Alasan Memimpin Kelompok dalam Bimbingan dan Konseling



Jika anda seorang pemimpin kelompok atau seorang yang memimpin kelompok tertentu, anda mesti berpikir bahwa anda mempunyai pengalaman tentang sebuah kelompok, terutama jika anda menyakini bahwa keberadaan anda pada kelompok tersebut merupakan satu kesatuan dan atau bagian yang sangat kuat dari kelompok itu sendiri, rasa memiliki akan keutuhan dalam pencapaian tujuan bersama atau sebaliknya bahwa anda merasa kurang solider bersama kelompok anda,  kendatipun demikian pada hakikatnya setiap individu mempunyai semacam pengalaman kelompok, baik itu di kelas bagi peserta didik, sesi orientasi, sesi pelatihan kerja, pertemuan mingguan, rapat staf, penyuluhan atau kelompok dukungan, kemasyarakatan dan lain sebagainya.

Pada kasus tersebut tidaklah berlebihan dikatakan bahwa kemampuan pemimpin kelompok memegang peran yang sangat vital bagi kelompok itu sendiri, disadari ataupun tidak, disengaja atau dipaksa kita telah diperkaya dengan sejumlah pengalaman-pengalaman selama berada dalam kelompok, namun jika sebuah kelompok dalam hal ini kelompok konseling terasa belum terlalu familier bagi anda anda mungkin akan bertanya pada diri anda beberapa pertanyaan berikut:

  1. Apakah keuntungan dari kelompok ini?
  2. Apa jenis-jenis kelompok yang ada?
  3. Apa yang terjadi dalam kelompok ini?
  4. Bagaimana saya mempersiapkan diri memimpin kelompok ini?
  5. Apa yang harus saya lakukan jika tidak ada pembicaraan?
  6. Apa yang harus saya lakukan jika seseorang berbicara terlalu berlebihan?
  7. Apa gaya kepemimpinan yang harus saya gunakan?

Selanjutnya Brown, N, W (1994: 107) menyatakan salah satu pertanyaan yang paling mendesak bagi anggota kelompok ketika mereka pertama kali masuk kelompok adalah "Apakah saya akan diterima?" Pertanyaan lainnya adalah "Bagaimana saya harus menampilkan diri dan berapa banyak yang harus saya ungkapkan?." Sebagian besar pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak diminta secara langsung namun sebagai pemimpin kelompok hendaknya dapat menarik kesimpulan dari apa yang dikatakan dan dilakukan oleh anggota dalam sesinya.


Pembahasan selanjutnya akan menjawab seputar pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas. Disediakan beberapa informasi dan contoh-contoh praktis, petunjuk, dan teknik meningkatkan efektivitas sebagai pemimpin kelompok. Dengan membaca pada bagian ini merupakan langkah awal dalam meningkatkan kemampuan memimpin baik untuk kelompok konseling maupun kelompok-kelompok lainnya seperti, pelatihan, dan pertemuan khususnya mengenai keterampilan, teknik, dan seni.

Pembahasan tersebut bertolak dari dasar pertimbangan siapa yang harus memimpin kelompok; alasan memimpin kelompok; jenis-jenis kelompok; perbadingan kelompok dan individu dalam konseling; penggunaan teori-teori dan; konseling kelompok dalam konteks multicultural. Corey (Jacobs et al 2012: 2) membuka teksnya pada konseling kelompok dengan mangatakan meskipun masih ada tempat dilembaga masyarakat untuk konseling individu yang memungkinkan adanya pembatasan dalam pemberian layanan ternyata model ini tidak lagi praktis dan efisien untuk masa sekarang, terutama kondisi keuangan yang sedang kurang bersahabat, melalui konseling kelompok seorang konselor tidak hanya bekerja dengan banyak konseli namun kelompok juga memiliki kelebihan belajar yang unik.
 
Ada banyak alasan yang lazim untuk menggunakan pendekatan kelompok. Dua alasan yang umum untuk semua kelompok yaitu: pertama kelompok lebih efisien karena menawarkan lebih banyak sumber daya dan sudut pandang. Ke-dua terbangunnya perasaan kebersamaan, pengalaman yang saling terhubung, kesempatan untuk mempraktekkan perilaku baru, kesempatan untuk mendapatkan umpan balik dari sebuah pembelajaran, kesempatan untuk belajar seakan mengalami sendiri terhadap apa yang didengar dan diamati, pendekatan kelompok berdasarkan kehidupan nyata hendaknya dapat mengedepankan komitmen.

1. Efisiensi


Memiliki beberapa konseli dengan tujuan yang sama dipertemukan dalam setting kelompok konseling dapat menghemat waktu dan tenaga. Misalnya konselor sekolah yang membina 150 atau lebih peserta didik mungkin hampir tidak dapat bertemu pada masing-masing peserta didik melalui konseling perorangan dalam rentang waktu satu tahun atau ajaran tertentu akan tetapi, konselor sekolah dapat memenuhi kebutuhan banyak peserta didik dengan akomodasi kelompok, kelompok yang terdiri dari beberapa anggota memiliki keuntungan tersendiri yakni mendapatkan tawaran nasihat dari para anggota, klarifikasi nilai-nilai, pertumbuhan pribadi, dukungan, dan pemecahan masalah yang mungkin menjadi kebutuhan konseli.


Kelompok menyediakan kerangka kerja yang menjanjikan untuk memberikan layanan dalam jumlah yang besar Jacobs et al (2012: 3) jika supervisor menemukan bahwa anggota stafnya memiliki pendapat yang berbeda tentang suatu masalah tertentu maka, membawa seluruh anggota staf tersebut dalam sebuah pertemuan kelompok akan sangat efisien dibandingkan pertemuan individu.

2. Pengalaman Kebersamaan


Banyak orang yang mempunyai perasaan bahwa mereka dapat menjadi orang yang unik. Ketika orang bertemu dalam suatu kelompok maka, mereka akan segera menyadari bahwa mereka tidak hanya mempunyai kesamaan dalam hal pemikiran dan perasaan namun juga sebagai anggota kelompok dari berbagai keprihatinan pribadi, pikiran dan perasaan, mereka sering kali takjub bahwa orang lain dalam kelompok memiliki kepedulian yang sama. Berikut adalah beberapa contoh kelompok dimana pengalaman dan kebersamaan dapat membantu.
  1. Orang tua yang anaknya telah meninggal
  2. Remaja hamil
  3. Anak yang baru masuk sekolah
  4. Orang yang baru saja bercerai
  5. Pasien AIDS
  6. Tentara yang kembali dari perang

3. Sumber daya dan Sudut Pandang yang Beragam


Apakah mereka saling berbagi informasi, memecahkan masalah, mengeksplorasi nilai-nilai pribadi, atau mereka menemukan bahwa mereka mempunyai perasaan yang sama, sekelompok orang cenderung akan lebih banyak menawarkan sudut pandang, karena kelompok terdiri dari banyak sumber daya. Anggota kelompok sering kali menyebutkan bahwa salah satu aspek yang paling membantu berada di kelompok adalah adanya keragaman sudut pandang yang diketengahkan. Ketika hanya ada dua orang yang kumpul bersama ada kemungkinan mereka memiliki kesamaan dalam hal informasi, nilai-nilai dan perspektif yang dimiliki. Namun biasanya hal ini tidak terjadi pada setting kelompok karena anggota memiliki berbagai pendapat dan berbagai macam ide-ide sehingga membuat pengalaman mereka menjadi lebih menarik dan lebih berharga. Brown, N, W (1994: 109) menyatakan seringkali anggota memadukan emosi dan perasaannya dengan lebih kompleks namun. Interpretasi yang diberikan kepada perasaan-perasaan terdiri dari sejumlah konten emosional dan, itulah keunikan dari setiap individu.

4. Rasa memiliki


Banyak penulis konseling dan psikologi menunjukkkan bahwa manusia membutuhkan kebutuhan yang kuat untuk berada dalam kelompok seperti Adler, (1927); Berne, (1964); Glasser, (2000); Maslow, (1962); Steen, Trotzer, Yalom (Jacobs, 2012: 4). Memungkinkan Anggota untuk mengidentifikasi satu sama lain dan merasakan bahwa mereka menjadi bagian dari anggota secara keseluruhan, perasaan tersebut banyak yang telah membuktikan memberikan keuntungan seperti bagi para veteran, laki-laki ataupun perempuan mantan narapidana, remaja yang kecanduan, penyandang cacat, dan orang tua. Para anggota dari kelompok ini menyatakan bahwa pengalaman yang didapatinya merupakan salah satu faktor penting dalam sebuah kelompok.

5. Latihan keterampilan


Kelompok menawarkan tempat yang aman untuk melakukan latihan, para anggota dapat berlatih keterampilan dan perilaku baru dalam lingkungan yang mendukung sebelum mereka mencoba mempraktikannya dalam situasi yang nyata, tingkah laku baru yang dilatih tersebut hampir tidak terbatas, seperti contoh anggota dapat berlatih wawancara untuk sebuah pekerjaan tertentu, belajar begaimana mendapatkan teman, latihan bagaimana menjadi asertif, permintaan untuk kenaikan gaji, mereka dapat berbagi pengalaman pribadi mereka tentang bagaimana cara menghadapi orang lain, membicarakan tentang berbagai kesulitan, bagaimana melihat orang lain ketika mereka berbicara, menangis di depan orang lain, tertawa dengan orang lain, bernyanyi dengan orang lain, atau tidak sependapat dengan orang lain, ketegasan, komunikasi, pengayaan orang tua untuk pernikahan anak dan atau untuk suami isteri, latihan untuk hubungan antara majikan dan karyawan, atasan dan bawahan, latihan untuk polisi anti huru hara semua bentuk kelompok tersebut merupakan contoh dimana para anggota dapat melakukan latihan perilaku barunya dalam setting kelompok.

6. Umpan balik


Kelompok memberikan kesempatan kepada para anggota untuk menerima umpan balik, umpan balik kelompok sering kali lebih kuat daripada umpan balik individu karena ketika hanya satu orang yang memberikan umpan balik, penerima dapat saja meleburkan sudut pandang orang tersebut, namun ketika enam atau tujuh orang mengatakan hal yang sama maka, akan sangat sulit disangkal tentang keakuratan apa yang disampaikan, dalam berlatih tentang perilaku yang baru komponen utamanya yaitu adanya saran, reaksi dan persepsi dari anggota lain, hal ini harus dapat mengalir dan mengisi. Ada banyak jenis umpan balik dan cara memberikan umpan balik dalam kelompok, para anggota mempunyai kesempatan untuk mendengarkan bagaimana kesan pertama dan pembaharuan terhadap kesan tersebut, umpan balik tersebut menjadi bagian yang sangat berharga dalam kancah konseling kelompok.

7. Belajar Penggambaran


Sejumlah penulis telah membahas tentang nilai positif dari belajar penggambaran dalam sebuah kelompok seperti Day (2007); Lefly, (2009); Steen, Bauman, & Smith (2008); Van Velsor, (2009); (Jacobs, et al, 2012, 4). Anggota mempunyai kesempatan untuk mendengarkan keprihatinan yang sama dari anggota lainnya, anggota mengatakan hal seperti “itu persis seperti masalah yang sedang saya hadapi” sementara itu anggota lainnya mengatakan “setelah mendengarkan anda saya benar-benar menyadari akan kekhawatiran dan kekalutan yang sedang saya hadapi.

8. Peniruan dalam Realitas Hidup


Kelompok dapat meniru situasi kehidupan nyata seseorang dan dalam hal peniruan tersebut konseling kelompok lebih baik daripada konseling perorangan, banyak yang menyatakan bahwa konseling kelompok merupakan mikrokosmos atau refleksi masyarakat seperti Hagedorn & Hirshhorn, (2009); Yalom, (2005); Trotzer, (2006) (Jacobs, et al, 2012: 5) disebutkan bahwa kelompok merupakan “minisocienties” kadang-kadang pengaturan kelompok dapat menjadi pengganti sementara bagi masyarakat, keluarga, tempat kerja atau organisasi, kelompok merupakan tempat yang relatif aman untuk mengeksplorasi berbagai hal seperti emosi, perilaku-perilaku tertentu, sikap konfrontasi, kekakuan, takut, marah, ragu, khawatir, dan lain sebagainya, hal tersebut dapat dibahas dan dibicarakan dalam setting kelompok, dalam pengkajian tersebut para anggota dapat mempelajari berbagai macam metode untuk mengatasi apa yang menjadi keprihatinannya yang selanjutnya dapat diperluas dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks sosial, pengalaman dalam kelompok sangat bermanfaat di berbagai bentuk lainnya para anggota tidak hanya terfokus pada perilaku dan emosi yang teramati selama dalam kelompok namun para anggota juga mendapat kesempatan mengetahui lebih jauh tentang bagaimana orang lain bereaksi terhadap mereka selama beberapa minggu, bulan atau pada rentang waktu tertentu.

9. Komitmen


Membuat komitmen untuk dapat menyelesaikan masalah tertentu sering kali memiliki kekuatan lebih, jika dibuat dalam setting kelompok, meskipun beberapa orang telah membuat komitmen seperti komitmen konselor-konseli, perawat-pasien, pengawas-supervisi. Motivasi untuk menjalaninya tampaknya lebih kuat ketika dibuat oleh sejumlah orang. Ini merupakan aspek yang paling bermanfaat pada kelompok-kelompok tertentu seperti kelompok pecandu alcohol, kelompok yang membantu anggota berhenti merokok, kelompok mencari pekerjaan dan kelompok untuk menjadi asertif. Para anggota setidaknya membuat komitmen secara tersirat untuk berhenti, memulai atau mengubah perilaku tertentu, adanya dukungan dari beberapa orang dan keinginan untuk tidak dikecewakan, dalam hal ini kelompok seringkali merupakan motivasi yang kuat untuk perubahan pada aspek-aspek tertentu.

Referencess
Rasimin & Hamdi,M (2017) Prosedur Kelompok dalam Bimbingan dan Konseling. Naskah Buku dalam Proses Penerbitan
Share this article :
 

5 komentar :

  1. Assalamualaikum semoga bpk senantiasa sehat Amin, pengen baca buku bapak dunk...

    BalasHapus
  2. mengingatkan kami, mengikuti kelas bersama pak hamdi, semoga bapak selalu sehat sukses selalu dalam menjalani rutinitas Amin ya Robbal`alamin.

    BalasHapus
  3. jadi teringat bk kelompok sama bapak hamdi, menegangkan, mengasikakan, penuh makna,suses terus buat pak hamdi

    BalasHapus
  4. sangat membantu terutama bagi kami guru BK, terima kasih pak hamdi

    BalasHapus
  5. terima kasih ilmunya, sangat bermanfaat

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Muhamad Hamdi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger