Erich Fromm lahir di Frankfurt, Jerman, 23 Maret tahun 1900 dan meninggal 18 maret 1980. Belajar psikologi dan sosiologi di Universitas Heidelberg,
Frankfurt, dan Munich. Setelah meraih gelar Ph.D dari Heidelberg tahun 1922, ia belajar psikoanalisis di Munich dan pada Institut Psikoanalisis Berlin yang terkenal. Ia pergi ke Amerika Serikat tahun 1933 sebagai lector di Institut Psikoanalisis Chicago kemudian ia melakukan praktik privat di New York City. Fromm sangat dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Karl Marx, terutama oleh karyanya yang pertama The economic and philosophical manuscripts yang ditulis pada tahun 1844. Karya Marx ini yang diterjemahkan dalam bahasa inggris oleh T.B Bottomore termuat dalam Marx`s concept of man karangan Fromm (1961) dalam Beyond the chains of illusion (1962).
Fromm membandingkan ide-ide Freud dan Marx, menyelidiki kontradiksi-kontradiksinya dan mencoba melakukan sintesis. Fromm memandang Marx sebagai pemikir
yang lebih ulung daripada Freud dan menggunakan psikoanalisis terutama untuk mengisi celah-celah dalam pemikiran Marx. Tulisan-tulisan Fromm dipengaruhi
oleh pengetahuannya yang luas tentang sejarah, sosiologi, kesusasteraan, dan filsafat. Tema dasar dari semua tulisan Fromm adalah orang yang merasa kesepian dan terisolasi karena ia dipisahkan dari alam dan orang-orang lain. Fromm mengembangkan tesis bahwa karena manusia menjadi semakin bebas dari abad
ke abad, maka mereka juga makin merasa kesepian. Jadi kebebasan menjadi keadaan yang negatif dari mana manusia melarikan diri.
Tema yang mendasar dari tulisan Eric Fromm adalah orang merasa kesepian dan merasa terisolasi jika ia dipisahkan dari alam dan orang-orang lian. Ke khasan
ini hanya dimiliki oleh manusia dan tidak ditemukan pada spesies binatang. Dengan perkembangan kebebasan dari abad kea bad, maka manusia semakin merasa terisolasi dan makin terasa kesepian. Dengan demikian menurut Fromm kebebasab menjadi keadaan yang negative dimana manusia melarikan diri dari kondisi yang
ada.
Konsep teori Eric From mengemukakan bahwa manusia memiliki lima kebutuhan yaitu : (1) kebutuhan untuk mengadakan hubungan atau kebutuhan akan menjalin hubungan, (2) kebutuhan akan transendensi atau kebutuhan menjadi yang utama, (3) kebutuhan akan bersahabat, (4) kebutuhan untik mengenal diri atau identitas diri, dan (5) kebutuhan akan penyusunan rencana-rencana orientasi atau kebutuhan kerangka orientasi. Jika salah satu dari kebutuhan-kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi, maka individu akan merusahan secara terus menerus untuk melengkapinya. Bentuk kebutuhan yang terpenuhi manusia menunjukan suatu
kestabilan.
Menurut Eric Fromm, kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan manusiawi dan sungguh-sungguh objektif. Kebutuhan-kebutuhan ini bukan
diciptakan manusia melainkan secara kodrat mulai ditanamkan manusia melalui proses evolusi. Fromm meyakini bahwa manifestasi kebutuhan-kebutuhan ini ditentukan oleh peraturan-peraturan sosial yang ada dibawah kehidupannya. Ia memberikan gambaran terhadap lima karakter social yang dikemukakan pada masyarakat dewasa ini yaitu: menerima, keberanian, menyimpan, mengeluarkan dan menghasilkan. Menurut Fromm manusia merupakan gabungan dari kelima karakter tersebut, namun terdapat perbedaan dalam prilaku individu antara individu yang satu dengan individu yang lainnya disebabkan ada karakter yang menonjal pada setiap individu yang kekuatannya berbeda. Dengan demikian akan individu memiliki karakteristik yang berbeda disebabkan kekuatan dari karakteristik yang mendasarnya. Tipe-tipe ini yang menyebabkan perbedaan individu dalam berhubungan dengan dunianya.
Setiap bentuk masyarakat yang telah diciptakan manusia, entah itu berupa feodalisme, kapitalisme, fasisme, sosialisme, atau komunisme menunjukkan usaha
manusia untuk memecahkan kontradiksi dasar pada manusia itu sendiri. Kontradiksi yang dimaksud adalah bahwa seorang pribadi merupakan bagian tetapi sekaligus terpisah dari alam, merupakan binatang dan sekaligus manusia. Sebagai binatang, orang memiliki kebutuhan-kebutuhan fisiologis tertentu yang
harus dipuaskan. Sebagai manusia, orang memiliki kesadaran diri, pikiran dan daya khayal. Pengalaman-pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah lembut, cinta, perasaan kasihan, sikap-sikap perhatian, tanggungjawab, identitas, integritas, transendensi, dan kebebasan; nilai-nilai serta norma-norma (1968). Kedua aspek individu, yakni aspek binatang dan aspek manusia, merupakan kondisi-kondisi dasar eksistensi manusia. "Pamahaman tentang psikhe manusia harus berdasarkan analisis tentang kebutuhan-kebutuhan manusia yang berasal dari; kondisi-kondisi eksistensinya" (1955, him. 25).
1) Kebutuhan-kebutuhan Manusia
a) Keterhubungan (Relatedness)
Kebutuhan akan keterhubungan (juga disebut "frame of devotion" dalam Revolution of hope, 1968) berasal dari fakta bahwa manusia dalam
menjadi manusiawi telah direnggutkan dari kesatuan primer binatang dengan alam. "Binatang diperlengkapi oleh alam untuk menanggulangi keadaan-keadaan yang harus dihadapinya"(1955), tetapi manusia dengan kemampuan berpikir dan berkhayalnya, telah kehilangan interdependensi intim dengan alam. Sebagai pengganti ikatan-ikatan instingtif dengan alam yang dimiliki binatang, manusia harus menciptakan hubungan-hubungan mereka sendiri, yang paling memberikan kepuasan
adalah hubungan-hubungan yang didasarkan cinta produktif. Cinta produktif selalu mengandung perhatian, tanggung jawab, respek, dan pemahaman timbal balik.
b) Transendensi (Transendence)
Transendensi adalah kebutuhan orang untuk mengatasi kodrat binatangnya, untuk menjadi orang yang kreatif dan bukan hanya menjadi makhluk belaka. Apabila
dorongan-dorongan kreatif terhambat, maka orang menjadi perusak. Fromm menunjukkan bahwa cinta dan benci bukan dorongan yang berlawanan; kedua dorongan itu
merupakan jawaban terhadap kebutuhan orang untuk mengatasi kodrat binatangnya. Binatang-binatang tidak dapat mencintai dan membenci, seperti manusia.
c) Keberakaran (Rootedness)
Manusia mendambakan akar-akar alamiah; mereka ingin menjadi bagian integral dunia, merasakan bahwa mereka memilikinya. Ketika kanak-kanak, mereka berakar
pada ibunya, tetapi apabila hubungan ini bertahap melewati masa kanak-kanak, maka ini dipandang sebagai suatu fiksasi yang tidak sehat. Seseorang menemukan
akar-akar yang paling memuaskan dan paling sehat dalam rasa sekeluarga dengan pria dan wanita lain.
d) Rasa Identitas (Sense of Identity)
Orang juga ingin memiliki suatu perasaan identitas pribadi, menjadi seorang individu yang unik. Apabila orang tidak bisa mencapai tujuan ini melalui usaha
kreatifhya sendiri, ia bisa mendapatkan ciri tertentu dengan mengidentifikasikan diri dengan orang atau kelompok lain. Budak mengidentifikasikan diri dengan majikan, warga negara dengan negara, pekerja dengan perusahaan. Pada kasus semacam ini, perasaan identitas timbul dari memiliki seseorang dan bukan
dari menjadi seseorang.
e) Kerangka Orientasi (Frame of Orientation)
Manusia perlu memiliki suatu kerangka acuan, yakni suatu cara yang stabil dan konsisten dalam memandang dan memahami dunia. Kerangka acuan yang mereka kembangkan mungkin pertama-tama bersifat rasional, atau pertama-tama irasional, atau mungkin memiliki unsur-unsur dari keduanya. Bagi Fromm, kebutuhan-kebutuhan ini sungguh-sungguh manusiawi dan sungguh-sungguh objektif. Kebutuhan-kebutuhan itu tidak ditemukan pada binatang dan tidak berasal dari pengamatan tentang apa yang dikatakan manusia tentang keinginannya. Kebutuhan-kebutuhan ini juga tidak diciptakan oleh masyarakat; tetapi
telah ditanamkan dalam kodrat manusia melalui evolusi. Lalu apakah hubungan antara masyarakat dan eksistensi manusia? Fromm meyakini bahwa manifestasi-manifestasi spesifik dari kebutuhan-kebutuhan ini, yakni cara-cara aktual seseorang mewujudkan potensi-potensi batiniahnya" ditentukan oleh aturan-aturan sosial di mana ia hidup". Kepribadian orang berkembang menurut kesempatan-kesempatan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat tertentu. Dalam
masyarakat kapitalis, misalnya, seseorang bisa mencapai perasaan identitas pribadi dengan menjadi kaya atau mengembangkan perasaan keterberakaran dengan
menjadi pekerja yang dapat diandalkan dan dipercaya dalam suatu perusahaan yang besar. Dengan kata lain, penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat
biasanya merupakan kompromi antara kebutuhan-kebutuhan batin dan tuntutan-tuntutan dari luar. Ia mengembangkan karakter sosial dengan memenuhi harapan-harapan masyarakat.
2) Tipe Karakter Sosial
Reseptif (Receptive): Sumber kabaikan manusia terletak di luar dirinya termasuk cinta, idea-idea, pengetahuan, hadiah-hadiah dan kepemilikan material. Kualitas negatif pribadi reseptif mencakup kepasifan, ketundukan, kurang percaya diri. Sifat positif, kesetiaan, penerimaan dan rasa percaya kepada orang lain, Tipe Eksploitasi: (Memaksa orang lain untuk mengikuti keinginannya), Tipe Penimbunan: (suka mengumpulkan dan menimbun barang suatu materi), Tipe Pemasaran (suka menawarkan dan menjual barang). Tipe Produktif: (karakter yang kreatif dan selalu berusaha untuk menggunakan barang-barang
untuk suatu kemajuan), Tipe Nekrofilus-biofilus: (nekrofilus: orang yang tertarik dengan kematian, biofilus: orang yang mencintai kehidupan) Kemudian Fromm mengemukakan tentang masyarakat yang seharusnya yaitu dimana manusia berhubungan satu sama lain dengan penuh cinta, dimana ia berakar dalam ikatan-ikatan persaudaraan dan solidaritas, suatu masyarakat yang memberinya kemungkinan untuk mengatasi kodratnya dengan menciptakannya bukan dengan
membinasakannya, setiap orang mencapai pengertian tentang diri dengan mengalami dirinya sebagai subjek dari kemampuan-kemampuannya bukan dengan
konformitas, terdapat suatu sistem orientasi dan devosi tanpa orang perlu mengubah kenyataan dan memuja berhala. Bahkan Fromm mengusulkan suatu nama untuk
masyarakat yang sempurna tersebut yaitu Sosialisme Komunitarian Humanistik. Dalam masyarakat semacam itu, setiap orang akan memiliki kesempatan yang sama
untuk menjadi mansiawi sepenuhnya. Masyarakat kapitalis kontemporer menempatkan orang sebagai korban dari pekerjaan mereka sendiri. Konflik antara kecenderungan mandiri dengan ketidakberjayaan dapat merusak kesehatan mental. Menurut Fromm, ciri orang normal atau yang mentalnya sehat adalah orang yang
mampu bekerja produktif sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya, sekaligus mampu berpartisipasi dalam kehidupan sosial yang penuh cinta. Menurut Fromm,
normalitas adalah keadaan optimal dari pertumbuhan (kemandirian) dan kebahagiaan (kebersamaan) dari individu.
3) Cara Memperoleh Makna Dalam Kehidupan
From mengklarifikasikan dua cara untuk memperoleh makna dan kebersamaan dalam kehidupan diantaranya:
1) Pendekatan humanistik
Mencapai kebebasan positif yakni berusaha menyatu dengan orang lain, tanpa mengorbankan kebebasan dan integritas pribadi. Ini adalah pendekatan optimistik
dan altruistik, yang menghubungkan diri dengan orang lain melalui kerja dan cinta, melalui ekspresi perasaan dan kemampuan intelektual yang tulus dan terbuka. Fromm menyebutkan dengan istilah pendekatan humanistik, yang membuat orang tidak merasa kesepian dan tertekan, karena semua menjadi saudara dari
yang lain.
2) Mekanisme pelarian
Memperoleh rasa aman dengan meninggalkan kebebasan dan menyerahkan bulat-bulat individualitas dan integritas diri kepada sesuatu (bisa orang atau lembaga) yang dapat memberi rasa aman. Solusi semacam ini dapat menghilangkan kecemasan karena kesendirian dan ketidakberdayaan, namun menjadi negatif karena tidak
mengizinkan orang mengekspresikan diri, dan mengembangkan diri. Cara memperoleh rasa aman dengan berlindung di bawah kekuatan lain. Fromm menyebutnya
dengan istilah mekanisme pelarian. Mekanisme pelarian sepanjang dipakai sekali waktu, adalah dorongan yang normal pada semua orang, baik individual maupun
kolektif.
KAJIAN LANJUT
Alwisol. (2006). Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press.
Blair, Deirdre, Jung: A biography, Boston: Little Brown, 2003.
Shamdasani, Sonu, Jung and the Making of modern Psychology: the dream of a science, Cambridge, Cambridge University Press, 2003
Shamdasani, Sonu, Jung and the Making of modern Psychology: the dream of a science, Cambridge, Cambridge University Press, 2003
Boeree, C. George. (2009). Personality Theories. Yogyakarta: Prismasophie.
Feist, Jess & Feist J. Gregory (2006). Theories of Personality. New York: Pustaka Belajar: Penerjemah: Yudi Santoso.
Fey-Rohn, Liliane. (1974) From Freud to Jung, New York: Putnam.
Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner. (1985). Introduction to Theorities of Personality. New York: John Wiley & Sons.
_________________, (1993). Teori-teori Psikoanalitik (Klinis). Psikologi kepribadian I. Yogyakarta: Kanisius. Editor: A. Supratiknya.
Hamdi, M. (2016) Teori kepribadian sebuah pengantar. bandung. Alfabeta