Sejarah singkat
Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York pada tanggal 1 April 1908.
Dia anak sulung dari tujuh bersaudara. Pada waktu Maslow berusia 14
tahun, orangtuanya
bermigrasi dari Rusia menuju Amerika Serikat. Ia merasa tidak
bahagia dan terisolasi, karena orangtuanya tidak memberikan kasih
sayang, ayahnya bersikap
dingin dan tidak akrab, dan sering tidak ada di rumah dalam waktu
yang cukup lama. Ibunya seorang yang sangat percaya tahyul, yang sering
menghukum Maslow
hanya karena hal kecil. Perlakuan ibunya memberikan dampak yang
serius bagi dirinya, tidak hanya kepada kehidupan emosionalnya tetapi
juga pada
pekerjaannya dalam psikologi.
Maslow kuliah di Universitas Wiscosin dan bertemu dengan sepupunya Bertha dalam bidang psikologi, dan mereka menikah. Dalam pernikahan ini Maslow mendapat kebahagiaan karena dia merasa memiliki perasaan berharga dan bermakna dalam hidupnya, yang sebelumnya tidak dimilikinya. Maslow mendapat gelar Ph,D dari Universitas Wiscosin 1934. Kemudian menjadi Postdoctoral Fellowship yang berada di bawah tanggung jawab E.L Thorndike, di Universitas Columbia. Kemudian ia mengajar Brooklyn College sampai dengan tahun 1951. Pada saat bekerja dengan Thorndike, ia mengikuti tes kecerdasan dan bakat skolistik dan hasilnya Moslow mempunyai IQ yang sangat tinggi yaitu 195, masuk kelompok genius. Pada tahun 1951 Moslow pergi ke Universitas Braindes dan menjadi anggota tetap pada Laughlin Foundation di Menlo Park, California. Moslow menderita serangan jantung yang mengakibatkan kematiaanya pada tanggal 8 Juni 1970.
Teori Abraham Maslow dapat dinamakan dengan teori Dinamika-Holistik. Teori ini mengasumsikan keseluruhan kepribadian manusia yang termotivasikan secara konstan oleh suatu kebutuhan atau kebutuhan lainnya. Dalam teori ini juga menyatakan bahwa manusia memiliki potensi untuk tumbuh menuju kesehatan psikologis, yaitu self-actialization atau aktualisasi diri. Dalam mencapai kebutuhan aktualisasi diri, maka manusia harus memuaskan kebutuhan pada tingkat dasarnya terlebih dahulu, seperti : rasa lapar, rasa aman, rasa dicintai, dan rasa dihargai. Setelah manusia dapat memenuhi setiap kebutuhan pada tingkat dasarnya, maka manusia baru dapat mencapai aktualisasi diri. Teori motivasi Maslow itu bergerak secara hierarkis yang berawal dari tingkat bawah ke atas. Oleh karena itu teori ini sering dikatakan sebagai teori Hierarki Kebutuhan Maslow.
Maslow kuliah di Universitas Wiscosin dan bertemu dengan sepupunya Bertha dalam bidang psikologi, dan mereka menikah. Dalam pernikahan ini Maslow mendapat kebahagiaan karena dia merasa memiliki perasaan berharga dan bermakna dalam hidupnya, yang sebelumnya tidak dimilikinya. Maslow mendapat gelar Ph,D dari Universitas Wiscosin 1934. Kemudian menjadi Postdoctoral Fellowship yang berada di bawah tanggung jawab E.L Thorndike, di Universitas Columbia. Kemudian ia mengajar Brooklyn College sampai dengan tahun 1951. Pada saat bekerja dengan Thorndike, ia mengikuti tes kecerdasan dan bakat skolistik dan hasilnya Moslow mempunyai IQ yang sangat tinggi yaitu 195, masuk kelompok genius. Pada tahun 1951 Moslow pergi ke Universitas Braindes dan menjadi anggota tetap pada Laughlin Foundation di Menlo Park, California. Moslow menderita serangan jantung yang mengakibatkan kematiaanya pada tanggal 8 Juni 1970.
Teori Abraham Maslow dapat dinamakan dengan teori Dinamika-Holistik. Teori ini mengasumsikan keseluruhan kepribadian manusia yang termotivasikan secara konstan oleh suatu kebutuhan atau kebutuhan lainnya. Dalam teori ini juga menyatakan bahwa manusia memiliki potensi untuk tumbuh menuju kesehatan psikologis, yaitu self-actialization atau aktualisasi diri. Dalam mencapai kebutuhan aktualisasi diri, maka manusia harus memuaskan kebutuhan pada tingkat dasarnya terlebih dahulu, seperti : rasa lapar, rasa aman, rasa dicintai, dan rasa dihargai. Setelah manusia dapat memenuhi setiap kebutuhan pada tingkat dasarnya, maka manusia baru dapat mencapai aktualisasi diri. Teori motivasi Maslow itu bergerak secara hierarkis yang berawal dari tingkat bawah ke atas. Oleh karena itu teori ini sering dikatakan sebagai teori Hierarki Kebutuhan Maslow.
Hirarki Kebutuhan Maslow
Maslow berpendapat bahwa kepribadian manusia dihasilkan dari
motivasi manusia yang diorganisasikan ke dalam sebuah hirarki kebutuhan
yaitu suatu susunan
kebutuhan yang sistematis, suatu kebutuhan dasar harus dipenuhi
sebelum kebutuhan dasar lainnya muncul. Kebutuhan itu mempunyai beberapa
karakteristik
sebagai berikut :
- Kebutuhan yang lebih rendah dalam hirarki merupakan kebutuhan yang kuat, potensial, dan prioritas; sementara yang lebih tinggi dalam hirarki merupakan kebutuhan yang paling lemah
- Kebutuhan yang lebih tinggi muncul terakhir dalam rentang kehidupan manusia.
- Kebutuhan yang lebih tinggi kurang diperlukan dalam rangka mempertahankan hidup, sehingga pemuasannya dapat diabaikan.
- Walaupun kebutuhan yang lebih tinggi itu kurang begitu perlu dalam rangka survival, namun kebutuhan itu memberikan kontribusi terhadap survival itu sendiri dan juga perkembangan.
- Pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi amat bermanfaat, baik bagi fisik maupun psikis. Kondisi ini dapat melahirkan rasa senang, bahagia dan perasaan bermakna
- Pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi memerlukan situasi eksternal yang lebih baik (social, ekonomi dan politik) daripada kebutuhan yang lebih rendah.
Hirarki kebutuhan maslow digambarkan dalam bentuk piramida berikut.
Keterangan :
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar,
kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan
akan makanan, minuman,
seks, istirahat (tidur) dan oksigen. Sebagai contoh, melalui asupan
makanan dan air, tubuh mencoba untuk memelihara berbagai macam
keseimbangan dalam darah
dan jaringan tubuh seperti isi dari garam, gula, protein, dan
substansi yang lain.
2. Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan ini sangat penting bagi setiap orang, baik anak, remaja
maupun dewasa. Pada anak kebutuhan akan rasa aman ini nampak jelas sebab
mereka suka
mereaksi secara langsung terhadap sesuatu yang mengancam dirinya.
Kebutuhan ini berupa kebutuhan rasa keamanan, stabilitas, proteksi,
struktur, order,
hukum, batas-batas, bebas dari ketakutan dan kecemasan, dan
seterusnya. Ekspresi manusia pada kebutuhan ini adalah nampak lebih
jelas dalam respon-respon :
menangis, menjerit, dan hentakan yang sangat tegang untuk ditangani
secara kasar, yang terkejut oleh suara gaduh atau lampu yang terang,
atau hanya dengan
kekurangan yang didukung oleh orangtua. Seperti kelaparan, kesakitan
dari penyakit, dari kemarahan orangtua dan perselisihan, atau dari
kelalaian atau yang
disalahgunakan, mungkin merubah pandangan anak-anak secara
keseluruhan pada dunia. Dunia mungkin menjadi tempat teror dan
kegelapan.
3. Kebutuhan Pengakuan dan Kasih Sayang
Apabila kebutuhan fisiologis dan rasa aman sudah terpenuhi, maka
individu mengembangkan kebutuhan untuk diakui dan disayangi dan
dicintai. Kebutuhan ini
dapat diekspresikan dalam berbagai cara, seperti ; persahabatan,
percintaan atau pergaulan yang lebih luas.
4. Kebutuhan Penghargaan
Jika seseorang telah merasa dicintai atau diakui maka orang itu akan
mengembangkan kebutuhan perasaan berharga. Kebutuhan ini meliputi ;
- Harga diri meliputi kepercayaan diri, kompetensi, kecukupan, prestasi dan kebebasan.
- Penghargaan dari orang lain meliputi pengakuan, perhatian, prestise, respekdan kedudukan (status)
5. Kebutuhan Kognitif
Secara alamiah manusia memiliki hasrat ingin tahu (memperoleh
pengetahuan atau pemahaman tentang sesuatu). Rasa ingin tahu ini
biasanya terhambat
perkembangannya oleh lingkungan baik keluarga maupun sekolah.
6. Kebutuhan Estetika
Kebutuhan estetika (order and beauty) merupakan ciri orang yang
sehat mentalnya. Melalui kebutuhan inilah manusia dapat mengembangkan
kreativitasnya dalam
bidang seni, arsitektur, tata busana dan tat arias.
7. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini merupakan puncak dari hirarki kebutuhan manusia yaitu
perkembangan atau perwujudan potensi dan kapasitas secara penuh.
Kepribadian Yang sehat
Maslow berpendapat bahwa seseorang akan memiliki kepribadian yang
sehat apabila dia telah mampu untuk mengaktualisasi dirinya secara penuh
(self
actualizing person). Moslow mengemukakan Teori Self Actualizing Person dengan nama
Metamotivation, Meta-needs, B – Motivation, atau Being Values. Terkait
dengan metaneeds,
Maslow selanjutnya mengatakan bahwa kegagalan dalam memuaskannya
akan berdampak kurang baik bagi individu, sebab dapat menggagalkan
pemuasan kebutuhan yang
lain, dan juga melahirkan metapologi yang dapat merintangi
perkembangannya.
Mengenai self actualizing person, atau orang yang sehat mentalnya, Maslow mengemukakan ciri – ciri sebagai berikut;
- Mempersepsi kehidupan atau dunianya sebagaimana apa adanya, merasa aman dalam menjalani.
- Menerima dirinya sendiri, oranglain dan lingkungannya
- Bersikap spontan, sederhana, alami, bersikap jujur, tidak dibuat – buat dan terbuka
- Mempunyai komitmen atau dedikasi untuk memecahkan masalah di luar dirinya (yang dialami orang lain)
- Bersikap mandiri atau independent
- Memiliki apresiasi yang segar terhadap lingkungan di sekitarnya
- Mencapai puncak pengalaman yaitu suatu keadaan seseorang yang mengalami kegembiraan yang luar biasa.
- Memiliki minat social ; simpati, empati dan altruis
- Sangat senang menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain
- Bersikap demokratis
- Kreatif.
Dalam kaitannya dengan peran lingkungan, khususnya sekolah dalam mengembangkan self actualizing person, Maslow mengemukakan beberapa upaya yang
seyogianya dilakukan oleh sekolah (dalam hal ini guru-guru yaitu sebagai berikut :
- Membantu siswa menemukan identitasnya sendiri
- Membantu siswa untuk mengeksplorasi pekerjaan
- Membantu siswa untuk memahami keterbatasan dirinya
- Membantu siswa untuk memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai
- Membantu siswa agar memahami bahwa hidup ini berharga
- Mendorong siswa agar mencapai pengalaman puncak dalam kehidupannya
- Memfasilitasi siswa agar dapat memuaskan kebutuhan dasarnya (rasa aman, rasa berharga, dan rasa diakui).
Menurut Maslow setiap orang memiliki kodrat bawaan yang pada
hakikatnya adalah baik atau sekurang-sekurangnya netral. Kodrat manusia
menurut pembawaannya
tidak jahat. Ini adalah suatu konsepsi baru karena banyak teoritikus
berangggapan bahwa beberapa insting adalah buruk atau antisosial yang
harus dijinakkan
dengan latihan dan sosialisasi.
Dalam diri manusia terdapat Hierarki Kebutuhan-Kebutuhan. Maslow
mengasumsikan bahwa dalam hampir setiap manusia, dan sudah barang tentu
dalam hampir
setiap bayi yang baru lahir, terdapat kemauan yang aktif kearah
kesehatan, impuls kearah pertumbuhan, atau kearah aktualisasi
potensi-potensi manusia. Dari
sini Maslow mengemukakan suatu teroi tentang motivasi manusia antara
kebutuhan dasar atau basic needs dan meta kebutuhan (meta needs).
Manusia memiliki kebutuhan pada tingkat dasar dan akan bergerak
menuju tingkat yang lebih tinggi secara hierarki. Kebutuhan ini
digambarkan dalam suatu
piramida kebutuhan.
Bagi Maslow unit kepribadian yang mendasar adalah
sindrom kepribadian. Sindrom kepribadian adalah sesuatu yang
terorganisir saling
ketergantungan, gejala struktur kelompok. Dalam studinya pada dua
sindrom, yaitu harga diri dan rasa aman, Maslow menyebutnya holistik analytic methology. Analisis Maslow tentang rasa aman dan kepribadian dibuatnya menjadi beberapa level: Sindrom Kepribadian Level 1 Security – Inscurity; Subsindrom Level 2 Kekuatan – Ketundukkan; Sub-subsindrom Level 3 Prasangka – Egalitarianism; Sub-sub-subsindrom Level 4 Warna Kulit – Karakteristik manusia lebih dalam; Sub-sub-sub-subsindrom Level 5 Perbedaan Individu – Persamaan Individu.
Ditemukan bahwa orang-orang yang mengalami pengalaman puncak merasa
lebih terintegrasi, lebih bersatu dengan dunia, lebih menjadi raja atas
diri mereka
sendiri, lebih spontan, kurang menyadari ruang dan waktu, lebih
cepat dan mudah menyerap sesuatu. Untuk mengetahui pengalaman Maslow
menggunakan dua
metode, yaitu D dan B realsm. D adalah defisiensi, individu yang
hanya puas dengan memenuhi kebutuhan dasarnya saja. Sedangkan B adalah being,
ketika kebutuhan dasar dan motif-motifnya sudah terpenuhi individu
akan mulai fokus pada motivasi aktualisasi diri dan memperkuat
eksistensi dirinya.
Maslow tidak mengemukakan teori formal tentang
perkembangan kepribadian. Dia lebih fokus pada perkembangan aktualisasi
diri, yaitu ide-ide
tentang bagaimana indiividu dapat mengaktualisasikan dan bagaimana
pendidikan dan masyarakat dapat mendorong aktualisasi diri. Aktualisasi
diri juga dapat
dimunculkan di sekolah. Abraham Maslow dalam banyak tulisannya khususnya lihat Motivation and Personality (1954, edisi yang direvisi, 1970), Toward a Phsychology of Being (1968a), dan The Farther reacher of Human Nature (1971) mendukung
segi pandangan dinamik,
holistik yang banyak kesamaannya dengan pandangan Goldstein dan
Angyal teman sekerjanya di Universitas Brandeis. Maslow beranggapan
bahwa pendiriannya
tergolong dalam bidang psikologi humanistik yang luas, yang
disebutnya sebagai “mazhab ketiga” dalam psikologi Amerika, dua yang
lainnya adalah
behaviorisme dan psikoanalisis.
Penting untuk diperhatikan bahwa tidak seperti Goldstein dan Angyal yang meletakkan dasar pandangan mereka pada penelitian tentang orang-orang yang mendapat cedera otak dan gangguan jiwa, Maslow menggunakan hasil-hasil penelitiannya tentang orang-orang yang sehat dan kreatif untuk sampai pada perumusan-perumusan tertentu tentang kepribadian. Maslow mencela psikologi karena “konsepnya yang pesimistik, negatif, dan terbatas” tentang manusia. Ia berpendapat bahwa psikologi lebih banyak memikirkan kelemahan manusia daripada kekuatan-kekuatannya; psikologi semata-mata meneliti dosa-dosa dan mengabaikan kebajikan-kebajikan. Psikologi telah melihat hidup ini dari sudut pandang individu yang berusaha mati-matian untuk menghindari perasaan sakit, bukan mengambil langkah-langkah aktif untuk mencampai kematangan dan kebahagiaan. Maslow bertanya dimanakah psikologi yang berbicara tentang kegirangan, kegembiraan, cinta, dan kesejahteraan sama tuntasnya sebagaimana ia berbicara tentang kesengsaraan, konflik, rasa malu, dan permusuhan? Psikologi “telah dengan sengaja membatasi dirinya pada hanya setengah dari batas kekuasaannya yang sah, yakni sisi yang lebih gelap dan kotor”. Maslow sudah berusaha menyajikan sisi lain dari gambar, yakni paruh bagian yang lebih terang, lebih baik, untuk memberikan suatu potret pribadi secara utuh, Maslow (Calvin & Gardner, 1993:107.) menulis sebagai berikut:
“Sekarang biarlah saya mengemukakan secara singkat dan pertama-tama secara dogmatis hakikat dari konsepsi yang baru berkembang tentang manusia yang sehat secara psikiatris ini. Pertama dan yang paling penting dari semuanya adalah keyakinan yang kuat bahwa manusia memiliki kodratnya sendiri yang hakiki, suatu krangka struktur psikologis yang dapat dipandang dan dibicarakan secara analog dengan struktur fisiknya, yakni bahwa manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan, kapasitas-kapasitas, dan kecenderungan-kecenderungan yang bersifat genetik, beberapa diantaranya adalah sifat khas dari seluruh sifat manusia... dan yang kedua adalah unik untuk masing-masing individu. Keduanya terkandung konsepsi bahwa perkembangan yang benar-benar sehat, normal, memenuhi potensi-potensi, dan dalam menuju kematangan mengikuti garis-garis kodrat yang tersembunyi. Ketiga, sekarang jelas kelihatan bahwa psikopatologi pada umumnya disebabkan oleh pengingkaran atau penelantaran, atau pembelotan kodrat manusia yang hakiki. Apakah yang psikopatologis? Segala sesutau yang mengganggu atau menggagalkan atau membelokkan jalan aktualisasi diri adalah psikopatologis. Apakah psikoterapi atau untuk hal itu adakah psikoterapi khusus? Setiap cara yang membantu mengarahkan orang-orang ke jalan aktualisasi-diri dan perkembangan menurut garis-garis yang ditentukan oleh kodrat batinnya adalah psikoterapi.”
Maslow menambahkan sesuatu yang penting berikut ini:
“Kodrat batin ini tidaklah sekuat dan senahakuasa dan tidak bisa
salah seperti insting-insting binatang. Kodrat batin ini adalah lemah,
lembut, serta halus
dan mudah dikalahkan oleh kebiasaan, tekanan kebudayaan, dan
sikap-sikap yang salah terhadapnya. Meskipun lemah, namun ia jarang
hilang pada orang normal
mungkin juga tidak hilang pada orang sakit. Meskipun diingkari,
namun ia tetap bertahan secara diam-diam dan selalu mendesak untuk
aktualisasi.” (1966:4).
Kepribadian berkembang melalui pematangan dalam lingkungan yang menunjang dan oleh usaha-usaha aktif pada pihak pribadi untuk merealisasikan kodratnya, maka daya-daya kreatif dalam manusia menyatakan dirinya dengan lebih jelas lagi. Maslow melakukan penelitian yang intensif dan luas tentang sekelompok orang yang mengaktualisasikan-diri. Mereka adalah orang-orang langka sebagaimana didapati Maslow ketika ia mengumpulkan kelompok penelitiannya ini. Setelah menemukan orang-orang yang cocok, beberapa diantaranya adalah tokoh-tokoh lainnya adalah tokoh-tokoh historis, seperti Lincoln, Jefferson, Walt Whitman, Thoreau, dan Beethoven, sedangkan tokoh-tokoh lainnya masih hidup pada waktu diteliti, seperti Eleanor Rooselvelt, Einstein, dan teman-teman serta kenalan-kenalan peneliti, maka mereka diteliti secara klinis untuk menemukan sifat-sifat mana yang membedakan mereka dari orang-orang biasa. Ternyata inilah ciri-ciri khas mereka: (1) Mereka berorientasi secara relaistik, (2) Mereka menerima diri mereka sendiri, orang-orang lain, dunia kodrati seperti apa adanya, (3) Mereka sangat spontan, (4) Mereka memusatkan diri pada masalah dan bukan pada diri mereka sendiri, (5) Mereka mampu membuat jarak dan memiliki kebutuhan akan privasi, (6) Mereka otonom dan independen atau berdiri sendiri, (7) Apresiasi mereka terhadap orang-orang dan benda-benda adalah segar, bukan penuh prasangka, (8) Kebanyakkan di antara mereka memiliki pengalaman mistik atau spiritual yang dalam, meskipun tidak perlu bersifat religius, (9) Mereka memiliki hubungan yang mendalam sesama manusia, (10) Hubungan mereka yang akrab dengan beberapa orang yang dicintai secara khas cenderung mendalam serta sangat emosional, tidak dangkal, (11) Nilai dan sikap mereka adalah demokratik, (12) Mereka tidak mencampur adukkan antara sarana dan tujuan, (13) Perasaan humor mereka lebih bersifat filosofis dan bukan perasaan humor yang menimbulkan permusuhan, (14) Mereka sangat kreatif, (15) Mereka menentang konformiitas terhadap kebudayaan, (16) Mereka mengatasi lingkungan, bukan hanya menghadapinya.
Teori organismik sebagai suatu reaksi terhadap dualisme antara jiwa dan dan badan, teori tentang kemampuan (faculty psychology), dan behaviorisme stimulus respon, telah mencapai sukses yang luar biasa. Pendirian pokok dari teori organismik bahwa keseluruhan adalah sesuatu yang bukan merupakan jumlah dari bagian-bagiannya, dan apa yang terjadi dengan suatu bagian terjadi juga untuk keseluruhan, dan bahwa tidak ada bagian-bagian yang terpisah dalam organisme. Calvin dan Gardner, 1993:113) mengatakan “apabila teori berpusat pada seluruh organisme sebagai suatu sistem yang bersatu dan bukan pada sifat-sifat atau dorongan-dorongan atau kebiasaan-kebiasaan yang terpisah, maka teori tersebut dapat disebut suatu teori organismik”. Maslow menjadi salah seorang tokoh psikologi humanistik yang menarik bagi banyak psikolog. Dalam membaca Maslow kadang-kadang sulit membedakan antara yang bersifat inspiratif dan yang bersifat ilmiah. Beberapa pengkritik menilai bahwa psikologi humanistik lebih merupakan pengganti agama yang bersifat sekular daripada suatu psikologi ilmiah. Orang-orang lain berpendapat bahwa sumbangan para ilmuan humanis untuk dasar-dasar empiris psikologi tidak sepadan dengan tulisan-tulisan mereka yang spekulatif. Beberapa psikolog menuduh para humanis menerima sebagai kebenaran atas hal yang masih bersifat hipotetik, mencampuradukkan teori dengan ideologi, dan menggantikan retorik dengan penelitian. Terlepas dari kritik-kritik yang sejumlah besar psikologi yang dipertahankan Maslow, ada sejumlah besar psikolog yang tertarik pada segi pandangan ini karena ia berusaha menggumuli persoalan-persoalan manusia yang sangat penting dan kontemporer.
KAJIAN LANJUT
Alwisol. (2006). Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press.
Boeree,
C. George. (2009). Personality Theories.
Yogyakarta: Prismasophie.
Corey, Gerald. (2009). Konseling dan
Psikoterapi. Aditama:Bandung.
Feist, Jess & Feist J. Gregory (2006). Theories of Personality. New York:
Pustaka Belajar: Penerjemah: Yudi Santoso.
Hamdi, M. (2016). Teori Kepribadian Sebuah Pengantar. Bandung. Alfabeta
siip boss
BalasHapus