I`PA` I`TINGTZE` PAGAR DAN PAKU


Saat kata maaf di ucap walau dengan setulus jiwa tetapi lara telah terlanjur tertoreh di dada pedihnya luka seperti paku yang ditancap di pagar walau telah dicabut dipoles seperti apapun tetapi bekasnya tetap ada. maka, agar luka tak pernah ada janganlah berbuat dan berkata semena-mena.
  ipa` i`tingtze`  (pagar dan paku) dikisahkan disebuah kota kecil tinggallah seorang saudagar yang masih muda usia, si pemuda berwajah tampan dan hidup berlimpah harta. sayangnya sikapnya sangat sombong, tinggi hati mau menang sendiri, suka menyinggung perasaan orang lain bahkan, sering menindas orang kecil di sekitarnya, hingga suatu hari si pemuda merasa tidak tenang dan menyimpan amarah di dalam hati, saat menyadari orang-orang di sekitar dia mulai mengucilkan dan menjauhi dirinya kemudian, pemuda itupun memutuskan untuk mendatangi seorang guru bijak guna meminta saran dan nasehatnya
Setiba disana setelah mendengar masalah si pemuda sang gurupun berujar dengan bijak....

“anak muda..... setiap kamu berbuat jahat.... menyakiti orang lain.... 
tandailah dengan menancapkan satu paku di atas pagar depan rumahmu.....
 demikian seterusnya dan datanglah kembali kepadaku ketika pagar di rumahmu 
sudah berisi penuh dengan paku yang kamu tancap sendiri”

Setelah mendapat nasehat pulanglah si pemuda kerumahnya dan melakukan seperti apa yang di pesankan oleh guru bijak kepadanya setiap kali berbuat jahat, atau menyakiti hati orang lain dia tancapkan paku di pagar rumahnya selang beberapa bulan kemudian pagarpun telah penuh oleh tancapan paku.
Si pemuda terasa lelah dan tidak bahagia, dia merasa tidak berdaya merubah keadaannya maka, datanglah kembali si pemuda keguru bijak untuk meminta wejangan....


Melihat pemuda itu datang kembali, sang guru berkata....

"anak muda kedatanganmu kali ini tentu pagar rumahmu telah penuh dengan paku
Sekarang berbuatlah yang sebaliknya yaitu....
Setiap kali kamu berbuat baik atau tidak jadi berbuat jahat kepada orang lain maka..
Cabutlah satu paku dari pagarmu...
Bila nanti paku habis tercabut datanglah kembali kesini. 

Dengan patuh dijalaninya pesan sang guru hingga beberapa bulan kemudian pakupun telah tercabut habis dan tanpa disadari si pemuda telah berubah menjadi seorang yang lebih sabar mau mengerti orang lain dan lebih bijak. Datanglah kembali si pemuda menemui sang guru. 

Gurupun berkata.....
"Anak muda...... sekarang engkau telah menjadi orang yang berbeda
Lebih sabar dan lebih bijak
Lalu pelajaran apa yang bisa di petik dari hasil kerjamu menancap dan mencabut paku di pagar rumahmu 
Sang guru melanjutkan 
“Perhatikan baik-baik meskipun semua paku sudah kamu cabut di pagar rumahmu tetapi bekas lubang paku tetap masih ada dan dipoles sebagus apapun tidak bisa mengembalikan pagar kembali seperti sedia kala.”

Cerita tersebut sama dengan perbuatan yang telah kita lakukan, setiap kali kita melakukan kesalahan terhadap orang lain kemudian meminta maaf kita selalu berharap orang lain mau memaafkan kita dan kita anggap masalahnyapun selesai namun, kenyataannya tetap masih ada bekas lukanya, alangkah sejuknya jika kita dapat hidup harmoni dengan manusia lain tanpa saling memusuhi dan menyakiti seperti pepatah bijak mengatakan “PUNYA SATU MUSUH KEBANYAKAN PUNYA SERIBU TEMAN KEKURANGAN.”
Mari
chu women`khaize` cokhohaezen`
Dimulai dari kita sendiri untuk menjadi manusia baik dan bisa menjadi teman yang baik bagi orang lain.
Share this article :
 
Comments
0 Comments
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Muhamad Hamdi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger