidikan Venezuela ini diakui dalam laporan UNESCO disebutkan jumlah anak yang terdaftar disekolah Venezuela meningkat pesat. Indeks Pembangunan Pendidikan (EDI) Venezuela meningkat sebesar 5,1% sejak 1999 hingga 2007. Laporan UNESCO menempatkan Venezuela di urutan 59 dari 128 negara. Peringkat
pertama diduduki oleh Norwegia. Peringkat kedua diduduki oleh Jepang. Sedangkan Negara sosialis Kuba menempati urutanke-14. Indonesia sendiri menempati
urutan ke-69.
SEBUAH PERENUNGAN DARI VENEZUELA
Venezuela memajukan pendidikan di semua bidang, berupa pendidikan bayi, pendidikan kualitas bagi pengajar, misi pendidikan gender, misi melek huruf pemuda dan orang dewasa, peningkatan kualitas pendidikan,dan kebutuhan belajar orang dewasa dan pemuda. Dalam UU pendidikan di Venezuela pasa 4 menyatakan Estado Docente negara sebagai pendidik, dipertegas pada pasal 6 kesetaraan rakyat Venezuela dalam pendidikan, termasuk kesetaraan gender.
Pertama
Senifa (Layanan Pendidikan untuk Bayidan Keluarga). Senifa adalah lembaga pemerintah yang bertujuan untuk memberikan pendidikan awal dan bantuan untuk anak usia 0-6 melalui pengasuhan anak masyarakat, Semuanya bebasbiaya. Sebutan Simoncitos tersebut merujuk dari nama sang pembebas Amerika Latin, SimonBolivar. Diharapkan anak-anakkecil itu bisa menjadi “pembebas”di masa dewasa.
Ke-dua
Venezuela memberikan akomodasi berupa laptop kecil bagi jenjang Sekolah Dasar yang sebut “Canaimitas”. Dengan harapan anak-anak Venezuela dapat
lebih akrab dengan teknologi informasi sejak usia dini. Laptop ini dibuat di Portugal yang khusus dirancang untu kanak-anak, dirancang oleh insinyur-insinyur Venezuela. Program tersebut berorientasi mempersiapkan anak-anak di bidang bahasa, sejarah, matematika dan ilmu pengetahuan.
Ke-tiga
Misi Sucre; yaitu pendidikan setingkat universitas (Universitas BolivarianVenezuela (UBV) dikelolah khusus untuk orang-orang yang sebelumnya dikeluarkan dari pendidikan (dropout atau putus sekolah), dikarenakan faktor biaya dan lokasi. Misi Ribas untuk melayani pendidikan sekunder bagi siswa dewasa (yang tidak sempat mengenyam pendidikan sekolah).
Masalah pendidikan bagaimanapun adalah sector penting dalam upaya meningkatkan kualitas masyarakat yang kelak diharapkan memberikankontribusi terhadap peningkatan daya saing dan derajat bangsa. Dengan mempertimbangkan terobosan baru dan sisi positif yang terbukti secara outentik dan ilmiah tidak terkecuali perkembangan sisi progresif di Venezuela merupakan nilai tambah bagi assessment system pendidikan di Indonesia.