Teori Kepribadian Harry Stack Sullivan

Sejarah singkat


Harry Stack Sullivan lahir disuatu daerah pertanian dekat Norwich, New York, pada tanggal 21 Februari 1892, dan meninggal pada tanggal 14 Januari 1949 di Paris. Ia meraih gelar dokternya dari Chicago College of Medicine and Surgery pada tahun 1917, dan bekerja pada angkatan bersenjata selama perang dunia I. Pada tahun 1922 ia pergi kerumah sakit Santa Elizabeth di Washington D.C, dimana ia berada pengaruh William Alanson White seorang pakar dalam ilmu neuropsikiatri di Amerika. Harry stack Sullivan menekankan bahwa kepribadian semata-mata merupakan suatu hipotesa, “sebuah ilusi”, yang tidak dapat diselidiki atau diamati secara terpisah dari situasi interpersonal. Kontek Harry S Sullivan yang dipelajari konteks atau situasi interpersonalnya bukan person manusianya. Bagian dari kepribadian lebih banyak dari kejadian-kejadian interpersonal dari pada kejadian-kejadian intrapsikis. Kepribadian merupakan suatu pusat dinamika, bermacam-macam proses yang terjadi dalam suatu seni interpersonal. Dinamika merupakan suatu karakter manusia, dinamika memberikan watak kepada hubungan interpersonal seseorang. Kebanyakan dinamika mempunyai tujuan untuk memuaskan kebutuhan dasar organis. Namun ada suatu dinamika penting yang berkembang menjadi hasil dari keinginnan /kecemasan dinamika ini disebut “the dynamisn of the self on “the self-system).

Self system merupakan penjaga keamanan seseorang yang cenderung terpisah dari kepribadian. Oleh karena self system menjadikan orang dari rasa cemas. Personofikasi yang dimiliki oleh sekumpulan orang disebut stereotypes. Hal ini merupakan pemikiran bersama, yaitu ide/pendapat yang diterima secara luas antara anggota-anggota suatu kelompok/masyarakat yang diteruskan dari generasi kegenerasi. Sullivan bersama-sama dengan beberapa ahli teori kepribadian yang lain menggambarkan kepribadian sebagai suatu kegiatan dimana perbuatan yang dilakukan secara konsisten akan berdampak melemahkanketeganagan.

Sullivan tidak percaya bahwa kepribadian dibentuk diusia muda, kepribadian itu bisa saja berubah kapan saja pada saat situasi interpersonal timbul, karena manusia itu seperti plastic dan lunak sehingga dapat ditempa. Walaupun dorongan belajar yang kuat diterima dan perkembangan sudah mendominasi, ada kemungkinan terjadi regresi apabila ada kesakitan, kecemasan, dan kegagalan tidak dapat ditolelir lagi. Ia mengatakan bahwa metode tentang asosiasi bebas kurang memuaskan bila dipakai pada penderita schizophrenia karena cara ini akan menimbulkan kecemasan yang amat sangat.

Wawancara psikiatris adalah istilah Sullivan untuk menggambarkan atau menyebut pada situasi interpersonal yang dilakukan dengan cara tatap muka yang terjadi antara pasien dengan therapist. Sullivan mengidentifikasi wawancara sebagai suatu system tentang suatu proses interpersonal yang timbul dari observasi partisipan, dalam hal pewawancara menarik suatu kesimpulan tertang orang yang diwawancara. Tahapan wawancara terbagi atas:
  • Permulaan yang formal
  • Peninjauan (reconnaissance)
  • Penyelidikan yang lebih mendetail
  • Terminasi
Menurut Harry Stack Sullivan, kepribadian adalah pola yang relatif menetap dari situasi-situasi antar pribadi yang berulang, yang menjadi ciri kehidupan manusia. Sullivan tidak menyangkal pentingnya hereditas dan pematangan dalam membentuk dan membangun kepribadian, namun ia berpendapat bahwa apa yang khas manusiawi adalah interaksi sosial. Pengalaman hubungan antar pribadi telah mengubah fungsi fisiologis organisme menjadi organisme sosial.

1) Struktur Kepribadian

Meskipun Sullivan memandang tegas sifat dinamis kepribadian, namun menurutnya ada beberapa aspek kepribadian yang nyata-nyata stabil dalam waktu yang lama: dinamisme, personifikasi, sistem self, dan proses kognitif.

a) Dinamisme (The Dynamism).

Dinamisme adalah pola khas tingkahlaku (transformasi energi, baik terbuka maupun tersembunyi) yang menetap dan berulang terjadi yang menjadi ciri khusus seseorang. Dinamisme yang melayani kebutuhan kepuasan organisme melibatkan bagian tubuh, yakni alat reseptor, efektor dan sistem syaraf. Misalnya, dinamisme makan melibatkan otot mulut dan leher.

b) Personifikasi (Personification)

Personifikasi adalah suatu gambaran mengenai diri atau orang lain yang dibangun berdasarkan pengalaman yang menimbulkan kepuasan atau kecemasan. Hubungan yang memberi kepuasan akan membangkitkan image positif, sebaliknya jika melibatkan kecemasan akan membangkitkan image negatif. Misalnya, personifikasi yang dikembangkan oleh bayi mengenai ibunya adalah gambaran ibu baik (good mother) yang diperoleh dari pengalaman ibu menyusui dan merawatnya sehingga menimbulkan kepuasan atau gambaran ibu buruk (bad mother) yang diperoleh dari pendekatan ibu yang menimbulkan kecemasan dan takut).

Ketika bayi mulai membedakan diri dengan lingkungannya, mulai terbentuk personifikasi diri dan orang lain. Gambaran tentang diri sendiri yang berkembang adalah saya baik (good-me) yang dikembangkan dari pengalaman dihadiahi, dimulai dengan hadiah kepuasan makan. Personifikasi saya buruk(bad-me) dikembangkan dari pengalaman kecemasan akibat perlakuan ibu atau pengalaman ditolak atau dihukum. Baik good-me maupun bad-me bergabung ke dalam gambaran diri.

Personifikasi diri yang ketiga, bukan saya (not me) dikembangkan dari pengalaman kecemasan yang sangat, seperti kekerasan fisik atau mental.Not me menggambarkan aspek yang dipisahkan dari self dan disertai dengan emosi unkani (uncanny) atau emosi yang mengerikan dan berbahaya. Not me tidak pernah diintegrasikan ke dalam kepribadian, dan tetap dipertahankan sebagai sistem terpisah, yang bagi orang normal kadang muncul dan dianggap “mimpi buruk.” Sedang orang yang menderita gangguan mental yang serius, mungkin berhadapan dengan bukan saya sebagai sesuatu yang sangat nyata.

c) Sistem Self (Self-System)

Sistem self adalah pola tingkahlaku yang konsisten yang mempertahankan keamanan interpersonal dengan menghindari atau mengecilkan kecemasan. Sistem ini mulai berkembang pada usia 12-18 bulan, usia ketika anak mulai belajar tingkahlaku mana yang berhubungan-meningkatkan atau menurunkan-kecemasan. Ketika sistem self mulai berkembang, orang mulai membentuk gambaran diri atau personifikasi diri yang konsisten. Setiap pengalaman interpersonal yang dipandang bertentangan dengan sistem dirinya berarti mengancam keamanan diri. Dampaknya, orang berusaha mempertahankan diri melawan tegangan interpersonal itu memakai operasi keamanan (security operation); suatu proses yang bertujuan untuk mereduksi perasaan tidak aman atau perasaan akibat dari ancaman terhadap sistem self.

Beberapa macam sistem keamanan yang dipakai sejak usia bayi antara lain: Disosiasi adalah mekanisme menolak impuls, keinginan dan kebutuhan muncul ke kesadaran. Disosiasi tidak hilang, tapi ditekan ke ketidaksadaran dan mempengaruhi tingkahlaku serta kepribadian dari sana. Inatensi, yaitu memilih mana pengalaman yang akan diperhatikan dan yang tidak perlu diperhatikan. Terhadap pengalaman yang mengancam personifikasi diri, orang dapat berpura-pura tidak merasakannya. Apati dan pertahanan dengan tidur (somnolent detachment), mirip dengan inatensi. Pada apatis, bayi tidak memilih objek mana yang harus diperhatikan, semuanya diserahkan pada pihak luar. Pada pertahanan tidur, bayi tidak perlu memperhatikan stimulasi manapun. Proses Kognitif ( Cognitive Process).

Menurut Sullivan, proses atau pengalaman kognitif dapat dikelompokkan menjadi tiga macam; Prototaxis (prototaksis), adalah rangkaian pengalaman yang terpisah-pisah yang dialami pada bayi, dimana arus kesadaran (penginderaan, bayangan, dan perasaan) mengalir ke dalam jiwa tanpa pengertian “sebelum” dan “sesudah.” Semua pengetahuan bayi adalah pengetahuan saat itu, di sini dan sekarang. Parataxis (parataksis). Sekitar awal tahun kedua, bayi mulai mengenali persamaan-persamaan dan perbedaan peristiwa, disebut pengalaman parataksis atau asosiasi. Syntaxis (sintaksis), adalah berpikir logis dan realistis, menggunakan lambang-lambang yang diterima bersama-sama, khususnya bahasa-kata-bilangan. Tiga model pengalaman kognitif itu terjadi sepanjang hayat. Normalnya, sintaksis mulai mendominasi sejak usia 4-10 tahun.

2) Dinamika Kepribadian

Sullivan memandang kehidupan manusia sebagai sistem energi, yang perhatian utamanya adalah bagaimana menghilangkan tegangan yang ditimbulkan oleh keinginan dan kecemasan. Energi dapat terwujud dalam bentuk-bentuk di bawah ini; Tegangan (Tension) Tension adalah potensi untuk bertingkahlaku yang disadari atau tidak disadari. Sumber tegangan tersebut ada dua; Kebutuhan (needs) Kebutuhan yang pertama muncul adalah tegangan yang timbul akibat ketidak seimbangan biologis dalam diri individu. Kebutuhan ini dipuaskan dengan mengembalikan keseimbangan. Kepuasannya bersifat episodik, sesudah memperoleh kepuasan tegangan akan menurun/ hilang, namun setelah lewat beberapa waktu akan muncul kembali. Kebutuhan yang muncul kemudian berhubungan dari hubungan interpersonal. Kebutuhan interpersonal yang terpenting adalah Kelembutan kasih sayang (tenderness). Kelembutan kasih sayang adalah kebutuhan yang umum bagi setiap orang seperti halnya kebutuhan oksigen, makan, dan air. Kebalikannya adalah kebutuhan khusus yang muncul dari bagian tubuh tertentu (oleh Freud disebut “erogenic zone). Kebutuhan biologis juga dapat dipuaskan melalui transformasi energi yakni; kegiatan fisik-tingkahlaku, atau kegiatan mental mengamati, mengingat dan berpikir.

Memuaskan kebutuhan dapat menghilangkan tension, sedangkan kegagalan memuaskan need yang berkepanjangan bisa menimbulkan keadaan apathy (kelesuan), yaitu bentuk penundaan kebutuhan untuk meredakan ketegangan secara umum. Kecemasan (anxiety) Menurut Sullivan, kecemasan merupakan pengaruh pendidikan terbesar sepanjang hayat, disalurkan mula-mula oleh pelaku keibuan kepada bayinya. Jika ibu mengalami kecemasan, akan dinyatakan pada wajah, irama kata, dan tingkahlakunya. Proses ini oleh Sullivan dinamakan empati. Biasanya bayi menangani kecemasannya dengan operasi keamanan, bisa pertahanan tidur atau somnolent detachment (bayi menolak berhubungan dengan pemicu kecemasan dengan cara tidur), menyesuaikan tingkahlakunya dengan kemauan dan tuntutan orang tua, dan atau dengan memilih mana yang harus tidak diperhatikan (selective inattention)─menolak menyadari stimulus yang mengganggu. Tension karena kecemasan ini unik, berbeda dengan tension lain dalam hal kecenderungannya untuk bertahan tetap dalam kecemasan dengan segala kerusakan yang diakibatkannya. Kalau tegangan lain menghasilkan tingkahlaku untuk mengatasinya, kecemasan justru menghasilkan tingkahlaku yang menghambat agar orang tidak belajar dari kesalahannya, terus-menerus menginginkan rasa aman yang kekanak-kanakan, dan membuat orang tidak belajar dari pengalamannya sendiri.

Transformasi Energi (Energy Transformation) Tegangan yang ditransformasikan menjadi tingkahlaku, baik tingkahlaku yang terbuka maupun tertutup, disebut transformasi energi. Tingkahlaku yang ditransformasi itu meliputi gerakan yang kasatmata, dan kegiatan mental seperti perasaan, pikiran, persepsi, dan ingatan. Bentuk-bentuk kegiatan yang dapat mengurangi tegangan me-nurut Sullivan dipelajari dan ditentukan oleh masyarakat tempat orang itu dibesarkan.

3) Perkembangan Kepribadian

Sullivan memandang kepribadian sebagai suatu sistem yang fungsi utamanya adalah melakukan aktivitas-aktivitas yang akan mereduksi ketegangan. Sullivan memandang kepribadian sebagai perkembangan meliputi enam (6) tahap yang sangat jelas perbedaannya : bayi, kanak-kanak, masa remaja, pra-dewasa, dewasa awal, dan dewasa akhir.

a) Infancy (bayi)

Mulai dari kelahiran hingga belajar bicara (0 hingga 18 bulan). Keinginan utama si bayi adalah memperoleh makanan. Dan pada usia 9 bulan kehidupannya si bayi mulai belajar melakukan hal-hal yang memberi kenikmatan baginya, contohnya menghisap ibu jari.

b) Childhood (kanak-kanak)

Pada periode ini si anak belajar berbicara dan mulai membentuk hubungan dengan teman sebaya (18 bulan - 4 tahun). Anak mulai belajar menghindari tindakan-tindakan yang menurut mereka dapat membawa kecemasan atau hukuman.Mereka belajar menjadi rasionalis dan mulai memberi alasan-alasan yang masuk akal untuk hal-hal yang telah mereka lakukan.

c) The Juvenile Era (masa remaja)

Anak mulai membutuhkan hubungan dengan teman sebaya yang lebih dekat (4 – 8/10 tahun). Anak juga belajar bekerja sama dan bersaing dengan yang lain. Pada masa ini anak-anak mulai membandingkan segala sesuatu yang diterima di rumahnya dengan yang dia temui di luar.Norma moral yang tadinya absolut di rumah, kini menjadi relatif.

d) Pre-Adolescence (pra-dewasa)


Belajar untuk mencintai orang lain (8/10 – 12 tahun). Ini merupakan periode yang sangat singkat, berlangsung hingga awal pubertas.Ditandai dengan masaknya organ-organ reproduksi, sehingga secara fisik-biologis remaja siap untuk bereproduksi.

e) Early Adolescence (dewasa awal)

Integrasi kebutuhan akan intimasi dan kepuasan seksual (12 – 16 tahun). Memandang dunia seperti apa yang dia inginkan bukan sebagaimana adanya. Masa ini juga dikenal dengan periode pemantapan identitas diri.

f) Late Adolescence (dewasa akhir)

Mulai serius belajar demi karir di masa yang akan datang, mulai memilih-milih pasangan yang lebih serius dan cita-citanya menjadi lebih realistis (16 – 20 tahun)

g) Maturity

Menggambarkan kematangan seseorang.Seseorang dapat saja dewasa secara biologis, dan memiliki karakteristik perilaku dewasa, tetapi tetap diperlakukan sebagai anak kecil jika berada di bawah umur dewasa secara hukum.Sebaliknya, seseorang dapat secara legal dianggap dewasa, tetapi tidak memiliki kematangan dan tanggung jawab yang mencerminkan karakter dewasa.

4) Kondisi Objektif tokoh Interpersonal Dinamic

Ke empat tokoh yang melatar belakangi lahirnya teori kepribadian interpersonal dynamic yaitu Alfred Adler, Erick Fromm, Karen Horney, dan Harry Stack Sullivan merupakan tokoh yang awalnya banyak mempelajari konsep atau pemikiran Sigmund Freud. 

Hal ini dibuktikan dengan keaktifan mereka pada institut-institut psikoalanisis. Pemikiran psikoanalisis oleh mereka juga dapat dijadikan dasar pemikiran lanjutan sehingga mereka mampu untuk menganaisis kelebihan dan kelemahan dari teori yang dikemukakan Freud. Ia menjadi anggota dari perkumpulan dan menjadi ketua masyarakat psikoanalisis Wina. Adler menemukan pikirannya yang berbeda dengan pemikiran Freud, pada tahun 1911 ia melakukan penjelasan tentang pikirannya yang berbeda pandang dengan Freud dan anggota perkumpulannya, sehingga ia mendapatkan celaan dari anggota psikoanalisis Wina. Dengan kejadian itu Adler mengundurkan diri dari jabatan ketua dan kemudian ia memutuskan hubungan dengan komunitas psikoanalisis Feudian. Dari konsep Adler yang cenderung memiliki perbedaan itulah , maka dapat menghasilkan teori yang dapat menyempurnakan atau menambah khasanah baru dalam memandang kepribadian manusia, 

Erick Fromm satu-satunya tokoh interpersonal dynamic yang berlatar belakang bukan dokter, ia berpendidikan psikologi dan sosiologi. Ia pun banyak mempelajari psikoanalisis, namun ia pun dipengaruhi pula oleh tulisan Karl Mark yaitu tentang The Economic and philosophical manuscripts. Pikirannya banyak dipengaruhi oleh interaksi social, hal ini mungkin didasari oleh latar belakang pendidikannya yaitu belajar sosiologi. Pemikiran yang mendasar dari Erick Fromm adalah orang yang merasa kesepian dan terisolasi dikarenakan ia dipisahkan dari alam dan orang-orang lain.

Karen Horney, iapun memiliki riwayat yang panjang dalam mempelajari teori kepribadian dari Freud, bahkan ia pernah bekerja di Institut Psikoanalisis Berlin di Jerman. Pemikiran Horney tidak sejalan dengan pemikian konsep Freud terkhusus pada psikoanalisi ortodok. Horney sangat berkeberatan terhadap konsep Freud yaitu tentang iri karena penis (penis envy) sebagai factor yang menentukan dalam psikologi wanita. Untuk ditetahui yang tidak disukai Horney mengenai pendapatnya Freud yaitu “ bahwa sikap dan perasaan wanita dan konflik mereka yang paling dalam timbul dari perasaan mereka terhadap inferioritas genital dan perasaan iri terhadap laki-laki. Sedangkan pendapat Horney yaitu bahwa psikologi wanita didasarkan pada kekurangpercayaan diri serta penekanan yang terlalu berlebihan pada hubungan cinta, dan tidak ada sangkut pautnya dengan anatomi organ seksnya.

Menurut Freud memandang Odipus kompleks yaitu disebabkan karena konflik social dan agresif yang terjadi antara anak dan orang tua, sedangkan menurut Horney merupakan kecemasan yang timbul dari gangguan-gangguan dasar, contoh halnya penolakan, perlindungan yang berlebihan, dan hukuman dalam hubungan anak dengan ayah dan ibunya. Freud mengemukakan agresi bersifat bawaan, sedangkan menurut Horney merupakan cara dengan bagaimana manusia berusaha melindungi keamanannya.

Konsep Utama horney adalah kecemasan dasar, yang dirumuskan sebagai berikut : Perasaan yang terdapat pada anak karena terisolasi dan tak berdaya dalam dunia yang secara potensial bermusuhan. Sejumlah besar factor yang merugikan dalam lingkungan dapat menyebabkan anak merasa tidak aman, yakni dominasi langsung atau tak langsung, sikap masa bodoh, tingkah laku eratik, kurang menghargai kebutuhan-kebutuhan pribadi anak, kurang sungguh-sungguh dimbimbing, sikap-sikap yang meremahkan anak, terlalu membanggakan anak atau kurang membanggakannya, kuang adanya kehangatan yang dapat diandalkan, harus berpihak dalam perselisihan antara orang tua, tanggung jawab terlalu banyak atau terlalu sedikit, terlalu dilindungi, terisolasi dari anak-anak lain, ketidak adilan, diskriminasi, janji-janji yang tidak ditepati,suasana bermusuhan dan sebagainya.

Harry Stack Sullivan, merupakan tokoh yang memiliki pandangan bahwa kepribadian adalah pola yang relative menetap dari situasi-situasi antarpribadi yang berulang yang menjadi cirri kehidupan manusi. Sullivan sekalipun tidak menyangkal adanya peran hereditas dan pematangan dalam memnentuk dan membangun organism, namun ia berpendapat bahwa cirri khas manusia merupakan produk dari proses interaksi-interaksi social. Sullivan lebih memandang pada konsep social dalam mendasari pemikiran tentang kepribadiannya.

Analisa objektif yang dapat dikemukakan dari empat tokok teori kepribadian interpersonal dinamik yaitu tiga tokoh berlatar belakng pendidikan kedokteran yaitu Alfredd Adler, Eric Fromm dan Harry s. Sullivan, sedangkan Karen Horney berlatar belakang psikologi dan sosiologi. Kesemua tokoh tersebut memberikan dasar pemikiran yang cenderung berbeda pandang dengan konsep pemikiran Freud, sekalipun pada awalnya ia banyak bekerja di psikoanalisis. Proses yang panjang di abab XX memberikan gambaran bahwa kepribadian manusia bukan hanya bersipat mekanistis seperti yang dikemukakan Freud namun juga berdasar pada proses soasial atau intekasi soasil individu tersebut. Pandangan keempat tokaoh tersebut menambah penyempurnaan pada konsep kepribadian yang telah adasebelumnya.

5) Kedudukan, Arah, dan evaluasi terhadap teori kepribadian

Teori kepribadian yang disajikan oleh empat tokoh dalam konsep interpersonal dynamic adalah serupa karena teori-teori tersebut semua menekankan pada variable social dalam pembentukan pribadi, namun ada juga perbedaan dalam pola penyajiannya. Errick Froom mencurahkan sebagian besar perhatiannya pada penjelasan cara-cara yang mana susunannya dan dinamikanya dari suatu masyarakat nyata membentuk anggota-anggotanya, sehingga bersifat social mereka cocok dengan nilai-nilai umum dan kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat tersebut.

Karen Horney lebih menekankan pada factor-faktor yang mendalam pada keluarga dalam pembentukan pribadi. Pandangan Sullivan menyerupai pandangan Horney dari pada Erick Fromm. Menurut Sullivan hubungan-hubungan mansuai pada masa pertumbuhan, anak-anak, adan masa remaja adalah hubungan-hubungan yang membutuhkan perhatian lebih besar. Pandangan pemikiran yang dikemukakan ke empat tokoh ini tidak semata-mata factor sosil atau sosiometris atau psikologi ataupun psikosentris, tetapi merupakn psikologi social dalam sifatnya. Semua teori kecuali teori Sullivan menekankan pada pada konsep individu yang unik dan daya kreativitas. Pada umumnya teori yang dikembangkan oleh Adler, Fromm, Horney dan Sullivan memperluas sudut pandang dari psikologi Freud dengan memberikan peluang bagi factor social yang dominan dari pribadi. Walaupun teori psikologi social belum mendorong sejumlah besar riset dalam perbandingan dengan bebrapa teori yang lain, mereka telah menyajikan untuk membantu perkembangan suatu iklim intelektual dalam hal mana riset psikolgi social dapat menyuburkan dan telah mengerjakan hal tersebut.

a) Alfred Adler

Perbedaan yang mendalam antara pandangan Freud dengan Adler adalah: menurut Freud tingkah laku manusia dipengaruhi oleh insting yang dibawa sejak lahir, sedangkan Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivikasikan oleh dorongan-dorongan social. Menurut Adler bahwa manusia adalah mahluk social, mereka (manusi) menghubungkan dirinya dengan dengan orang lian, iut dalam kegiatan kegiatan interaksi social. Menurut adler psoses social dibawa sejak lahir, hal ini yang mendasari pemikiran Adler ada kemiripan dengan pemikiran Freud yaitu dari segi biologis. Sumbangan kedua dari Adler mengenai diri yang kreatif. Menurut Freud berasal dari insting-insting, sedangkan menurut Adler diri mencari pengalaman-pengalaman yang akan membantu pemenuhan gaya hidup sang pribadi yang unik. Sumbangan ketiga yang berbeda dengan pandangan Freud yaitu bahwa setiap orang merupakan konfigurasi unik dari motif-motif, sifat-sifat, minat-minat, dan nilai-nilai; sehinngga setiap perbuatan yang dilakukan orang akan membawa corak khas gaya hidupnya sendiri. Pembahasan tentang seks, Freud merupakan peran insting seksual yang dominan sedangkan menurut Adler cara memuaskan kebutuhan-kebutuhan seksualnya ditentukan oleh gaya hidupnya, bukan sebaliknya daya seksual mempengaruhi gaya hidup. Dari kondisi pemikiran Adler tersebut banyak kalangan yang merasa lega dari panseksualisme Freud yang monoton. Akhirnya Adler memandang bahwa kesadaran merupakan pusat kepribadian. Manusia adalah mahluk sadar, yaitu mereka akan sadar apa yang dilakukannya dalam berpilaku. Teori kepribadian Adler sangat ekonomis dalam arti bahwa sedikit konsep dasar menopang seruruh struktur teoritisnya. Konsep teori Adler tersebut meliputi (1) finalism fiktif, (2) perjuangan kearah superioritas, (3) Perasaan inferioritas dan kompensasi, (4) minat social, (5) gaya hidup, (6) diri kreatif.

1) Tujuan hidup (Finalism fiktif)

Konsep ini menekankan pada khayalan dalam mencapai sasaran atau tujuan yang belum tercapai, manusia buka dipengaruhi oleh masa lampaunya melainkan dipengaruhi oleh tujuan hidupnya. Paham Adler bersebrangan dengan pemikiran Freud, kalau Freud menekankan factor konstitusai dan pengalaman-pengalaman masa lampau atau masa awal kanak-kanan sebagai penentu kepribadiannya sedangkan Adler mengemukakan bahwa manusia lebih dimotivasikan oleh harapan-harapan tentang masa depan daripada pengalaman masa lampaunya. Menurut Adler, tujuan akhir atau final dapat berupa fiksi, yaitu cita-cita yang tidak mungkin direalisasikan, kendatipun sulit direalisasikan fiksi dapat dijadikan pelecut bagi usaha yang sungguh-sungguh terhadap pencapaian tujuan manusia. Adler menegaskan bahwa orang normal mampu untuk membebaskan diri dari pengalaman fikssi-fiksi itu dan menghadapai kenyataan jika memang diperlukan, tetapi orang neurotic tidak mampu untuk menghadapi kenyataan fiksi tersebut.

2) Perjuangan kearah keakuan (dorongan keakuan)

Pandangan Adler agresi lebih penting daripada seksualitas, simpul agresi itu akan direduksi menjadi kekuatan atau “hasrat akan kekuasaan”. Adler mengidentifikasi hasrat maskulin merupakan hasrat kekuasaan, sedangkan hasrat feminism merupakan hasrat kelemahan. Adler mengemukakan bahwa superioritas bukan pengkotakan social, kepemimpinan, atau keddudukan yang tinggi dalam masyarakat, tetapi superioritas merupakan merupakan perjuangan kearah kesempurnaan. Pada konsep Adler, manusia memiliki tiga tingkat dalam berpikir yaitu agresi, kekuatan, dan superior. Superior membawa seseorang dari satu tingkat ketingkat lebih tinggi dan ini merupakan prinsip yang secara potensial akan menimbulkan dinamika (kepribadian) atau prepotent Dynamisc Princip.

3) Perasaan inferioritas dan kompensasi

Adler berpendapat bahwa inferiority (perasaan rendah diri) bukan merupakan hal yang abnormal, melainkan justru menjadi penyebab segala bentuk penyempurnaan dalam kehidupan manusia. Manusia didorong oleh kebutuhan untuk mengatasi inferioritas dan ditarik oleh hasrat untuk menjadi superior. Menurut Adler, tujuan hidup adalah kesempurnaan, bukan kenikmatan.

4) Minat kemasyarakatan (dorongan kemasyarakatan)

Setiap individu berada dalam suatu konteks social sejak dini atau sejak hari pertama hidupnya. Konteks ini yaitu antara ibu dan bayinya. Dorongan social sudah ada sejak lahir tetapi tidak secara spontan melainkan berkembang melalui bimbingan dan latihan.

5) Gaya hidup

Gaya hidup merupakan prinsip-prinsip idiografik Adler yang utama; itulah yang menjelaskan keunikan seseorang. Setiap orang mempunyai gaya hidup, sehingga tidak ada dua orang yang memiliki gaya hidup yang sama. Tingkah laku manusia dibentuk dari gaya hidupnya yang dibentuk pada usia sekitar 4 – 5 tahun, kemudian berkembang sesuai dengan pengalaman-pengalamannya kelak kemudian hari. Gaya hidup manusia mungkin tidak berubah setelah manusia mendapakan apa yang sesuai dengan keinginannya, ia akan berusaha untuk memelihara dan mempertahankannya. Gaya hidup ditentukan dengan luasnya inferioritas-inferioritas yang istimewa. Contoh jika anak memiliki lemah fisik, gaya hidupnya akan membuahkan intelektual yang tinggi.

6) Daya kreatif (diri kreatif)

Daya kreatif merupakan konsep lanjutan yang berkembang dari konsep sebelumnya, sehingga karya Adler ini ditempatkan pada puncak gagasannya. Diri kreatif merupakan jembatan antara stimulus-stimulus yang menerpa seseorang dan respon-respon yang diberikan orang yang bersangkutan terhadap stimulus-stimulus itu.

Diri kreatif merupakan hal yang paling berkuasa dalam struktur kepribadian dimana diri kreatif itu terbentuk dari keturunan (hereditas) dan pengalaman sehari-hari. Selain itu diri kreatif merupakan prinsif yang aktif dari kehidupan manusia.

b) Karen Horney

Karen Horney mengemukakan sepuluh kebutuhan sebagai konsekuensi usaha menyelesaikan problem, ia menamakan kebutuhan-kebutuhan ini sebagai neurotic, yaitu kebutuhan yang penyelesaiannya yang irasional terhadap problemanya. Kebutuhan – kebutuhan neurotic tersebut adalah:
  • Kebutuhan neurotic akan kasih sayang dan penerimaan (The neurotic need for affection and approval)
  • Kebutuhan ini merupakan keinginan yang sangat kuat untuk menyenangkan orang lain serta berbuat sesuai dengan harapan-harapan mereka. Orang yang seperti tipe satu ini merupakan orang yang mengharapkan pendapat baik dari orang lain dan ia sangat peka terhadap penolakan orang lain atau lingkungan yang tidak ramah.
  • Kebutuhan neurotic akan mitra yang bersedia mengurus kehidupan seseorang ( The neurotic need for a ‘partner’ who sill take over one’s life). Orang ini merupakan parasit, ia memberikan nilai berlebihan mengenai kasih saying dan kasih saying serta takut akan penghianatan dan ditinggalkan sendiri, takut diabaikan.
  • Kebutuhan neurotic untuk membatasi kehudupan dalam batas-batas yang sempit (The nerotic need to restrict one’s within narrow borders). Tipe orang ini cenderung puang dengan apa yang didapat, tidak banyak menuntut, suka untuk tidak dikenal orang, kerandahan hati menjadi segalanya.
  • Kebutuhan neurotic akan kekuasaan (The neurotic need for fower). Tipe ini adalah orang yang menganggap bahwa segala sesuatu dapat dicapai dengan mudah apabila seseorang mempunyai/menggunakan kekuasaan. Memiliki keinginan untuk berkuasa, tidak hormat terhadap orang lain, memuja kekuatan atau kekuasaan serta melacehkan kelemahan.
  • Kebutuhahan neurotic untuk mengekploitasi orang lain (The neurotic need to expoit others). Merupakan kebutuhan untuk melakukan ekploitasi terhadap orang lain.
  • Kebutuhan nerotik akan prestise (The nerotic need for prestige). Merasa hargadirinya berharga diukur oleh penghargaan yang ia terima dari masyarakat. Tipe orang seperti ini akan menunjukan perlunya penghargaan dalam aktualisasi dirinya.
  • Kebutuhan neurotic akan kekaguman terhadap pribadi (The nerotic ambition for personal administration). Orang yang memiliki keinginan untuk mengetahui dirinya, dan cenderung untuk senang jika mendapatkan sanjungan. Ia ingin dikagumi oleh orang lain meskipun tidak sesuai dengan
    sesungguhnya orang tersebut.
  • Kebutuhan neurotic akan prestasi pribadi (The Neurotic ambition for personal achievement). Tipe orang berkeinginan untuk menjadi yang paling hebat dan mendorong dirinya guna mencapai tujuan yang semakin besar sebagai akibat dari rasa ketidak-amannya yang mendasar.
  • Kebutuhan neurotic untuk berdiri sendiri dan independensi (The neurotic need for self-sufficiency and independence). Orang tipe ini dikucilkan dari orang-orang sekitarnya karena pada dasarnya orang dengan kebutuhan ini menolak untuk terikan dengan orang lain. Ia lebih suka menyendiri.
  • Kebutuhan neurotic akan kesempurnaan dan ketidak-tercelaan (The neurotic need for perception an unassailability). Tipe orang ini sangat takut akan berbuat kesalahan dan mendapatkan kritikan dari orang lain. Orang tipe ini akan erusaha untuk membuat dirinya tidak membuat kesalahan.

c) Erich Fromm

Pemikiran Fromm sangat dipengaruhi oleh tulisan Karl Mark terutama karyanya the economic and philosophical manuscripts. Tema dasar dari semua tulisan Fromm adalah orang yang merasa kesepian dan terisolasi karena ia dipisahkan dari alam dan orang-orang lain. Ada lima kebutuhan spesifik yang berasal dari kondisi-kondisi eksistensi manusia : (1) kebutuhan untuk mengadakan hubungan, (2) kebutuhan untuk menjadi yang utama, (3) kebutuhan untuk bersahabat, (4) kebutuhan untuk mengenal diri, (5) kebutuhan untuk menyusun rencana-rencana orientasi. Jika salah satu dari kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka individu akan berusahan secara terus menerus untuk melangkapinya. Fromm percaya bahwa manifestasi kebutuhan-kebutuhan tersebut ditentukan oleh peraturan-peraturan social yang ada dibawah kehidupannya. Ia membuat persamaan dan menggambarkan lima tipe karakter social yang dikemukakan pada masyarakat dewasa ini yaitu menerima, keberanian, menyimpan, membelanjakan, dan menghasilkan. Tipe-tipe tersebut menggambarkan perbedaan individu dalam berhubungan dengan duniannya.

d) Harry Stack Sullivan

Sullivan memiliki ketegasan dalam konteks kepribadian, ia cenderung merendahkan id-ego-superego, yang membuat kepribadian menjadi statis/stabil. Sullivan memberikan gambaran yang penting tentang struktur kepribadian yang nyat-nyata stabil dalam waktu lama yaitu: dinamisme, personifikasi, istem self, dan proses kognitif.

1) Dinamisme (The Dynamism)

Dinamisme adalah pola khas tingkah laku yang menetap dan berulang kali terjadi dan menjadi cirri khusus seseorang. Transformasi energy bisa bersifat terbuka atau bersifat tertutup. Dinamisme merupakan pola yang spesifik dan berulang dari tingkah laku yang mejadi cirri khas seseorang. Dinamisme yang menjadi pembeda antar manusia tidak berhubungan dengan bagian tubuh, tetapi menjadi cirri khas hubungan natar pribadi. Suatu kebiasaan bagaimana mereaksi orang lain, baik dalam bentuk perasaan, sikap mapun tingkah laku yang terbuka.

2) Personofikasi (Personification)

Personifikasi adalah gambaran mengenai diri atau orang lain yang dibangun berdasarkan pengalaman yang menimbulkan kepuasan atau kecemasan. Hubungan interpersonal yang member kepuasan cenderung membangkitkan image-positif, sedangkan interpersonal yang melibatkan kecemasan akan membangkitkan image-negatif.

3) Sistem Self (Self-System)

Sistem self merupakan bagian dinamisme yang paling kompleks. Suatu pola tingkah laku yang konsisten yang mempertahankan keamanan interpersonal dengan menghindari kecemasan. Sistem ini mulai berkembang pada usia 12 – 18 bulan, usia ketika anak mulai belajar tingkah laku mana yang berhubungan –
meningkatkan atau menurunkan kecemasan.

4) Proses Kognitif (cognitive prosess)

Menurut Sullivan proses kognitif atau pengalaman kognitif dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu prototaksis, parataksis, dan sintaksis.

a) Prototaksis

Ialah rangkaian pengalaman yang terpisah pisah yang dialami pada masa bayi dimana arus kesadaran (pengindraan, bayangan, dan perasaan) mengalir kedalam jiwa tanpa pengertian sebelum atau sesuadah.

b) Parataksis

Ialah pada awal tahun kedua bayi mulai mengenali persamaan-persamaan dan perbedaan peristiwa-peristiwa. Hal seperti ini disebut pengalaman parataksis.

c) Sintaksis

Ialah anak mulai berpikir sisntaksi ketika anak mulai belajar bicara, mempelajari “kata” yang secara umum diterima sebagai wakil dari suatu peristiwa. Sintaksis mulai mendominasi manusia mulai umur 4 – 10 tahun.

Dinamika kepribadian menurut Sullivan sama seperti pemikiran Freud yaitu kehidupan manusia sebagai system energy. Konsep Sullivan terdiri dari tegangan (tension) yaitu potensi untuk bertingkah laku yang disadari atau tidak disadari.

KAJIAN LANJUT

Alwisol. (2006). Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press.
Blair, Deirdre, Jung: A biography, Boston: Little Brown, 2003.
Shamdasani, Sonu, Jung and the Making of modern Psychology: the dream of a science, Cambridge, Cambridge University Press, 2003
Boeree, C. George. (2009). Personality Theories. Yogyakarta: Prismasophie.
Feist, Jess & Feist J. Gregory (2006). Theories of Personality. New York: Pustaka Belajar: Penerjemah: Yudi Santoso.
Fey-Rohn, Liliane. (1974) From Freud to Jung, New York: Putnam.
Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner. (1985). Introduction to Theorities of Personality. New York: John Wiley & Sons.
_________________, (1993). Teori-teori Psikoanalitik (Klinis). Psikologi kepribadian I. Yogyakarta: Kanisius. Editor: A. Supratiknya.
Hamdi, M. (2016) Teori Kepribadian Sebuah Pengantar. Bandung. Alfabeta
Share this article :
 

2 komentar :

  1. njelimet sekali pak, butuh waktu yang tepat untuk memahami materi ini,
    terima kasih pak hamdi. semoga bapak selalu sehat, Amin.yrob

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Muhamad Hamdi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger