RAYMOND CATTELL (ANALISIS FAKTOR )



Raymond Bernard Cattell lahir di Hilltop, near Birmingham, England, pada tanggal 20 Maret 1905. Cattell adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Masa kecilnya dihabiskan di luar rumah, berlayar, berenang, menelusuri gua, dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjukkan kecintaannya akan laut. Pada usia 16 tahun, ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di Univesity of London, jurusan fisika dan kimia. Ia lulus tiga tahun kemudian dengan menyandang gelar B.Sc. mempelajari human mind, melalui ilmu psikologi. Lulus dengan gelar Ph.D pada 1929, ia bekerja sama dengan Charles Spearman dan mengembangkan teknik analisis faktor. 
Pada tahun 1937, Edward L. Thorndike mengundang Cattell untuk membantu penelitiannya di Columbia University di New York. Ia pensiun pada tahun 1973 lalu membangun Institute for Research on Morality and Adjustment in Boulder di Colorado. Pada 1978, ia memutuskan pindah ke Hawaii dan mengajar di University of Hawaii School of Professional Psychology. Di waktu luangnya, ia terus menulis hingga pada akhirnya meninggal pada tanggal 2 Februari 1998 di Honolulu, Hawaii.

1) Analisis Faktor Cattel


Raymond Cattell adalah seorang peneliti yang minat besarnya pada metode-metode kuantitatif tidak mempersempit spektrum perhatiannya terhadap data dan masalah-masalah psikologis. Baginya analisis faktor merupakan alat untuk menjelaskan berbagai masalah yang semuanya telah disusun dalam suatu kerangka sistematis. Teorinya merupakan suatu usaha penting dalam rangka menyatukan dan menyusun temuan-temuan dari berbagai penelitian analisis faktor tentang kepribadian. Cattell menaruh perhatian pada penemuan peneliti-peneliti yang menggunakan metode-metode penelitian lainnya, meskipun intisari pandangannya didasarkan pada hasil-hasil analisis faktor karena dari sinilah Cattell mendapatkan variabel-variabel yang dianggapnya sangat penting untuk menerangkan tingkah laku manusia.

Cattell mengajukan sebuah prosedur statistik, yakni Teori Analisis Faktor, yaitu sebuah teknik statistik yang berdasar pada korelasi antara variabel pengukuran untuk mengukur faktor umum. Jika korelasi di antara kedua variabel tinggi, maka ada aspek-aspek yang mungkin sama dalam menyebabkan suatu tingkah laku atau kepribadian. Misalnya, kita berasumsi bahwa ‘rasa bersalah’ dengan ‘introvert’ menjadi subjek pengukuran dalam analisis faktor dan menunjukkan korelasi yang tinggi di antara keduanya. Maka, kita dapat menyimpulkan bahwa antara rasa bersalah dengan perilaku intorvert memiliki faktor umum yang menyebabkan seorang individu memiliki kepribadian tersebut. Cattell menyebut faktor umum ini sebagai trait, yaitu elemen kepribadian. Hanya ketika kita mengetahui karakteristik trait seseorang kita bisa memperkirakan bagaimana seseorang akan berperilaku dalam suatu situasi.

1)   Definisi Kepribadian


Karena Cattell percaya bahwa kita tidak dapat menentukan suatu kepribadian hingga kita mampu menentukan seluruh konsep yang akan digunakan dalam suatu perilaku (trait). Untuk itu, Cattell mengemukakan pendapatnya mengenai kepribadian, yaitu : ”Personality is that which permits a prediction of  what a person will do in a given situation”. Maksudnya adalah, kepribadian seseorang mampu memprediksi perilaku yang akan dilakukannya dalam situasi tertentu. Kepribadian yang dimaksud Cattell fokus dengan seluruh bentuk perilaku, baik luar dan dalam. 
Berdasarkan definisi tersebut,Cattell berpendapat bahwa tujuan dari pada penelitian mengenai kepribadian adalah menentukan hukum-hukum mengenai apa yang akan dilakukan oleh berbagai orang dalam berbagai situasi dalam lingkungan,yaitu mengenai segala aktifitas individu baik yang nampak maupun tidak. Kepribadian yang dimaksud Cattell fokus dengan seluruh bentuk perilaku, baik luar dan dalam. Cattell bertujuan untuk memprediksikan perilaku dengan subjek penelitiannya yaitu orang-orang normal yang di pelajari kepribadiannya,karena menurutnya bahwa tidak bijak jika ingin mengubah perilaku seseorang tetapi tidak mengetahui dan memahami secara terperinci apa yang harus diubah.

1) Struktur Kepribadian


Cattell berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu bentuk struktur kompleks dari trait dari berbagai macam kategori. Trait adalah sebuah kecenderungan reaksi yang relative permanen yang merupakan bagian dari kepribadian. Melalui analisis factor, Cattell mengklasifikasikan beberapa trait dalam beberapa bagian.

a) Common traits and unique traits

Common trait adalah suatu sifat atau karakter yang dimiliki oleh setiap orang dan dibedakan dalam bentuk tingkatan. Intelligence, keterbukaan, supel, merupakan contoh dari common trait. Setiap orang memiliki trait ini, tetapi beberapa orang memilikinya dengan tingkatan yang lebih baik dari yang lain.
Sedangkan, unique trait adalah trait yang dimiliki satu orang saja (atau dimiliki  oleh beberapa orang dengan kombinasi antar trait yang berbeda) dimana sifat tersebut menyebabkan suatu individu menjadi unik. Sifat unik ini terutama berhubungan dengan interes dan attitude, ketertarikan individu terhadap sesuatu. Contohnya ada individu yang menyukai laba-laba, sedangkan individu yang lainnya malah tidak menyukai laba-laba dan menyukai serangga lainnya.

a)    Surface Traits and Source Traits


Surface traits merupakan karakter kepribadian yang terdiri dari banyak elemen-elemen yang menyusunnya secara konstan,  dengan kata lain menjadi tema umum dari beberapa tingkah laku Misalnya, remaja yang lincah, menyenangkan orang lain, dan merencanakan kegiatan yang menarik, mungkin  dapat dikatakan memiliki trait yang periang (surface traits cheerfulness). Sebaliknya remaja yang senang mengkritik orang lain, memandang masa depan selalu suram, dan tampak kelelahan, dikatakan miliki sifat permukaan depresif, atau kita dapat menyimpulkan trait cheerfulness yang dimiliki seorang wanita ketika kita secara berulang-ulang mengobservasi wanita yang senang memberi semangat kepada orang lain, membuat nyaman orang lain, dll.  


Sedangkan source traits merupakan salah satu unit atau struktur dari trait yang memengaruhi setiap perilaku individu, dengan kata lain elemen-elemen dasar yang menjelaskan tingkah laku. Source traits  merupakan trait yang penting karena source traits merupakan unit dari karakter-karakter yang membangun surface traits, dan hanya dapat diidentifikasi memakai analisis faktor. Berbagai trait permukaan dicari introkoneksinya atau faktor-faktornya, untuk menentukan unit yang memengaruhi dan melatarbelakangi trait-trait itu. Berdasarkan asalnya, source trait dapat diklasifikasikan lagi menjadi dua yaitu Constitutional traits, dan Environment-mold traits. Constitutional traits yaitu karakter yang ada disebabkan oleh kondisi biologis. Misalnya seorang yang mabuk dapat berperilaku ceroboh, berbicara ngawur, dll, sedangkan Environment-mold traits ; karakter yang didapatkan karena faktor lingkungan  melalui proses pembelajaran. Misalnya, seseorang yang bekerja sebagai militer menunjukkan perilaku yang berbeda dengan seseorang yang bekerja sebagai musisi jazz.

a)    Ability Traits, Temperament Traits, and Dynamic Traits


Ability traits yaitu sifat yang menentukan seberapa mampu seseorang dapat bekerja demi sebuah tujuan. Intelligence juga merupakan salah satu contoh dari ability traits ini, contohnya dengan tingkat intelijensi seseorang kita dapat memperkirakan seberapa keras seseorang itu mampu mencapai tujuannya (misalnya nilai).
Selain itu, yang disebut dengan temperament traits yaitu sifat yang dapat menggambarkan emosi  dari seseorang secara umum. Sifat ini meliputi cara individu bertingkah laku dan merespon suatu situasi. Misalnya, ketenangan, kegugupan, santai, keberanian, dll. Sedangkan dynamic traits merupakan sifat atau karakter yang mengendalikan tingkah laku seseorang dan juga berperan dalam emosi, keinginan, maupun ketertarikan seseorang dalam suatu hal.

1)   Dinamika Kepribadian

a)    Erg

Adalah dorongan atau motivasi dasar bawaan yang dimiliki seseorang untuk mencapai tujuannya. Erg berupa dorongan primer yang dimiliki sejak lahir, seperti lapar, haus, dll. Erg sering disebut sebagai konsep diri. Misalnya, erg of fear akan membuat seseorang mengembangkan kewaspadaannya terhadap sesuatu yang membahayakannya. Manusia memiliki 10 erg, yaitu makan, seks, sociabilityparental protectiveness, keingintahuan, rasa takut, agresif, serakah, self-assertion, dan kegemaran.

a)    Sentiment

Adalah pola terstruktur dari sikap yang memperoleh energi dari erg dan dibentuk melalui hasil belajar. Termasuk environmental-mold source traits karena pengaruh lingkungan berkontribusi besar dalam pembentukan kepribadian. Sentimen merupakan sumber motivasi yang penting karena kecenderungannya mengorganisir diri di sekitar institusi sosial yang menonjol (seperti karir, agama) atau di sekitar orang yang penting (orang tua, pasangan).

a)    Sikap (Attitude)

Adalah konsep tentang tingkah laku spesifik sebagai respon terhadap suatu situasi tertentu. Sikap tidak perlu diungkapkan secara verbal. Cattel mengukur sikap dengan metode yang bervariasi. Misalnya, laki-laki yang menyukai seorang wanita mungkin akan meningkat tekanan darahnya atau detak jantungnya jika melihat wanita yang disukainya. Sikap kemudian berperan sebagai motivator tingkah laku yang termasuk environmental-mold source traits. Kemudian berperan sebagai motivator tingkah laku yang termasuk environmental-mold source traits.

1) Tahapan Perkembangan

Menurut Raymond Cattell, perkembangan kepribadian manusia dibagi menjadi empat menurut factor penyebabnya, yaitu:

a) Tahap Bayi (Infancy, 0-6 tahun)

Periode pembentukan yang terpenting dalam perkembangan kepribadian. Pada tahap ini, anak sangat dipengaruhi oleh orang tua dan saudara-saudara di sekitarnya, dan melalui pengalaman bagaimana anak memperoleh makanan dan pengalaman bagaimana anak menjalani proses toilet training atau caranya membuang kotoran. Pengaruh-pengaruh tersebut membentuk sikap sosial, kekuatan superego, persaan aman dan tidak aman, sikap terhadap otoritas, dan kemungkinan kecenderungan neurotic.

b) Tahap Anak (Childhood, 6-12 tahun)

Tahap ini sering disebut periode konsolidasi karena hanya sedikit masalah psikologis yang timbul pada masa ini dan tidak sekritis pada masa sebelumnya. Tahapan ini ditandai dengan dimulainya kemandirian dan ingin bebas dari orang tuanya seiring meningkatnya identifikasi dengan kelompok sosial atau pertemanan.

c) Tahap Adolesen (Adolenscence, 14-23 tahun)

Tahap ini adalah periode yang paling menyulitkan dan menekan. Kejadian kelainan mental, neurosis, dan dilinkuensi  banyak muncul pada periode ini; begitu pula konflik disekitar dorongan kemandirian, keyakinan diri, dan seks.

d) Tahap Kemasakan (Maturity, 23-50 tahun)

Secara umum, awal tahap ini ditandai dengan kesibukan, kebahagian, dan produktivitas. Pada umumnya orang pada usia itu menyiapkan karir, perkawinan, dan keluarga. Kepribadian cenderung tidak mudah berubah, lebih mantap, kalau dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Cattell juga menemukan hanya sedikit perubahan minat dan sikap pada tahap ini.

e) Tahap Usia Pertengahan (Middle age, 50-60/70 tahun)

Ada perubahan penyesuaian dalam kepribadian sebagai respon terhadap perubahan fisik, sosial, dan psikologikal. Secara fisik, terjadi penurunan setelah umur 50 tahun. Biasanya pada tahap ini, individu menilai kembali jati dirinya selama dan mencoba memperbaiki untuk menjadi pribadi baru.

f) Tahap Tua (Senility, 60/70-mati)

Tahap final, Penyesuaian diri terhadap kehilangan orang-orang terdekat seiring dengan aspek religiusitas yang semakin meningkat, pensiun kerja, kesepian yang mendalam, dan perasaan tidak aman adalah konflik utama pada masa ini. Individu pada masa ini biasanya sering membicarakan kembali masa-masa yang telah dilaluinya. Bahkan terkadang, cara pikir individu pada masa ini terlihat seperti masa kanak-kanak.

KAJIAN LANJUT

Alwisol. (2006). Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press.
Boeree, C. George. (2009). Personality Theories. Yogyakarta: Prismasophie.
Corey, Gerald. (2009). Konseling dan Psikoterapi. Aditama:Bandung.
Cooper, C.L., & Payne, R. (1991). Personality and stress: Individual differences in the stress process. England:
Feist, Jess & Feist J. Gregory (2006). Theories of Personality. New York: Pustaka Belajar: Penerjemah: Yudi Santoso.
Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner. (1985). Introduction to Theorities of Personality. New York: John Wiley & Sons.
Hansen, James C. (1986) Counseling : Theory and Process. New York: Allyn and Bacon, Inc
John Wiley & Sons Ltd. Feist, J. & Feist, G. J. (2006). Theories of personality. (Ed. Ke-6). New York:
McCrae, R.R., & Allik, J. (2002). The Five Factor Model of personality across cultures. New York: Kluwer Academic/ Plenum Publishers.
McGraw-Hill Inc. Hjelle, L.A.,& Ziegler, D.J. (1992). Personality theories. Singapore: McGraw Hill Book.
Pervin, L. A. (1993). Personality: theory and research. (Ed. ke-6). Canada: John Wiley & Sons.


 
 

 

 

 

Share this article :
 
Comments
0 Comments
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Muhamad Hamdi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger