TEORI KEPRIBADIAN CARL GUSTAV JUNG

Sejarah singkat

Swiss adalah sebuah negara dengan seribu gunung yang puncaknya senantiasa diselimuti salju, dibalut oleh kesunyian lembah-lembah di sekitarnya, dan dihiasi dengan kebeningan biru air danau yang bertebaran mengelilinginya. Kekayaan budaya dan bahasanya juga tercermin dari negera-negara yang mengelilinginya: di utara bersebelahan Jerman, di barat dan selatan bertetangga dengan Perancis dan Italia. Di perbatasan timur laut, di lereng pegunungan Alpen, di pinggiran danau Constance adalah sebuah desa kecil bernama Kesswil. Di sinilah pada 26 Juli 1875, Carl Gustav Jung dilahirkan.

Jung muda mulai belajar bahasa Latin dari ayahnya ketika ia berusia 6 tahun. Pada usianya yang masih tergolong dini ini, oleh Emilie Preiswerk sang ibu,Jung sudah diperkenalkan dengan studi tentang perbandingan berbagai agama melalui komik-komik. Jung menaruh minat yang sangat bersar terhadap gambar-gambar eksotik dewa-dewa dalam agama Hindu.

Semasa di gymnasium (setara SLTA di Indonesia) dan kemudian di Universitas Basel, Jung sebenarnya tertarik dengan bidang arkeologi. Namun karena kondisi keuangan yang tidak memungkinkan, akhirnya pilihan jatuh pada bidang kedokteran. Alasannya adalah bahwa dengan menjadi dokter (kelak), dia masih akan bisa mewujudkan keinginannya memperdalam arkeologi. Kurikulum di fakultas kedokteran mensyaratkan matakuliah psikiatri, namun Jung tidak tertarik dengan mata kuliah ini sampai kemudian di tingkat akhir Jung membaca tulisan Richard von Krafft-Ebing Lehrbuch der Psychiatrie (Teksbook tentang Psikiatri).

Jung melihat peluang bahwa psikiatri adalah cara atau jalan untuk menggabungkan minatnya di bidang filsafat dengan komitmennya terhadap natural sciences. Pada tahun-tahun terakhir sebagai mahasiswa kedokteran, ada dua pengalaman tidak terlupakan bagi Jung, yang membuatnya takjub akan parapsikologi (studi tentang gejala-gejala kehidupan yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah). 

Pengalaman pertama terjadi pada suatu hari ketika Jung sedang belajar di rumahnya. Dia mendengar suara yang sangat keras, seperti bunyi pistol yang meletup dari ruang makan yang terletak di sebalah kamarnya. Suara itu ternyata berasal dari sebuah meja yang terbuat dari kayu walnut utuh yang sudah berumur 70 tahun. Meja itu terbelah dari pinggir sampai ke bagian tengahnya. Jung tidak bisa menemukan jawaban mengapa peristiwa itu bisa terjadi.

Pengalaman kedua terjadi dua minggu kemudian. Ketika ia kembali ke rumahnya pada suatu malam, Jung menemukan perabotan rumahnya porak poranda. Ibunya, adik perempuannya, dan juga pembantunya mendengar suara yang sangat keras dari ruang makan namun mereka tidak menemukan sesuatu yang pecah atau jatuh. Jung kemudian memeriksa ruang makan, dan akhirnya dia menemukan sesuatu. Di dalam almari makan, didapatinya pisau roti telah terpotong menjadi 4 bagian yang terpisah. Peristiwa ini begitu mengesankan bagi Jung, hingga kemudian dia menyimpan potongan pisau roti itu sebagai barang bukti.

Perhatian Jung terhadap parapsikologi semakin besar beberapa minggu setelah kejadian pisau roti itu, ketika ia mendapati seorang gadis 15 tahun yang mengalami trance dan memperoleh penglihatan (vision) dan bisa berkomunikasi secara ajaib. Trance menurut definisi Jung, adalah sesuatu yang spontan. Namun dalam keadaan yang demikian gadis itu bisa berkomunikasi dalam bahasa dan dialek Jerman secara fasih (bukan seperti lazimnya dialek gadis desa di Swiss). Jung mencatat kejadian ini dan kemudian menjadikannya fenomena gadis kecil itu sebagai salah satu bagian penting dari disertasi doktornya.

Tulisannya tentang kejadian ini dipublikasikan dengan judul Zur Psychologie und Pathologie sogennanter occulter Phanomene (Tentang Psikologi dan Patologi Fenomena yang disebut dengan Okultis. Jung lulus sebagai dokter di tahun 1900 dan kemudian dia diangkat sebagai dokter pembantu di sebuah rumah sakit terkenal Burgholzli di Zurich, dimana Eugene Bleuler adalah dokter kepala di bidang psikiatri di rumah sakit tersebut. Bleuler adalah orang yang memiliki minat yang sama dengan Jung dalam hal parapsikologi. Dua tahun kemudian Jung dipromosikan sebagai dokter senior dan juga diminta untuk mengajar matakuliah psikiatri di Universitas Zurich.

Pada tahun 1902-1903, bersama Pierre Janet (orang pertama yang mencetuskan ide tentang psikiatri dinamis sebagai pengganti psikiatri konvensional atau psikiatri abad XIX) Jung belajar di Paris. Janet memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap Jung. Bahkan beberapa tahun kemudian, Jung menyatakan bahwa dalam hidupnya, dia hanya memiliki dua guru Bleuler dan Janet. Di RS Burgholzli - sebelum dan sesudah Jung belajar di Paris, Bleuler menaruh perhatian besar terhadap karir Jung. Bleuler membantu Jung dalam penyediaan laboratorium di RS untuk keperluan penelitian parapsikologi. Pada tahun 1904, sekembalinya dari Paris Jung bersama dengan beberapa rekan dokter melakukan eksperimen yang dikenal dengan Tes Asosiasi Kata ( Word Association Test = WAT). Dukungan Bleuler lagi-lagi ditunjukkan pada usaha Jung ini, karena kebanyakan psikiatris di Swiss pada waktu itu selalu mengkaitkan penyakit mental atau kejiwaan adalah disebabkan karena faktor organik, fisik. Eksperimen Jung dalam WAT inilah yang kemudian mengantarkannya berkenalan dengan Freud.

Jung menikah dengan Emma Rauschenbach pada tahun 1903. Mereka dikaruniai tiga orang putri dan satu orang putra. Carl dan Emma kemudian membangun keluarga mereka di Kusnacht kota satelit dari Zurich. Mereka menetap di sana sampai akhir hayat mereka. Di tahun 1948 Jung mendirikan sebuah institut di Zurich untuk meneruskan penelitian-penelitian dan juga sebagai wadah untuk melatih mereka yang berminat untuk menjadi (psiko)analis. Di samping banyak menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam tulisan, Jung juga banyak melalukan perjalanan baik untuk tujuan mengajar namun lebih sering untuk mengumpulkan data atau informasi terutama tentang Mimpi dan hal-hal lain yang berhubungan dengan teorinya. Jung mengunjungi Afrika, India, Inggris dan juga Amerika. Jika tidak melakukan perjalanan, Jung senantiasa menyelenggarakan seminar mingguan baik di Zurich, Jerman dan juga di Inggris. Dalam mendidik, Jung menerapkan pendekatan informal namun dia memegang teguh kebiasaan bahwa para anak didiknya yang berniat untuk menjadi (psiko) analis harus melalui proses analisis individual yang dilakukannya sendiri.

Menginjak usianya yang ke 70 (tahun 1945) Jung mulai mengurangi kegiatannya sebagai analis atau praktek dan lebih mengkhususkan diri untuk menulis dan mengajar. Jung meninggal di rumahnya di Kusnacht, Swiss pada tanggal 6 Juni 1961 hanya beberapa minggu sebelum ulang tahunnya yang ke 86.

1) Jung Dan Freud

Perkembangan intelektual Jung mencerminkan iklim sosial dari kota Basel di Swiss pada peralihan abad ke XX. Sedangkan Freud mencerminkan kota Wina di Austria yang notabene adalah pusat budaya, filosofi dan medis di Eropa pada waktu itu. Basel lebih konservatif dibandingkan dengan Wina. Untuk bisa memahami teori Jung secara lebih baik, adalah penting untuk juga mengetahui bagaimana hubungannya dengan Freud. Jung mengawali pekerjaannya sebagai seorang psikiatris dan menulis teori-teori psikologi tentang orang dewasa. Sekitar enam tahun kebersamaannya dengan Freud adalah merupakan tahun-tahun yang penting bagi perkembangan intelektual dan professional Jung, dan hal ini tidak pernah disangkal oleh Jung. Ketika Interpretation of Dreams karya Freud dipublikasikan tahun 1900, Jung membacanya atas himbauan Bleuler. Baru tiga tahun kemudian Jung menyadari bahwa tulisan Freud itu potensial untuk menjelaskan mekanisme represi yang diterapkannya melalui eksprerimen WAT nya. Pada tahun 1906 Jung mengirimi Freud copy pertama dari Diagnostic Assocation Studies : Contributions to Experimental Psychopathology yang disuntingnya dan berisikan 6 studi dari Jung dan dokter-dokter lainnya di RS Burgholzli. Freud memberikan catatan dan juga copy pertama dari Collected Short Papers on the Theory of the Neuroses. Jung mengucapkan terima kasih atas balasan Freud dan juga kiriman bukunya, namun Jung juga mempertanyakan teori-teori Freud yang terlalu menitikberatkan pada trauma seksual (masa kanak-kanak khususnya).

Jung bertemu muka dengan Freud untuk pertama kalinya pada 3 Maret 1907 di Wina. Mereka bertukar pikiran selama tigabelas jam non-stop. Dalam kurun waktu enam tahun kemudian, relasi antara Jung dan Freud diwujudkan dengan berkorespondensi lewat surat dan juga melalui beberapa kali pertemuan langsung. Melalui surat-surat nya kepada Freud dan juga perjumpaannya, Jung menyadari bahwa teori-teorinya adalah tidak sama dengan teori-teori Freud. Namun di atas perbedaan ini, atas dukungan Freud, Jung diangkat menjadi presiden dari International Psychoanalytic Association (IPA) tahun 1910.. Freud berharap bahwa Jung berkenan memangku jabatan ini seumur hidup, atau dengan kata lain Freud menginginkan Jung menjadi pewarisnya.

Baik Freud dan Jung adalah dokter yang berangkat dari titik yang sama: observasi terhadap data. Freud berkeinginan kuat untuk sampai pada satu teori komprehensif yang dapat menjawab atau menjelaskan semua data yang ada dan yang akan ada (sebagaimana teori gravitasi dalam fisika). Sedangkan Jung melihat fenomena psikologis sebagai sesuatu yang berbeda dari fenomena fisika dan oleh karenanya membutuhkan kerangka teoretik yang mampu beradaptasi dan fleksible dengan memperhitungkan keragaman pengalaman (perilaku) manusia yang tidak terbatas hasilnya adalah dua kerangka teoretik yang memiliki aroma yang sangat berbeda. Teori Freud dikembangkan sebagai sesuatu yang lebih pasti dan spesifik dan oleh karenanya bersifat kaku. Sedangkan Jung adalah lebih terbuka untuk kemungkinan-kemungkinan baru dan mudah dimodifikasi, akibatnya adalah bersifat agak kabur (vague). Freud lebih cenderung untuk langsung sampai pada kesimpulan, dan menekankan pada sistem tertutup (closed system), mengandaikan bahwa tidak ada lagi hal baru yang perlu dan bisa dipelajari tentang perilaku dan pengalaman manusia. Banyak orang kemudian menganggap bahwa teori Freud adalah dogmatis. Jung terus menerus menganjurkan pengujian terhadap hipotesis yang ia ajukan, dan dia berkeyakinan bahwa psikologi sebagai ilmu masih pada taraf mengumpulkan dan mengolah data, belum sampai pada titik akhir untuk menarik kesimpulan. Karena Jung mengikutsertakan begitu banyak data yang cukup sulit untuk diamati dan direplikasi, orang sering menjulukinya sebagai “mystical” Sebagaimana Jung, Freud juga mengalami “Creative Illnesses” yang ditandai dengan gejala-gejala fisik dan kelekatan emosional yang intens pada orang tertentu, khususnya Wilhelm Fliess dan Josef Breuer. “Sakit Kreatif” nya Jung bercirikan munculnya ancaman terhadap isi Alam Bawah Sadar yang begitu kuat dan berlimpah, yang disebutnya sebagai Archetypal. Kreativitas Freud berfokus pada penggambaran Struktur Alam Pikiran, sedangkan Jung pada pemahaman suatu dimensi Alam Bawah Sadar di luar Kesadaran individu berikut segala isinya.

Dalam usahanya untuk memahami Stuktur Alam Pikiran, Freud berhipotesis bahwa Alam Bawah Sadar terbentuk seluruhnya dari isi (pengalaman) individual. Beberapa dari isi alam pikiran ini dapat masuk dalam Alam Pikiran dan diingat , dan yang kemudian akan dapat dengan mudah dijangkau oleh Kesadaran. Freud menyebutnya sebagai Pre-conscious. Isi alam bawah sadar yang lain akan ditekan dan disimpan, dibatasi dari Kesadaran oleh suatu kekuatan, dan oleh karenanya hanya akan dapat muncul kembali ke alam Kesadaran juga dengan suatu usaha. Sedangkan Jung menganggap bahwa Alam Bawah Sadar terbentuk hanya sebagian oleh pengalaman individual, termasuk di dalamnya isi Archetypal yang dibentuk di luar realitas pengalaman individual. Bagi Freud, Alam Bawah Sadar adalah bersifat patologis, sedangkan bagi Jung alam bawah sadar itu sehat, bahkan cenderung kreatif sekalipun ada juga unsur patologisnya Minat terhadap Alam Bawah Sadar telah menyatukan dua tokoh besar mazhab Psikoanalis ini, namun perbedaan dalam konsep atau cara pendekatanlah yang akhirnya ”memisahkan” keduanya. Pada tahun 1912, perbedaan pandangan antara Freud dan Jung muncul ke permukaan dengan terbitnya karya Jung “Transformasi dan Simbol-simbol Libido” (Wandlungen und Symbole der Libido), yang kemudian direvisi dan diterbitkan kembali dengan judul “Simbol-simbol dari Transformasi”. Dalam pertemuan IPA di Munich tahun 1913, buku ini menjadi bahan diskusi dan perdebatan yang sangat hangat. Tujuh bulan kemudian Jung mengundurkan diri sebagai presiden dan kemudian juga dari keanggotaan IPA. Jung dan Freud tidak pernah bertemu lagi selepas pertemuan di Munich, kecuali pada tahun 1938 Jung pernah mengirimkan utusan kepada Freud untuk menawarkan bantuan untuk menolong Freud keluar dari Austria (yang waktu itu didominasi oleh Hitler); namun Freud menolak tawaran Jung ini. Atas bantuan Dubes Amerika, Freud dan keluarganya akhirnya bisa keluar dari Austria dan tinggal di Inggris sampai wafatnya di tahun 1939.

Jung sendiri sebenarnya pernah menyebut dirinya sebagai murid Freud dan dalam beberapa suratnya, Jung juga menyatakan loyalitasnya pada Freud. Jung bahkan menyebut kelompok psikoanaliitis yang dikelolanya sebagai “Freudian”. Sekalipun demikian, kemandirian Jung atas Freud juga ditunjukkan melalui surat-suratnya yang dengan gigih mempertanyakan konsep Neurosis nya Freud yang berakarkan pada polymorphous, perlawanan dan hal-hal yang bersifat jelek ( perverse), dan seksualitas pada masa kanak-kanak. Dari sini jelaslah bahwa karya Jung tidaklah sepenuhnya dipengaruhi oleh Freud baik itu sebelum, selama atau sesudah keterdekatan pergaulannya bersama dengan Freud. Sebagian besar karya Jung sama sekali tidak mencerminkan ciri-ciri Freudian (pengikut Freud). Ada juga pendapat umum yang mengatakan bahwa Jung sebenarnya hanya “menyimpang sedikit” dari teori-teorinya Freud. Namun kenyataan juga menunjukkan bahwa pemikiran-pemikiran Jung adalah orisinal, asli khususnya mengenai sistem psikologi, psikoterapi dan analisis tentang mimpi yang sangat berbeda dengan psikoanalisisnya Freud.

Beberapa kerancuan muncul karena dalam masa pergaulannya dengan Freud, Jung menyebut metode terapinya sebagai “Psikoanalisis” dan menyebut dirinya sebagai seorang “Psikoanalis”. Istilah ini sangat melekat bahkan kemudian diidentikan dengan teori-teori Freud dan para pengikutnya. Freud hanya menginginkan murid yang dengan sepenuh hati menerima penuh seluruh ajarannya atau yang mengembangkan ajarannya dalam pengawasannya sepenuhnya. Prasyarat ini sama sekali tidak dapat diterima oleh Jung, hingga akhirnya perpisahan di antara kedua innovator psikoanalisis menjadi tidak terhindarkan.

2) Pembagian Psyce

Jung tidak berbicara tentang kepribadian melainkan psyche. Psyche adalah kesatuan yang di dalamnya terdapat semua pikiran, perasaan dan tingkah laku baik yang disadari maupun tidak disadari yang saling berinteraksi satu sama lainnya. Psyche merupakan gabungan atau jumlah dari keseluruhan isi mental, emosional dan spiritual seseorang. Secara umum psyche dibagi menjadi: psyche yang tampak (visible psyche) dan bawah sadar (unconscious). Dalam teorinya, Jung membagi psyche (jiwa) menjadi tiga bagian yaitu: ego, personal unconscious dan collective unconscious.

a) Ego (Alam Sadar)

Ego diidentifikasikan oleh Jung sebagai alam sadar. Ego merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-perasaan sadar. Ego bekerja pada tingkat conscious. Dari ego lahir perasaan identitas dan kontinyuitas seseorang. Ego seseorang adalah gugusan tingkah laku yang umumnya dimiliki dan ditampilkan secara sadar oleh orang-orang dalam suatu masyarakat. Ego merupakan bagian manusia yang membuat ia sadar pada dirinya.

Ego atau “saya” dalam bahasa Latin adalah merupakan pusat dari kesadaran / inisiator, pengarah dan pengamat terhadap pengalaman-pengalaman (kesadaran) seseorang. Sedangkan pusat dari keseluruhan kepribadian (baik Kesadaran maupun Bawah Sadar) disebut dengan Self. Sebagai pusat dari Kesadaran, Ego yang berfungsi dengan baik akan menerima realitas secara akurat dan akan mampu memilah-milahkan dunia luar dari inner images. Ego semacam ini akan mampu mengarahkan pikiran dan tindakan seseorang. Ego akan juga mampu menggambarkan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan seseorang : “Saya pikir”, “Saya rasa”, “Saya memahami”, dst. Ego sejati adalah bukan Ego yang besar atau arogan, bahkan sangat mungkin merupakan Ego yang kurang berkembang dengan baik atau Ego yang rapuh. Ego semacam ini sering tidak akan mampu untuk menghadapi dengan tantangan-tantangan secara konstruktif. Ia akan menjadi defensif dan bahkan mengabaikan adanya atau kehadiran orang lain. Sebaliknya, Ego yang sehat akan bisa memiliki toleransi terhadap kritik, halus dan berfungsi dengan baik.

Pembentukan Ego menurut Jung, dimulai dengan benturan antara kebutuhan fisik seseorang dengan lingkungannya. Agar dapat bertahan hidup, seorang bayi akan harus bisa menunjukkan kebutuhannya kepada dunia luar: cinta, makanan dan minuman, perlindungan. Melalui proses atau cara ini embrio Ego kemudian akan bisa memilah-milahkan antara dirinya dengan lingkungan (di luar dirinya), dan juga dengan orang-orang yang ada dan terlibat di dalamnya. Pada waktu dilahirkan, seorang bayi akan dibungkus oleh Bawah Sadar Kolektif (Collective Unconscious). Sebelum kita bisa menemukan bahwa sebagian dari Psyche adalah tersembunyi (Bawah Sadar), kita akan cenderung berfikir bahwa Ego adalah segalanya. Perkembangan Ego termasuk juga bagaimana anak (bisa) menjadi atau mengenali antara dirinya dengan dunia Bawah Sadarnya.

Sebagai pusat dari Kesadaran, Ego menjamin atau menyediakan kesinambungan (continuity) bagi Kepribadian. Hal ini tampak pada waktu kita berkata “Pada waktu saya berumur 4 tahun” dan kita juga dapat mengetahui bahwa anak yang berumur 4 tahun adalah sama dengan orang yang saat ini berkata “Saya”. Ini adalah wujud nyata dari berfungsinya Ego. Ego akan membawa kenangan yang akan dapat menghubungan seseorang dengan masa lalu (nya) dan juga dengan kompleksitas pengalaman-pengalamannya saat ini.

b) Personal Unconscious (Alam Bawah Sadar Pesonal) 

Alam bawah sadar personal mencakup segala sesuatu yang tidak disadari secara langsung, tapi bisa diusahakan untuk disadari. Alam bawah sadar personal adalah alam bawah sadar seperti yang dipahami orang kebanyakan, yaitu mencakup kenangan-kenangan yang dapat ditekan karena alasan-alasan tertentu. Tapi alam bawah sadar personal ini tidak mencakup insting-insting sebagaimana yang dipahami oleh Freud. Menurut Jung alam bawah sadar personal merupakan wilayah yang berdekatan dengan ego. Terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi dilupakan dan diabaikan dengan cara repression atau suppression.
 

c) Collective Unconscious (Alam Bawah Sadar Kolektif)

Alam bawah sadar kolektif berisi hal yang diperoleh seluruh jenis manusia selama pertumbuhan jiwanya melalui generasi yang terdahulu. Ini merupakan endapan cara yang khas manusia mereaksi sejak zaman dahulu terhadap situasi ketakutan, bahaya, perjuangan, kelahiran, kematian, dan sebaginya. Alam bawah sadar kolektif merupakan gudang bekas ingatan yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang yang tidak hanya meliputi sejarah ras manusia sebagai sebuah spesies tersendiri tetapi juga leluhur pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya. Alam bawah sadar kolektif adalah tumpukan pengalaman kita sebagai species, serupa pengetahuan bersama yang kita miliki sejak lahir. Akan tetapi, pengalaman ini tidak bisa kita sadari secara langsung.

Isi dari alam bawah sadar kolektif disebut Archetype (arketipe). Jung juga menyebutnya dengan dominan, imago, bayangan-bayangan, mitologis atau primodial, dan sebagainya. Arketipe merupakan ingatan ras akan suatu bentuk pikiran universal yang diturunkan dari generasi ke generasi. Empat arketipe yang penting dalam membentuk kepribadian seseorang adalah:

(1). Persona

Bagian depan atau front office dari kepribadian kita dikenal dengan istilah Persona (dari bahasa Latin, yang artinya adalah topeng) Persona adalah wajah kepribadian yang ditunjukkan kepada dunia luar, dengan maksud agar dapat diterima dan dihargai secara sosial. Wujud nyata dari Persona adalah perilaku atau sopan santun yang kita tunjukkan, misalnya dengan berkata “Terima kasih”, “Maaf”, “Silahkan”, dan sebagainya. Sekalipun pada waktu mengucapkan kata-kata tersebut kita tidak sepenuhnya mengartikannya demikian. Orang tidak akan mengenakan topeng yang sama untuk setiap kesempatan atau pada setiap waktu atau tempat. Setiap topeng adalah merupakan respon terhadap situasi atau individu yang spesifik.

Misalnya 

Seorang wanita yang bekerja sebagai dokter, dia akan memakai topeng dokter,isteri, ibu, tetangga, teman, dsb. Jumlah atau gabungan dari total topeng yang digunakan oleh seseorang inilah yang disebut dengan Persona. Persona adalah kompromi yang sifatnya unik antara tuntutan lingkungan dan kebutuhan individual seseorang. Oleh karenanya satu orang bisa memiliki banyak variasi atau bentuk topeng yang dikenakannya, misalnya topeng-topeng untuk anggota keluarga yang berlainan (ibu, bapak, mertua, ipar, adik, anak, cucu), topeng-topeng lainnya untuk rekan kerja (atasan, rekan kerja, bawahan, pelanggan, pemasok).

Sekalipun Pesona dapat dilihat nyata secara lahiriah, namun tidaklah mudah untuk mengendalikan atau mengganti topeng-topeng itu secara cepat dan tepat. Kesulitan untuk mengganti topeng-topeng kita secara cepat dan tepat ini akan sangat tergantung dari proporsi peran atau keterlibatan seseorang dalam keluarga, lingkungan kerja dan masyarakat secara umum. Sering kali peran-peran ini sering tidak sejalan atau saling bertentangan hingga dapat menghasilkan ketidaknyamanan (psikis). Seorang remaja pria misalnya, mungkin akan mengenakan topeng anak manis yang taat di hadapan orang tua atau gurunya. Sementara topeng garang atau jutek akan dikenakannya pada waktu berhadapan dengan adik atau teman sekolahnya. Pada waktu dia ada di antara orangtua dan adiknya, atau di antara guru dan teman-teman sekolahnya, sangat mungkin ia akan berperilaku yang sama sekali bukan sebagai anak-manis ataupun jutek. Sangat mungkin ia akan berperilaku sebagai seorang remaja yang pemalu.

Persona bermanfaat untuk adaptasi dengan dunia (luar). Tanpa Persona yang berkembang, orang akan menemui kesulitan sosial untuk mencapai tujuan tertentu yang mengandalkan impresi atau kesan positif dari orang lain. Misalnya anak muda yang over-protected mungkin tidak akan bisa belajar untuk memulai membangun persahabatan atau network nya sendiri. Atau bisa juga seseorang akan sangat mudah tersinggung terhadap orang lain yang tidak sependapat atau sepaham dengannnya. Sebagai akibatnya, ia akan sangat sering ngambek, mutung yang akan berdampak tidak langgengnya suatu persahabatan. Dalam beberapa kasus, Persona seseorang bisa menimbulkan konflik dengan harapan orang lain. Misalnya seseorang yang bekerja sebagai tenaga penjual, salesman atau customer service dimana topeng-topeng keramahan, outgoing, kesabaran sangat diharapkan oleh orang lain yang dihadapinya. Apabila orang merasa sangat terpaksa mengenakan topeng-topeng ini, dia mungkin bisa mengenakannya hanya sesaat, atau bila dikenakan ia akan tampak tidak wajar atau aneh. Apabila ini terus berlanjut bisa jadi orang akan jadi depresi atau sebaliknya bisa kehilangan pekerjaannya.

Persona juga bersifat mandiri dan karenanya ia dapat juga konflik dengan harapan atau kesadaran seseorang. Contoh nyata adalah para public figure, apakah itu para selebritis, artis, politikus, presenter, pelawak, dsb. Karena begitu sering dan mudahnya orang untuk mengenakan topeng sebagaimana dikehendaki atau yang dapat diterima oleh publik atau masyarakat luas, ia tidak jarang dapat kehilangan kontak dengan perasaan atau kepribadian diri yang sebenarnya. Pada titik ekstrimnya, jika orang merasa tidak mungkin untuk bisa mengungkapkan dirinya yang sebenarnya akan sangat rentan terhadap hal-hal yang drastis, misalnya lari ke penggunaan narkoba atau bahkan sampai bisa bunuh diri.

(2). Anima & Animus

Merupakan elemen kepribadian yang secara psikologis berpengaruh terhadap sifat bisexual manusia. Anima adalah arketipe sifat kewanitaan/feminine pada laki-laki, sedangkan Animus adalah arketipe sifat kelelakian/maskulin pada perempuan. Anima dan animus disebut syzygy. Anima adalah sisi kewanitaan yang hadir dalam alam bawah sadar kolektif pria. Anima biasanya dipersonifikasikan sebagai gadis kecil, yang spontan dan sangat perasa. Anima lebih diasosiasikan dengan kedalaman perasaan dan kekuatan hidup. Jung percaya anima berakar dari pengalaman-pengalam laki-laki sebelumnya dengan perempuan – ibu, saudara perempuan, dan kekasih – yang berpadu membentuk gambaran umum perempuan.  Sedangkan, animus adalah sisi kepribadian yang hadir dalam alam bawah sadar wanita. Animus dipersonifikasikan sebagai orang bijak yang cenderung logis, rasionalistik dan argumentatif. Jung yakin bahwa animus bertanggung jawab terhadap pola pikir dan opini perempuan sama seperti anima menghasilkan perasaan dan suasana hati pada laki-laki.

(3). Bayangan (Shadow)

Merupakan arketipe yang terdiri dari insting-insting binatang yang diwarisi manusia dalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah kebentuk yang lebih tinggi. Shadow merupakan isi psikis yang tidak ingin ditampilkan atau bahkan dihargai oleh seseorang atau individu. Shadow merupakan bagian dari hidup seseorang namun ia tidak diinginkan untuk muncul karena dianggap lemah, tidak dapat diterima secara sosial atau bahkan cenderung aneh. Manifestasi shadow berakar pada satu dari dua pengalaman besar seseorang (1) melihat dirinya sendiri sebagai yang jelek atau tidak sempurna. Ini disebabkan mungkin karena terlalu sering atau berulang kali dicemooh oleh orang lain bahwa dirinya tidak berguna, hingga kemudian ia tidak dapat melihat apa yang baik dalam dirinya, atau (2) bangga atau merasa dihargai karena karakter negatif yang dimilikinya, misalnya orang yang suka atau haus akan kekuasaan.

(4). Self

Jung percaya bahwa setiap pribadi memiliki sebuah kecenderungan warisan untuk bergerak menujun pertumbuhan, penyempurnaan, dan perlengkapan dan Jung menyebut sifat bawaan ini sebagai arketipe self (diri). Sebagai yang paling komprehensif dari semua arketipe,self adalah arketienya semua arketipe, karena dialah yang mendorong semua arketipe lain dan menyatukan mereka di dalam proses realitas-diri (self realization). Self tidak mudah untuk dijelaskan atau digambarkan. Kata yang singkat yang dapat menjelaskan self adalah kepribadian total (total personality) baik kesadaran maupun bawah sadar. Self adalah pusat dari kepribadian.

3) Dinamika Kepribadian

Dinamika kepribadian yang dikemukakan oleh Jung adalah: kausalitas dan teleologi, dan progresi dan regresi.

a) Kausalitas dan Teleologi

Kausalitas meyakini bahwa peristiwa-peristiwa masa kini memiliki asal-usul di dalam pengalaman-pengalaman sebelumnya. Teleologi menyakini bahwa peristiwa-peristiwa masa kini dimotivasikan oleh tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi ke depan yang mengarahkan tujuan seorang.

b) Progresi dan Regresi

Untuk mencapai realisasi-diri, manusia harus beradaptasi bukan hanya kepada lingkungan luar, tetapi juga dengan dunia batin mereka. Adaptasi kepada dunia luar melibatkan aliran maju disebut progresi, sedangkan adaptasi dengan dunia batin mengandalkan arus mundur energi psikis yang disebut regresi.

4) Tipologi Kepribadian

Setiap orang adalah unik karena dipenuhi oleh pengalaman-pengalaman historis yang begitu banyak dan beragam. Tanggapan kita terhadap pengalaman-pengalaman ini adalah hasil dari temperamen yang belum tampak (inborn temperament) dan bahan dasar yang sifatnya majemuk dari tanggapan-tanggapan yang kita tunjukkan sebelumnya.

Apakah itu Temperamen ? Bayi yang baru lahir ada yang sangat aktif, ada juga yang kalem. Ada juga yang sangat sensitive terhadap cahaya, suara, sentuhan, sementara bayi lain tampak begitu cuek dengan lingkungan sekitarnya. Sampai dengan akhir Masa Kanak-kanak atau Masa Remaja awal, penampakan Temperamen akan sudah dapat digambarkan, demikian menurut Jung. Setiap orang, berdasarkan teori Kepribadian Jung, memiliki Ego, Persona dan komponen lain dari Psyche, masing-masing dengan karakter kepribadian individual. Sekalipun demikian, ada kesamaan di antara individu yang berbeda tersebut yang dapat ditarik benang merahnya untuk membentuk suatu dimensi. Setiap orang memiliki potensi atas semuanya itu, tetapi dengan derajat atau tingkat yang berbeda-beda. Satu atau dua unsur bisa jadi merupakan cara yang dominan atau menonjol bagi seseorang dalam memandang atau menghadapi dunia (luar) nya.

Jung mulai mengembangkan teori tentang Type - yang kemudian dikenal dengan Tipologi Jung, dari pengamatan terhadap hubungan Sigmund Freud dengan para pengikutnya, termasuk di antaranya Alfred Adler. Adler dan Freud tidak sependapat tentang asal-muasal Neurosis. Bagi Freud, asal atau sebab Neurosis adalah konflik seksual, bagi Adler adalah konflik sosial khususnya keinginan terhadap kekuasaan. Perbedaan ini, sebagaimana diamati oleh Jung, adalah merupakan perbedaan cara pandang dalam mengalami dunia luar. Sebagian orang akan memiliki kecenderungan “ke dalam” (inwardly-oriented), sebagian lagi “outwardly”. Jung menamai unsur ini sebagai “Introversion dan Extraversion”. Menurut Leona Tyler , seorang professor psikologi dan pengarang buku “The Psychology of Human Differences” (1965) Jung adalah orang pertama yang menggunakan istilah introvert “Extraversion” dan extrovert “Introversion” untuk menggambarkan kepribadian atau tipe-tipe psikologis, sekalipun perbedaan di antara keduanya sudah ada selama berabad-abad.

Melalui penjelajahan literature sejarah, Jung menemukan hal yang sama misalnya perbedaan ideologis antara Carl Spittler dan Johann Wolfgang Goethe, antara Apollo dan Dionysius. Jung melihat Freud sebagai seorang yang Extraversi sedangkan Adler sebagai Introversi. Perbedaan-perbedaan inilah sangat mungkin yang merupakan factor penyebab perpisahan di antara Freud dan Jung (yang juga seorang Introversi).

Introversion menaruh perhatian terhadap faktor-faktor subyektif (subjective factors) dan tanggapan internal (inner response). Orang dengan tipe ini akan menikmati kesendiriannya dan akan mencurahkan perhatiannya terhadap hal-hal yang sifatnya subyektif. Dan oleh karenanya ia akan tampak lebih bisa mandiri dalam melakukan penilaian (judgement). Seorang introvert secara relatif akan memiliki teman yang lebih sedikit namun ia akan sangat setia, loyal terhadap mereka. Ia akan tampak sebagai pemalu dalam situasi social, dan mungkin juga sangat hati-hati, pesimistis dan kritis.

Sebaliknya, seorang Extravert akan menaruh perhatian lebih pada dunia di luar dirinya orang, kejadian dan benda atau barang lain, dan akan dapat dengan mudah menjalin hubungan dengan mereka. Orang tipe ini akan memiliki kecenderungan untuk superficial, siap untuk menerima dan mengadopsi conventional standard, tergantung dalam usaha untuk memberikan kesan yang baik.

Tipe kepribadian ini akan berpengaruh terhadap perasaan, pikiran dan perilaku seseorang, dan ia akan berada di bawah kendali Ego. Tipe yang tidak dominan dimana ia tidak berada di bawah kendali Ego, akan tetap berada di alam Bawah Sadar. Misalnya seorang introvert yang mencoba untuk mengungkapkan minat atau kesenangannya, sangat mungkin akan bercerita tentang sesuatu yang sangat unik dan spesifik yang tidak dikenal atau diketahui oleh orang kebanyakan (misalnya tentang bunga anggrek spesies tertentu yang hanya ada di Himalaya, atau tentang motif batik yang begitu njlimet) Sekalipun Jung memakai istilah Tipologi atau Type, dia tidak bermaksud untuk mengkotak-kotakkan orang sebagaimana banyak kritik menyebutkan tentang teori kepribadian Jung ini. Jung menempatkan tipologi ini sebagai Dimensi (dimension) : setiap orang memilikinya, bagi sebagian orang ia lebih banyak berada diKesadarannya, sementara bagi sebagian orang lain lebih banyak berada di Bawah Sadarnya. Tendensi psikologis ini merupakan alat Bantu untuk memahami dan menghargai orang lain atau cara-cara mereka berhadapan dan menghadapi dunia (di luar diri) nya.

Banyak orang yang tidak begitu akrab dengan teori psikologi mengenal Jung melalui Tipologi, misalnya melalui Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) yang biasanya banyak digunakan sebagai alat Bantu (psikologis) dalam perkawinan atau industri (seleksi). Melalui MBTI orang akan bisa mengatakan bahwa saya adalah tipe INFP, ESTJ atau satu di antara 14 kombinasi tipe-tipe ini. Alat ukur lain yang terkenal adalah Gray-Wheelwrights Jungian Type Survey (GWJTS), Singer-Loomis Inventory of Personality (SLIP) dan Keirsey Temperament Sorter (KTS). Alat-alat ukur tersebut semuanya mendasarkan diri pada teori Jung.

Menurut teori psikoanalisa dari Jung ada dua aspek penting dalam kepribadian yaitu sikap dan fungsi. Sikap terdiri dari introversion dan ekstroversion, sedangkan fungsi terdiri dari thinking, feeling, sensing dan intuiting.

a) Sikap

Jung mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan untuk beraksi atau bereaksi ke arah yang khas. Jung melihat setiap orang memiliki sikap terintroversi sekaligus terekstraversi, meskipun yang satu berada di alam sadar sementara yang lain berada di bawah alam sadar.

(1). Introversi

Menurut Jung, introversi adalah membalikkan energi psikis ke dalam sebuah orientasi terhadap subjektivitas. Orang-orang introver selalu mendengarkan dunia batin mereka dengan semua bias, fantasi, mimpi, dan persepsi yang teridividualisasikan. Orang-orang ini tetap bersentuhan dengan dunia eksternal, tetapi mereka melakukannya dengan selektif dan didasarkan kepada pandangan subjek mereka. Orang dengan tipe ini akan menikmati kesendiriannya dan akan mencurahkan perhatiannya terhadap hal-hal yang sifatnya subyektif. Dan oleh karenanya ia akan tampak lebih bisa mandiri dalam melakukan penilaian (judgement).

(2). Ekstroversi

Ekstarversi adalah sikap yang mengarahkan energi psikis keluar sehingga sesorang dioreintasikan menuju sesuatu yang objektif dan menjauh dari subjektif. Seorang ekstraver akan menaruh perhatian lebih pada dunia di luar dirinya orang, kejadian dan benda atau barang lain, dan akan dapat dengan mudah menjalin hubungan dengan mereka. Orang tipe ini akan memiliki kecenderungan untuk superficial, siap untuk menerima dan mengadopsi conventional standard, tergantung dalam usaha untuk memberikan kesan yang baik.

b) Fungsi

Baik introversi maupun ekstroversi dapat berkombinasi dengan satu atau lebih dari empat fungsi psikologis sehingga membentuk delapan orientasi tindakan yang paling mungkin, atau tipe-tipe. Empat fungsi ini – mengidera, berpikir, merasa, dan mengintuisi – dapat didefinikan sebagai berikut: mengidera memberitahu manusia sesuatu itu eksis; berpikir memampukan mereka menyadari maknanya; perasaan memberi tahu mereka nilai atau harganya; dan intuisi membuat mereka tahu sesuatu tanpa tahu bagaimana mereka bisa mengetahuinya.

(1). Thinking (berpikir)

Aktivitas intelektual logis yang menghasilkan rantai ide-ide disebut berpikir. Tipe berpikir bisa bersifat ekstrover atau introver, tergantung sifat dasar seseorang. Orang-orang yang berpikir secara ekstrover sangat mengandalkan pikiran-pikiran konkret namun, mereka bisa juga menggunakan ide-ide abstrak jika ide-ide ini dipancarkan kepada mereka dari luar, contohnya dari orangtua atau guru. Orang-orang yang berpikir secara introver bereaksi terhadap srimuli eksternal namun, interpretasi mereka mengenai suatu peristiwa lebih diwarnai oleh makna internal yang mereka berikan kepada stimukli tersebut daripada oleh fakta-fakta objektif itu sendiri.

(2). Feeling (merasa)

Perasaan adalah pengevaluasian setiap aktivitas sadar, bahkan terhadap hal-hal yang dinilai sebagai sesuatu yang tidak begitu disukai. Perasaan berfungsi sebagai evaluasi, menerima atau menolak ide dan objek berdasarkan apakah mereka itu membangkitkan perasaan positif atau negatif, memberi pengalaman subjektif. Orang yang merasa secara ekstrover menggunakan data objektif untuk melakukan evaluasi. Orang yang merasa secara introver melandaskan penetapan nilai utamanya pada persepsi subjektif lebih daripada fakta objektif.

(3). Sensing (mengindera)

Fungsi menerima stimuli fisik dan mentrasmisikannya ke alam sadar perseptual disebut sensasi/pengindraan (sensation). Pengindraan melibatkan operasi dari indra seperti melihat, mendengar, meraba, menjilat, membau, serta merespon rangsang dari dalam tubuh sendiri. Mereka yangmengindra secara ekstrover memahami stimuli eksternal secara objektif, kebanyakan sama dengan stimuli yang eksis dalam realitas. Mereka yang mengindra secara introver sebagain besar terpengaruh oleh sensasi-sensasi subjektif penglihatan, bunti, citarasa, sentuhan, dan sebagainya.

(4). Intuiting (mengintuisi)

Intusi melibatkan persepsi yang melampaui kerja kesadaran. Seperti pengindraan, dia dilandaskan kepada persepsi mengenai fakta-fakta dasar absolut, yaitu serangkaian fakta yang menyediakan materi kasar bagi pikiran dan perasaan. Mengituisi berbeda dari merasa karena lebih kreatif, bahkan sering kali menambahkan atau menyarikan elemen-elemen dari pengindraan alam sadar. Orang-orang yang mengintuisi secara ekstrover diorientasikan ke arah fakta-fakta di dunia eksternal. Daripada mengidrai fakta ini sepenuhnya, mereka hanya memahami secara subliminal. Karena stimuli pengindraan yang kuat ikut campur tangan dengan intuisi, maka orang-orang yang intuitif menekan banyak pengindraan mereka dan dituntun oleh tebakan dan terkaan yang berbalikan dengan data indera. Orang-orang yang mengintuisi secara introver dituntun oleh persepsi bawah sadar fakta-fakta yang pada dasarnya subjektif dan memiliki sedikit saja kemiripan dengan realitas eksternal atau tidak sama sekali.

(a) Introversion-Thinking

Orang dengan sikap yang introvert dan fungsi thinking yang dominan biasanya tidak memiliki emosi dan tidak ramah serta kurang bisa bergaul. Hal ini terjadi karena mereka memiliki kecenderungan untuk memperhatikan nilai abstrak dibandingkan orang-orang dan lingkungan sekitarnya. Mereka lebih mengejar dan memperhatikan pemikirannya tanpa memperdulikan apakah ide mereka diterima oleh orang lain atau tidak. Mereka biasanya keras kepala, sombong dan berpendirian. Contoh dari orang dengan kepribadian seperti ini adalah philosophers.

(b) Extraversion-Thinking

Contoh orang dengan sikap extrovert dan fungsi thinking yang dominan adalah ilmuwan dan peneliti. Mereka memiliki kecenderungan untuk muncul seorang diri, dingin dan sombong. Seperti pada tipe pertama, mereka juga me-repress fungsi feeling. Kenyataan yang obyektif merupakan aturan untuk mereka dan mereka menginginkan orang lain juga berpikir hal yang sama.

(c) Introversion-Feeling

Orang dengan introversion-feeling berpengalaman dalam emosi yang kuat, tapi mereka menutupinya. Contoh orang dengan sikap introvert dan fungsi feeling yang dominan adalah seniman dan penulis, dimana mereka mengekspresikan perasaannya hanya dalam bentuk seni. Mereka mungkin menampilkan keselarasan didalam dirinya dan self-efficacy, namun perasaan mereka dapat meledak dengan tiba-tiba.

(d) Extraversion-Feeling

Pada orang dengan sikap extraversion dan fungsi feeling yang dominan perasaan dapat berubah sebanyak situasi yang berubah. Kebanyakan dari mereka adalah aktor. Mereka cenderung untuk emosional dan moody tapi terkadang sikap sosialnya dapat muncul.

(e) Introversion-Sensation

Orang ini cenderung tenggelam dalam sensasi fisik mereka dan untuk mencari hal yang tidak menarik dari dunia sebagai perbandingan. Biasanya mereka adalah orang-orang yang tenang, kalem, self-controlled, tapi mereka juga membosankan dan kurang bisa berkomunikasi.

(f) Extraversion-Sensation

Orang dengan tipe ini biasanya adalah businessman. Mereka biasanya realistik, praktis, dan pekerja keras. Mereka menikmati apa yang dapat mereka indrai dari dunia ini, menikmati cinta dan mencari kegairahan. Mereka mudah dipengaruhi oleh peraturan dan mudah ketagihan pada berbagai hal.

(g) Introversion-Intiuting

Pemimpin, peramal, dan orang aneh biasanya adalah orang dengan sikap introvert dan fungsi intuitif yang dominan. Mereka terisolasi dalam gambaran-gambaran primitif yang artinya tidak selalu mereka ketahui namun selalu muncul dalam pikiran mereka. Mereka memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain, tidak praktis namun memiliki intuisi yang sangat tajam dibandingkan orang lain.

(h) Extraversion-Intuiting

Penemu dan pengusaha biasanya memiliki sikap extravert dan fungsi intuitif yang dominan, mereka adalah orang-orang yang selalu mencari sesuatu yang baru. Mereka sangat baik dalam mempromosikan hal-hal yang baru. Namun mereka tidak dapat bertahan pada satu ide, pekerjaan maupun lingkungan karena sesuatu yang baru merupakan tujuan hidup mereka.

5) Tahap Perkembangan Kepribadian

Tahap perkembangan kepribadian Jung terdiri dari 4 tahap, yaitu childhood, youth dan young adulthood, middle age dan old age. Pada tahap kedua menekankan akan adaptasi terhadap kehidupan social dan ekonomi. Jung memperlihatkan ketertarikannya pada tahap perkembangan kepribadian ketiga yaitu middle age, karena disini terdapat proses yang penting dari puncak dari individuation dan orang mulai merubah kepedulian terhadap materi menjadi kepedulian spiritual.

Dalam tahun-tahun paling awal, libido disalurkan dalam kegiatan-kegiatan yang diperlukan supaya tetap hidup. Sebelum usia lima tahun, nilai-nilai seksual mulai tampak dan mencapai puncakanya selama masa adolesen. Dalam masa muda seseorang dan awal-awal tahun dewasa, insting kehidupan dasar dan proses vital meningkat. Orang muda adalah penuh semangat, giat, impulsive, penuh gairah, dan masih banyak tergantung pada orang lain. Inilah periode kehidupan dimana orang belajar bekerja, kawin dan mempunyai anak-anak dan menjadi mapan dalam kehidupan masyarakat.
 
Ketika individu mencapai usia akhir 30-an atau awal40-an terjadi perubahan nilai yang radikal. Minat-minat dan segala sesuatu yang dikejar pada masa muda kehilangan nilainya dan diganti oleh minat-minat baru yang lebih berbudaya dan kurang biologis. Orang yang berusia setengah baya menjadi lebih introvert dan kurang impulsive. Kebijaksanaan dan kecerdasan menggantikan gairah fisik dan kejiwaan. Nilai-nilai individu diterapkan dalam kegiatan social, agama, kenegarawan, filosofis. Orang menjadi lebih spiritual.



REFERENCES


Alwisol. (2006). Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press.
Blair, Deirdre, Jung: A biography, Boston: Little Brown, 2003.
Shamdasani, Sonu, Jung and the Making of modern Psychology: the dream of a science, Cambridge, Cambridge University Press, 2003
Boeree, C. George. (2009). Personality Theories. Yogyakarta: Prismasophie.
Feist, Jess & Feist J. Gregory (2006). Theories of Personality. New York: Pustaka Belajar: Penerjemah: Yudi Santoso.
Fey-Rohn, Liliane. (1974) From Freud to Jung, New York: Putnam.
Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner. (1985). Introduction to Theorities of Personality. New York: John Wiley & Sons.
_________________, (1993). Teori-teori Psikoanalitik (Klinis). Psikologi kepribadian I. Yogyakarta: Kanisius. Editor: A. Supratiknya.
Hamdi, M. (2016). Teori Kepribadian Sebuah Pengantar. Bandung. Alfabeta

 
Share this article :
 

4 komentar :

  1. Saya membaca ini karena keluar nya teori comeback BTS. Saya jadi tertarik membaca soal psikologi. Sangat tertarik jadinya belajar tentang psikologi, kebetulan juga saya punya temen satu kost yang jurusan psikologi dan katanya sedang belajar ttg teori Karl Jung ini. Jadi saya semakin penasaran. Terima kasih

    BalasHapus
  2. Contoh dari self itu sprti apa ya Mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan dibaca buku " Muhamad Hamdi teori kepribadian sebuah pengantar (2016),Bandung;alfabeta. Tq

      Hapus
  3. terima kasih ilmunya, ijin copas pak buat materi kuliah

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Muhamad Hamdi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger