cinta manusia kepada sesama



Penjelasan Al-Buty selanjutnya ialah bagaimana cinta manusia kepada sesama simak selengkapnya.

Telah kita lewatkan penjelasan Al-Quran tentang cinta Allah Swt kepada manusia dan cinta manusia kepada Allah Swt. Kali ini kita akan membahas penjelasan Al-Quran tentang cinta manusia kepada sesama manusia, bahkan kepada makhluk lain. Cinta manusia kepada sesama merupakan watak dasar yang sudah mengakar dalam dirinya, menjadi bagian dari jiwanya. Yang dimaksud dengan cinta di sini adalah cinta pada suami atau istri, anak-anak, orangtua, kerabat, ternan, kekasih, dan hal-hal lain yang bersifat duniawi.

Oleh karena itu, penjelasan Al-Quran tentang cinta manusia kepada sesama mengambil bentuk informasi dan evaluasi, tidak dalam bentuk perintah atau seruan. Karena cinta tersebut merupakan watak dasar, tidak perlu adanya ajakan ataupun perintah.

Ketika bicara tentang cinta manusia kepada manusia lainnya, hanya bersifat "mewanti-wanti agar cintanya kepada yang lain tidak menyaingi cintanya kepada Allah Swt Al-Quran "mewanti-wanti" manusia agar ia tidak menjadikan cintanya kepada yang lain melebihi atau sepadan dengan cintanya kepada Allah Swt. Al-Quran juga menyerukan manusia agar ia mencintai sesuatu apapun sebagai bentuk cintanya kepada Allah Swt. Inilah kesimpulan tentang penjelasan Al-Quran tentang cinta manusia kepada sesama manusia. Inilah bagian dari penjelasan tersebut:

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادٗا يُحِبُّونَهُمۡ كَحُبِّ ٱللَّهِۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ وَلَوۡ يَرَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓاْ إِذۡ يَرَوۡنَ ٱلۡعَذَابَ أَنَّ ٱلۡقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعٗا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعَذَابِ ١٦٥
Artinya: “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah Swt sebagai tandingan; yang mereka cintai seperti mencintai Allah Swt. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah Swt. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah Swt, 'dan bahwa Allah Swt sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal)," (QS Al-Baqarah [2]: 165).

Kata andada yang berarti tandingan-tandingan mencakup segala sesuatu yang dijadikan sebagai sekutu Allah Swt, termasuk dalam hal cinta. Perhatikan firman Allah Swt

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَ‍َٔابِ ١٤
Artinya: "Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik," (QS Ali Imran [3]: 14).

Perhatikan fir man Allah Swt:
قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ ٢٤

Artinya: "Katakanlah, 'Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai; lebih kamu cintai daripada Allah Swt dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah Swt memberikan keputusan-Nya. Dan Allah Swt tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik," (QS Al-Taubah [9]: 24).

Perhatikan firman Allah kepada Qarun melalui ucapan seorang saleh:

إِنَّ قَٰرُونَ كَانَ مِن قَوۡمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيۡهِمۡۖ وَءَاتَيۡنَٰهُ مِنَ ٱلۡكُنُوزِ مَآ إِنَّ مَفَاتِحَهُۥ لَتَنُوٓأُ بِٱلۡعُصۡبَةِ أُوْلِي ٱلۡقُوَّةِ إِذۡ قَالَ لَهُۥ قَوۡمُهُۥ لَا تَفۡرَحۡۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡفَرِحِينَ ٧٦ وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ٧٧
Artinya: "Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku zalim terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah Swt tidak menyukai orang yang membanggakan diri. Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah Swt kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Swt telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sunguh, Allah Swt tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan," (QS Al-Qashash [28]: 76-77).

Perhatikan juga firman Allah Swt

كَلَّاۖ بَل لَّا تُكۡرِمُونَ ٱلۡيَتِيمَ ١٧  وَلَا تَحَٰٓضُّونَ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ ١٨ وَتَأۡكُلُونَ ٱلتُّرَاثَ أَكۡلٗا لَّمّٗا ١٩  وَتُحِبُّونَ ٱلۡمَالَ حُبّٗا جَمّٗا ٢٠
Artinya: "Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, sedangkan kamu memakan harta warisan dengan cara mencampurbaurkan (yang halal dan yang haram), dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan," (QS Al-Fajr [89]: 17-20).

Baca juga Cinta kepada Allah Swt itu tujuan bukan sarana


Pada ayat di atas, disebutkan sebuah ketetapan Allah Swt atas setiap manusia, yaitu takdir ketertarikan jiwanya kepada wanita, anak-anak, anggota keluarga, masyarakat, harta, perniagaan, tempat tinggal, dan lain-lain. Pada ayat lain, Allah Swt juga mengingatkan bahwa cinta manusia itu cenderung berlebihan, menyetarakan cinta kepada makhluk dengan cinta kepada Allah Swt. Inilah bentuk lain dari syirik itu. Jadi, apa hubungannya antara takdir cinta manusia pada sesama dan peringatan untuk menjadikan takdir cinta itu sebagai sarana untuk mencintai Allah Swt? Hubungan antara keduanya semata-mata untuk mewanti-wanti agar manusia tidak lengah dalam hal ini. Anda tahu bahwa Allah Swt telah memuliakan manusia dengan menjadikannya sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Ayat yang menjelaskan tentang hal ini adalah:

وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ٣٠
Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.' Mereka berkata, 'Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu? 'Dia berfirman, 'Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui," (QS Al-Baqarah [2]: 30).

Jangan Anda kira arti khilafah yang ada dalam ayat ini seperti apa yang dibesar-besarkan dan diingkari oleh para pemikir naif. Makna khalifah di sini ialah manusia sebagai pengganti Allah Swt dalam tugas-tugas rububiyah dan mewakili-Nya dalam pengaturan alam ini. Allah Swt Mahasuci dari tudingan-tudingan minor itu. Arti khilafah, sebagaimana dijelaskan oleh Allah Swt kepada para malaikat, adalah tugas yang dibebankan Allah Swt kepada manusia agar mereka membuat standar keadilan bagi sesama. Selain itu, Allah Swt menyeru semua manusia untuk memahami makna keadilan dan berhukum padanya, baik suka maupun terpaksa, dengan penuh kebebasan dan pengendalian diri serta tidak dipengaruhi oleh naluri kebinatangan. Kalau saja manusia kembali ke trek dasar yang ditetapkan oleh Allah Swt ini ia pahami dengan baik dan ia praktikkan dalam kehidupan sosial, ia telah menjalankan fungsinya sebagai khalifah di mukabumi dan memenuhi perintah Allah Swt secara sukarela, menjadikannya sebagai hokum dengan keridhaan, dan bebas dalam mengambil keputusan

Yang pasti, ia kembali kepada fitrahnya atas nama Allah Swt dan pemenuhan perintah-Nya dengan keyakinan bahwa Allah Swt hendak memuliakan manusia dan tidak mengekangnya, sebagaimana pada binatang dengan naluri kebinatangannya, tanpa ada aturan dan kendali Allah Swt menghendaki agar manusia memiliki dirinya sendiri, baik dalam memahami risalah yang telah diberikan oleh Allah Swt maupun tugas yang dibebankan kepadanya. Kemudian, Dia muliakan manusia guna mewujudkan risalah itu dengan keadilan, kerja sama, dan cinta antar sesama. ltulah hakikat khilafah yang Allah Swt maksudkan guna memuliakan manusia. Makhluk lain tidak memiliki keistimewaan ini. Khilafah menuntut manusia memiliki sifat dan kemampuan yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan oleh Allah Swt kepadanya, di antaranya pengetahuan, kekuatan, perasaan, dan ambisi untuk memiliki dan memperoleh sesuatu. Khilafah hakikatnya adalah curahan sifat rububiyah yang dlsebutkan dalam penjelasan Allah Swt dengan kata "amanah" dalam firman-Nya:

إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَيۡنَ أَن يَحۡمِلۡنَهَا وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡهَا وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَٰنُۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومٗا جَهُولٗا ٧٢
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh," (QS Al-Ahzab [33]: 72)

Tugas suci yang Allah Swt berikan kepada manusia menuntut seluruh alam di sekitarnya ditundukkan baginya untuk dijadikan sebagai sarana dalam melaksanakan tugas-tugas mulia itu, di antaranya yang terkandung diperut bumi, seperti barang tambang dan buah-buahan. Dengan demikian, ia bisa dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan atau membangun tata sosial berdasarkan asas keadilan. Di antara hikmah yang ada di balik itu adalah adanya keinginan manusia untuk berhubungan dengan sarana dan alat-alat sebab tidak mungkin hubungan terjadi kalau tidak ada keinginan, baik berupa harta, binatang ternak, bumi, tanaman, buah-buahan, barang tambang, wanita, maupun anak-anak. Dari sini, Allah Swt Sang Pencipta menanamkan dalam diri manusia rasa cinta kepada harta dan pasangan hidup, menjadikan masing-masing suami istri sebagai pakaian bagi yang lain. Allah Swt menciptakan cinta bagi manusia untuk memiliki dan mendapatkan keinginannya. Allah Swt juga menumbuhkan "egoisme" di hati manusia agar ia mempertahankan hak-haknya dari bahaya. Semuanya merupakan sarana untuk melaksanakan tugas yang dibebankan Allah Swt kepadanya. Namun, dari sini muncul persoalan. Adakah yang membuat jiwa manusia berhenti mencintai kenikmatan dunia? Bagaimana jiwa manusia bisa melepaskan diri dari kebergantungan kepada yang dicintainya.

Baca juga Cinta kepada Allah Swt itu tujuan bukan sarana

Seperti firman Allah Swt:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَ‍َٔابِ ١٤
Artinya: "Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik," (QS Ali Imran [3]: 14).

Dengan kata lain, bagaimana caranya menyinergikan antara cinta kepada manusia dan hal-hal lain dengan perintah mencintai Allah Swt melebihi segalanya? Bagaimana caranya agar manusia masuk ke golongan orang-orang yang disebutkan dalam ayat berikut?

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادٗا يُحِبُّونَهُمۡ كَحُبِّ ٱللَّهِۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ وَلَوۡ يَرَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓاْ إِذۡ يَرَوۡنَ ٱلۡعَذَابَ أَنَّ ٱلۡقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعٗا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعَذَابِ ١٦٥
Artinya: "Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah Swt sebagai tandingan; yang mereka cintai seperti mencintai Allah Swt. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah Swt. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah Swt dan bahwa Allah Swt sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal)," (QS Al-Baqarah [2]: 165).

Caranya seperti yang sudah kita ketahui bahwa cinta yang kuat bisa mengalahkan cinta yang lemah. Berikut ini penjelasannya. Telah kita ceritakan sebelumnya tentang cinta Allah Swt kepada manusia, telah kita sebutkan pula fenomena dan bentuk-bentuknya. Begitu pula tentang cinta manusia kepada Allah Swt, cinta yang dulu pernah tumbuh di alam rahim ketika terjadi dialog antara ia dan Tuhan yang berisi, "Bukankah Aku adalah Rabb kalian?" serta cinta baru yang tumbuh lantaran upaya-upaya yang dilakukan, seperti yang telah kami ceritakan. Yang hendak saya tegaskan di sini adalah pentingnya menjaga jiwa agar cinta kita kepada Allah Swt tidak terkontaminasi oleh cinta-cinta yang lain.

Caranya tidak hanya menafikan cinta-cinta yang lain dan fokus ke satu titik tujuan, yaitu mencintai Allah Swt. Dia tidak menghendaki hal demikian. Yang Dia kehendaki adalah agar cinta yang terjalin antara Allah Swt dan hambaNya memperkecil ruang cinta orang tersebut kepada selain-Nya. Kita boleh mencintai yang lain sebatas untuk menjalankan tugas kekhalifahan yang dibebankan kepada kita, tidak lebih. Tidakkah Anda lihat kasih sayang Allah Swt yang tampak pada firman-Nya:

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادٗا يُحِبُّونَهُمۡ كَحُبِّ ٱللَّهِۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ وَلَوۡ يَرَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓاْ إِذۡ يَرَوۡنَ ٱلۡعَذَابَ أَنَّ ٱلۡقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعٗا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعَذَابِ ١٦٥
Artinya: "Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah Swt sebagai tandingan; yang mereka cintai seperti mencintai Allah Swt. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah Swt. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah Swt dan bahwa Allah Swt sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal)," (QS Al-Baqarah [2]: 165).
Juga dalam firman-Nya:

قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ ٢٤
Artinya: "Katakanlah, 'Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah Swt dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah Swt memberikan keputusan-Nya. Dan Allah Swt tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik," (QS Al-Taubah [9]: 24).

Pada ayat pertama dan kedua di atas, Allah Swt tidak menuntut hamba-hamba-Nya untuk mencintai Allah Swt semata dengan meniadakan cinta-cinta yang lain. Namun, Allah Swt menuntut kepada mereka agar cintanya kepada selainNya, baik itu manusia maupun kesenangan dunia, tidak lebih besar daripada cintanya kepada Allah Swt. Seolah olah Allah Swt berfirman, "Bagaimana Aku menuntut kalian untuk menghilangkan cinta kepada anak, istri, keluarga, dan kehidupan dunia, sedangkan Aku-lah yang menyemai rasa cinta itu ke dalam hati kalian? Namun, yang Aku minta dari kalian adalah agar cinta kalian kepada yang lain dikendalikan oleh cinta kalian kepada-Ku sehingga ia tunduk kepada hukum dan syariat-Ku."
Al-Buthy, Muhammad, Said, Ramadhan (2009) “Al-Hubb Fil Quran wa Daurul Hubb fi Hayatil Insan. Damaskus: Darul Fikr.
Al-Buthy, Muhammad, Said, Ramadhan (2013) “’Kitab Cinta’ menyelami Bahasa kasih sang pencipta, Bakhrun Syafi`i. Jakarta: PT Mizan Publika.
Share this article :
 
Comments
0 Comments
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Muhamad Hamdi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger